Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijodohkan
Hari ini Billa sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan Bu Dian selaku Dosen Pembimbing 2 nya. Bu Dian terkenal sebagai Dosen yang sangat ramah dan baik hati, hal itu yang membuat Billa tidak begitu tegang ketika hendak bertemu dengan Dosen cantiknya itu.
Billa kembali menjumpai Mbak Lis, yang duduk di loket kantor jurusannya, ia sedang menerima pendaftaran seminar proposal dari salah satu mahasiswa. Begitu melihat ke arah Billa yang berdiri tidak jauh dari loket, ia langsung menyunggingkan senyumnya.
“Mau konsul sama Pak Aiman?” Tanyanya lembut.
“Gak mbak, sama Pak Aiman sudah selesai, sekarang mau lanjut konsul ke Pembimbing 2 mbak, sama Bu Dian.”
“Oh mau jumpa Bu Dian, kayaknya Bu Dian lagi ngajar, mungkin sebentar lagi kesini, ditunggu aja ya.” Ucapnya lembut.
“ Baik mbak, terima kasih.”
Billa langsung menuju ke salah satu kursi yang masih kosong, duduk disana sambil memainkan ponselnya. ia melirik sekilas ke beberapa orang yang ada disana, semuanya memiliki teman untuk bicara, hanya dirinya yang sendiri tanpa ada teman. Menyedihkan sekali memang.
Tiba-tiba ia mendengar mahasiswi disampingnya saling berbisik dan menyebutkan nama Aiman, membuat Billa melihat ke arah depan dan ternyata benar di sana ada Aiman yang sedang berdiri dan berbicara dengan beberapa Dosen lain. Mata mereka bertemu, membuat Billa menyunggingkan senyum canggung ke arah Aiman, namun pria itu tak berekspresi sedikitpun.
“Asem, rugi gue senyum malah gak dianggap.” Kesal sekali rasanya Billa melihat ekspresi Aiman yang datar seperti tembok di sampingnya.
Tak berselang lama, Billa melihat Bu Dian masuk ke ruangan kantor jurusan. Mbak Lis melihat ke arahnya dan mengisyaratkan kata “Tunggu sebentar ya” membuat Billa mengangguk dan membalasnya dengan tersenyum. Dan senyum Billa itu tidak luput dari pandangan Aiman, membuat darahnya berdesir hanya karena senyum manis di bibir Billa.
Kini Billa sudah duduk berhadapan dengan Bu Dian, yang menyunggingkan senyuman hangat ke arahnya.
“Mana skripsi kamu?” Ucap Bu Dian ramah.
“ Ini Bu,” Ucap Billa sambil memberikan skripsinya.
“Pembimbing 1 nya Pak Aiman ya?”
“Iya Bu, dulu awalnya saya sama Pak Anwar Bu, jadi sekarang di alihkan ke Pak Aiman.”
Bu Dian mengangguk mendengar ucapan Billa.
“Kalau sudah dapat Acc sidang Pak Aiman, itu artinya sudah sempurna ini, tidak banyak lagi yang perlu ibu periksa.” Bu Dian berbicara sambil membalikkan lembar demi lembar skripsi di tangannya. Hati Billa sedikit tenang mendengarnya.Sepuluh menit sudah Bu Dian memeriksa skripsi itu dengan diam dan fokus, namun belum terlihat ia mengoreksi tulisan tersebut pertanda Bu Dian belum menemukan kesalahan ataupun sesuatu yang mengganjal disana.
“Kamu keberatan atau tidak, jika ibu Acc sidang hari ini juga?” Tanya Bu Dian tertawa pelan.
“ Tentu saja tidak Bu, saya akan sangat berterima kasih jika di Acc sidang hari ini Bu.” Ujar Billa antusias.
“Skripsi kamu sudah sesuai semua, mulai dari latar belakang, metode penelitian sampai ke isi pembahasannya sudah sesuai semua, dan dalam penulisan pun tidak ada kesalahan lagi. Sudah ibu bilang kan jika sudah di Acc oleh Pak Aiman berarti itu sudah sempurna, karena dia begitu teliti orangnya. Berapa kali kamu konsul dengan Pak Aiman?”
“ Tiga kali Bu.” Bu Dian hanya mengangguk mendengar kalimat Billa, kemudian membubuhkan tanda tangannya di cover skripsi Billa sebagai tanda Acc sidang. Tak henti-henti rasa syukur Billa lantunkan dalam hatinya.
