NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Arumi

Di Balik Cadar Arumi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan kisahnya yuk lansung aja kita baca....

Yuk ramaikan...

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, like, subscribe , gife, vote and komen yah....

Teruntuk yang sudah membaca lanjut terus, dan untuk yang belum hayuk segera merapat dan langsung aja ke cerita nya....

Selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

"Nggak usah. Nanti merepotkan."

Aris terdiam sejenak, mencerna kata-kata Arumi yang terdengar janggal.

"Rum naik taksi saja, tapi masih nanti pulangnya. Kue-kuenya masih banyak, di sini masih ramai juga."

"Mau sampai jam berapa? Ini sudah jam 9 loh, Rum."

"Mas tidur saja dulu. Ya, sudah, ya, Mas. Ada pembeli, nih. Assalamualaikum."

Suara terputus, Arumi menutup teleponnya. Aris tidak lantas diam saja. Ia menuju pintu dan menguncinya, lalu bergegas pergi menyusul Arumi. Istrinya menolak dijemput, tapi tak membuat diam saja.

Meskipun Arumi tidak terdengar marah, tapi sedikit kata merepotkan yang diucapkan sebagai penolakan telah menyadarkan Aris bahwa sisi sensitif Arumi sebagai seorang istri telah menunjukkan kondisi hati yang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Sesampainya di tempat tujuan Aris tidak langsung turun. Ia melihat kondisi toko kue Arumi sepi. Hanya ada tiga sepeda motor yang terparkir di halaman. Satu milik salah satu karyawan dan dua lagi tak dikenali Aris. Mungkin milik pembeli, begitu batinnya menebak.

"Katanya ramai, tapi nggak juga," gumamnya sambil melepas seal belt. Ia turun dengan santai dan berjalan masuk. Bagian depan toko yang keseluruhannya kaca memudahkan Aris mengamati kondisi di dalam. Ia melihat Arumi sedang melayani seorang pembeli di meja kasir. Aris tersenyum, kemudian melangkah mendekati istrinya.

Namun, baru melewati pintu, langkahnya harus terhenti oleh kehadiran seorang pembeli.

"Semuanya yang ada di etalase itu saya ambil semua, Mbak," ucap pria pembeli itu.

Aris terkejut bukan main. Pasalnya, pria itu adalah Nijar.

"Baik, Pak,” jawab seorang karyawan yang memasukkan kue-kue di dalam etalase ke dalam kotak.

"Nggak kebanyakan, Mas? Ini sudah malam loh, masih ada acara?" tanya Arumi pada Nijar. Ia yang tidak menyadari kedatangan Aris masih berdiri melayani pembeli yang hanya tinggal Nijar seorang.

"Lagi ada teman-teman ngumpul di rumah. Saya memang sengaja mencari cemilan buat mereka," jawab Nijar.

"Ehemm!!"

Aris berdeham. Ia tidak terlihat percakapan antara istrinya dengan sang teman.

"Aris."

"Mas Aris!"

Arumi lebih terkejut dibandingkan dengan Nijar. Ia langsung berdiri meninggalkan meja kasir dan mendekati suaminya.

"Hai, Bro. Jemput Arumi?" Nijar langsung melempar tanva.

"Ya. Kamu sendiri?" Pertanyaan Aris menggantung. Ditunjuknya banyak box yang berjajar di depannya, di atas etalase.

"Oh, ini." Nijar memandang tumpukan box yang dimaksud Aris. "Aku memborong semua kue Arumi. Tapi sisanya doang. Ada teman-teman lagi ngumpul di rumah. Kalian mau mampir? Kita gabung sekalian."

"Lain waktu saja. Lagian sudah jam segini, Arumi belum istirahat sama sekali dari pagi tadi," ujar Aris beralasan.

"Oh, nggak aра-ара. Lagipula nggak enak juga. Di rumah laki semua."

"Ngomong-ngomong, makasih banyak sudah melarisi dagangan istriku," ucap Aris.

"Sama-sama. Sekalian mencicipi, besok aku balik lagi kemari. Kalau perlu, aku promosikan sekalian sama teman-temanku. Oke, jadi berapa semuanya?"

Nijar mengeluarkan dompet dari balik saku celananya. Arumi yang berdiri di sampingnya Aris, segera menuju meja kasir dan menghitung semua pesanan Nijar.

"Totalnya delapan ratus enam puluh lima ribu, Mas," balas Arumi setelah menjumlahkan keseluruhannya.

"Baik. Ini kembaliannya ambil saja." Nijar menyodorkan sejumlah uang ratusan ribu pada Arumi.

