Warren Frendata Rafaeyza, seorang CEO dari perusahaan Desainer frough yang berpengaruh di kota Jakarta,
Dia menjadi mualaf karna wasiat sang ayah yg mengatakan bahwa sebenarnya ayahnya adalah gus yg telah ingkar masuk ke agama lain dan ingin anak dan istrinya masuk islam. Diusianya yang sudah matang Warren belum menikah karena masih terjebak dengan cinta pertamanya saat remaja. Dia Citra Bayu Antriza, Wanita cantik yang berhasil memporak porandakan hatinya. Suatu ketika Tuhan menjawab keinginannya untuk memiliki hati Citra sepenuhnya. "7 tahun bukan waktu yg mudah aku lalui ya Alloh, untuk menemukannya, sekarang aku sudah menemukannya! izinkan aku memilikinya, dia yg selalu aku sebut di sepertiga malamku" "Aku, Warren memang bukan yang pertama, tapi aku akan menjadi yg kedua untuk yg terakhir"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ya zaujati
Dan mereka disuruh untuk menandatangani buku nikah. singkat atau buru buru tak bisa Citra deskripsikan moment ini tapi membuatnya berdebar dan haru, tak ada rasa keterpaksaan hanya ada rasa haru dan bahagia yang ia rasa dipernikahan kali ini.
"dengan ini kalian sudah resmi menjadi suami istri" pak penghulu.
mereka bertukar cincin lalu Citra salim dia mencium tangan suaminya itu. saat ia ingin melepas tangan yang ditahan Warren, Warren langsung memegang kepala Citra mengucapkan doa pada ubun ubun istrinya dan mengecup puncak kepala Citra penuh Cinta.
semua yang menyaksikan mendadak baper dan terharu dan setelahnya para tamu dijamu oleh pelayan Cana, dia sudah menyiapkan hidangan untuk penghulu dan para tamu lainnya, didorongnya berbagai hidangan dengan troli oleh pelayan pelayan Cana untuk dinikmati.
Chayna menyalimi Warren yang sudah resmi menjadi ayahnya, langsung diangkatlah Chayna oleh Warren "ayah pastikan ayah akan menjadi ayah sambung yang baik buat kamu sayang" Warren.
"makasih juga sudah mau menerima Chayna jadi anak ayah," Chayna yang diangguki Citra.
"makasih Ya zaujati" ucap Warren pada Citra yang hanya diangguki dengan senyuman manis di bibir Citra.
Cana dan Zahra yang melihat interaksi Warren,dan keluarga kecilnya itu saling berpelukan "bagaimana perasaanmu nak? mendapat gelar mertua" Zahra.
Cana mengeratkan pelukannya pada Zahra "terharu dan bahagia".
" begitulah dulu umi saat tau umi punya menantu pertama yaitu kamu nak"Zahra sambil mengelus kepala menantunya itu.
"makasih umi" Cana menangis bahagia.
"sama-sama sayang".
" akhirnya Cana bia liat senyum itu lagi umi" Cana melihat Warren "senyum tulus penuh ketengilan".
" alhamdulillah Warren sudah menemukan tambatan hatinya pengobat luka rasa bersalahnya atas kematian Antaka"Zahra.
"iya umi".
" kamu tidak mau menikah lagi sayang? kamu masih cantik loh gak keliatan mau kepala 4" Zahra mencoba membuat Cana tertawa.
"umi bisa saja, Cana gak mau nikah lagi umi, Cana sekarang mau fokus jagain cucu cucu Cana nanti dari Warren, dia udah janji kasih Cucu banya buat Cana, biar Cana yang urus mereka tinggal bikinnya" kekeh Citra yang disauti kekehan juga dari Zahra.
sedangkan Khalid sedang menemani bapak bapak yang sedang makan.
Citra sedang menemani putrinya yang sudah tertidur dari jam 10 tadi, dia bahkan sudah membersihkan diri, sekarang sudah pukul 11 dan para tamu sudah pulang, sedangkan Chayna tidur dikamar Cana atas suruhan ibu mertuanya itu.