Billa keluar dari ruangan dengan wajah yang bahagia, bibirnya berkedut ingin terus tersenyum. Setelah beberapa langkah ia meninggalkan kantor jurusanya, kini ia kembali ke jendela loket kantor jurusannya untuk menjumpai Mbak Lis.
“ Permisi mbak, skripsi saya sudah mendapatkan Acc sidang, jadi saya mau daftar sidang, syarat untuk daftar sidang apa saja ya mbak?” Tanyanya lembut.
“Wahh selamat ya Billa, sebentar ya mbak ambilkan dulu form syaratnya.”
“ Terima kasih mbak.” Ucap Billa begitu ia menerima kertas yang berisi syarat untuk mengajukan sidang skripsi.
Billa melangkah dengan hati yang bahagia, ia sudah tidak sabar untuk memberitahukan kepada orang tuanya jika ia akan mendaftar sidang, dan juga tidak sabar untuk memberitahukan kepada sahabat Ocha.
Saat ia melewati kantin ia melihat Aiman yang tengah duduk bersama 3 Dosen lainnya. Mata mereka saling bertemu, tak lupa Billa tersenyum ke arah Aiman, dan memperlihatkan skripsinya ke arah Aiman seraya mengucapkan “Terima kasih” dengan isyarat bibir saja, Aiman hanya membalasnya dengan senyuman tipis, saking tipisnya Billa tidak dapat mengartikan itu sebagai sebuah senyuman, karena yang terlihat tetaplah wajah datar tanpa ekspresi dari Aiman.
Billa tidak mempermasalahkan itu, hatinya tengah bahagia saat ini, jadi ekspresi Aiman bukan sesuatu yang penting saat ini. Sementara mata Aiman terus mengikuti gerak langkah Billa, pandangannya tidak bisa lepas dari gadis berhijab coklat susu itu. Ingin ia menjumpai Billa untuk memberi selamat secara langsung kepada Billa, karena satu tahap sudah dilewatinya, namun percakapannya dengan Dosen-dosen ini belum selesai dan tidak mungkin ia berpamitan begitu saja.
“Pak Aiman selain menjadi Dosen apa ada pekerjaan lain?" Pertanyaan dari pak Surya, menyadarkan Aiman yang sejak tadi memandang ke arah Billa sampai gadis hilang dari pandangannya.
“ Saya kebetulan punya beberapa bisnis di bidang Fashion Pria, dan juga membuka beberapa cafe di wilayah Jakarta dan Bandung pak.” Ucap Aiman berusaha seramah mungkin, padahal ingin sekali ia menghilang dari pembahasan yang seolah tidak ada ujungnya ini.
Disisi lain, Billa masih dengan langkah bahagianya berjalan menuju halte bus untuk pulang ke kostnya, namun raut bahagia di wajahnya seketika berubah ketika ia menerima telepon dari sang paman, yang mengatakan akan menjodohkan Billa dengan anak dari temannya, dan tidak ada alasan bagi Billa untuk menolaknya, dikarenakan teman dari pamannya itu adalah orang kaya yang memiliki kebun sawit berhektar-hektar. Dan jika menikah dengan anak temannya itu, Billa akan memiliki uang untuk membayar hutang kepada pamannya yang selama ini sudah membiayainya. Anak dari teman pamannya itu sudah melihat foto Billa yang ditunjukkan oleh sang paman, dan mengaku tertarik dengan Billa.
Dada Billa bagai dihantam oleh benda yang besar, sakit sekali rasanya disaat hidupnya diatur sedemikian rupa oleh orang lain, bahkan ia tidak diberi sedikitpun kesempatan untuk membela diri. Tangisnya pecah di sebuah kursi di dekat halte, sama sekali ia tidak memperdulikan dimana ia saat ini, yang ia inginkan adalah menangis untuk menumpahkan segala sakit hatinya. Bukannya semakin mereda, tangisan Billa semakin menjadi ketika ia kembali teringat akan nasibnya yang begitu jauh dari kata beruntung.
Billa tersentak ketika sebuah tangan menarik pergelangan tangannya, ia melihat sekilas siapa yang berani menyeretnya. Matanya membelalak karena terkejut begitu mengetahui jika yang menarik tangannya adalah Aiman. Dengan pasrah Billa mengikuti langkah Aiman yang terus berjalan dengan langkah cepat.