"Jangan, Mas. Ada kembaliannya kok," ucap Arumi berusaha menolak.

"Nggak apa-apa, Arumi."

Nijar meraih plastik berisi kotak kue, lalu menentengnya.

"Sekali lagi terima kasih, Jar." Aris menemani langkah Nijar menuju pintu luar.

"Sama-sama. Santai saja, Bro. Aku langsung pulang ya?" Nijar melanjutkan langkahnya, sementara Aris berhenti di ambang pintu. Aris menatap sahabatnya meletakkan bawaannya di bagian depan motor matic yang dibawanya hingga sosok itu melaju dan menghilang di kegelapan.

Aris berbalik, mendapati Arumi membereskan nampan-nampan kosong dan beberapa sampah yang berserakan bersama dengan dua karyawan lainnya. Ia memilih duduk di salah satu kursi, membuka ponsel sambil menunggu sang istri menyelesaikan pekerjaannya.

Sepuluh menit berselang, ia melihat Arumi mendekatinya.

"Kita pulang sekarang, Mas?" tanya Arumi yang berdiri di hadapannya.

"Ya," jawab Aris singkat.

Arumi mematikan lampu, lalu mengunci pintu depan.

"Kamu sudah makan?" tanya Aris saat mereka berjalan menuju mobil.

"Nggak usah. Rum sudah makan kue tadi."

"Kita mampir cari makan," ucap Aris seolah-olah mengabaikan jawaban Arumi.

"Aku enggak lapar, Mas. Kita langsung pulang saja,” balas Arumi.

"Nanti kamu sakit karena nggak makan nasi."

"Aku sudah biasa makan apa saja sebagai pengganjal perut."

"Beneran?"

"Iya. Rum capek, mau cepat-cepat istirahat." Arumi melangkah mendahului Aris menuju mobil hitam yang tak jauh terparkir.

Aris menatap punggung wanita yang masih mengenakan pakaian yang sama dari pagi. Ia jadi teringat kejadian di pesta family gathering siang tadi. Nijar merasa, Arumi masih menyimpan kekesalan karena alasan itu.

"Rum, maaf soal siang tadi. Kamu jadi pulang lebih dulu." Aris membuka percakapan dalam perjalanan pulang.

"Nggak apa-apa," jawab Arumi berusaha tidak memperlihatkan kekecewaan nya.

"Soal Nijar itu, em maksudku kok, dia bisa menyampaikan nya pesan darimu? Kenapa kamu enggak bicara lewat note voice saja atau mengirimkan pesan padaku? Kenapa kamu malah em, maaf, malah menitipkan pesan pada Nijar."

"Mas Aris curiga aku ada apa-apa dengan Mas Nijar? Padahal aku sudah mati-matian berusaha menutup-nutupi agar dia nggak mengenaliku. Soal pesan itu, hanya sekedar basa-basi saja. Dia mengajak ngobrol dan aku bingung mau bicara apa pada nya. Itu saja."

"Maaf, Rum, aku bukan nya nggak percaya. Dengan penampilanmu yang begini seharusnya aku tidak perlu curiga."

"Tapi ternyata Mas masih curiga juga. Ada yang salah denganmu, Mas? Mas Aris belum bisa menerimaku sepenuh nya. Mungkin karena masa laluku yang pernah bekerja di bar lalu-"

"Bukan karena itu, Rum!" sebuah bentakan memotong ucapan Arumi. Aris terpaksa menghentikan mobil nya hingga ke tepi sebelah kiri.

"Karena Nijar." Jawaban Aris berikutnya membuatnya menggeleng tak percaya.

"Aku harus bagaimana supaya Mas percaya?"

Aris menggeleng. Tangan nya mencengkram stir kemudi dengan kuat.

"Sudah kubuka cadar ini dan akupun sudah siap mengabdi pada mu. Tapi Mas tidak menerimaku. Aku juga sudah menerima perlakuan Mas yang nggak mau bersamaku di pesta tadi. Aku tau, Mas Aris malu mempunyai istri yang nggak bisa diajak gaul sepertiku. Aku juga tau—“

"Cukup, Rum, jangan diteruskan."

"Itulah kenyataan nya, Mas. Mas harus tau kekecewaanku. Maksudku bukan untuk menuntut supaya Mas perduli. Minimal, Mas bisa melepaskan aku kalau tidak aku tidak bisa menentramkan hatimu."

Arumi mulai terisak. Diusap nya bawah bibir menggunakan ujung cadar nya.

1
Bellenav
Buruk
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!