"mau sampai kapan kamu disini sayang, tinggalkan saja Chayna sama mama, kamu susul Warren kekamar" Cana.
Citra hanya menunduk dia merasa deh degan sudah 4 tahun dia tak tidur bersama kawan jenis dia merasa bimbang.
"mari mama antar".
" tidak usah mah, Warren sudah datang menjemput istri Warren "ucap Warren dari depan pintu yang memang dibuka.
" mama, Citra tidur disini dulu ya bareng kalian"ucap Citra dengan gugup melihat Warren mulai melangkah mendekatinya.
Cana merasa lucu melihat raut kegugupan diwajah wanita yang sudah resmi menjadi menantunya itu.
"tidak papa, minta izin suami kamu kalo dibolehkan".
Citra menghela nafas pelan pelan karna belum dia menjawab Cana Warren sudah mengulurkan tangannya dan berkata "Citra, ayo kekamar kita, kamu tenang saja Chayna aman bersama mama".
Citra memejamkan matanya lalu langsung memegang tangan suaminya itu.
"maaf ma kalo Citra merepotkan mama".
" apanya yang merepotkan? mama malah seneng ada Chayna jadi teman tidur mama sana kalian cepat keluar dari kamar"Cana malah mendorong Citra dan Warren keluar sambil tersenyum "tambahin cucu buat mama yang banyak" ucapnya.
Psstt wajah Warren dan Citra memerah bersama.
pintu kamar Cana ia tutup sambil tertawa kecil dan berjalan kekasur lalu memeluk Chayna gadis cantik yang sudah menjadi cucunya itu.
...----------------...
Tiba dikamar Warren mendadak mereka berdua jadi canggung, Warren sudah memakai piyama tidurnya dia juga sudah membersihkan diri tadi.
"Citra kalau kamu mau mandi silahkan".
" aku sudah mandi mas, tadi dikamar Mama".
"loh kok gak ganti? gak nyaman nanti pakai baju kaya gitu apa mama gak pinjemin kamu piama? ".
" gapapa mas, mama lupa gak kasih dan aku juga gak minta".
"biar saya pinjam baju tidur mama".
" jangan! " larangan Citra membuat Warren yang sudah didepan pintu terhenti.
"tidak papa, kalo kamu merasa sungkan saya akan suruh pelayan mengambil beberapa set baju di mall terdekat milik saya".
" tidak usah repot repot mas mereka sudah cape,".
"biar saya yang pergi sebentar ya".
Citra menunduk dia dari tadi tak menatap Warren, jantungnya berdebar kencang membuatnya pusing " jangan pergi, ini sudah malam biarkan seperti ini saya nyaman".
"nyaman? bajunya banyak renda dan tali dibelakang kamu Citra kamu yakin? ".
Citra mengangguk.
Warren mendekati Citra dan mendadak mereka terdiam lalu Warren ke lemarinya dan mengambil kemeja kantor miliknya yang berwarna hitam. Kegiatan itu tak luput dari perhatian Citra.
"Kalau kamu merasa sungkan dan saya juga tidak boleh pergi maka pakailah kemeja saya, " Warren mendekati Citra.
Mereka saling menatap "saya gak pakai piyama juga gak papa mas,".
" Aku tau, tapi siapa yang nyaman pakai baju begitu? Maaf Citra kalau tau kita akan dinikahkan hari ini juga saya siapkan baju untuk kamu, ".
Citra tersenyum tipis tak tau harus menanggapi seperti apa jantungnya yang berdegup keras makin menjadi dikala Warren mendekati Citra guna membelai puncak kepalanya.
"Citra tenang saja, saya tidak akan menyentuh kamu jika kamu belum siap, saya tau kamu butuh waktu untuk mengenal saya, kan ini terkesan buru buru saya tau semua tentangmu, tapi kamu tidak. aku tau kekhawatiran mu Citra".
Citra menatap Mata Warren lekat, sekarang mata yang menghindar jika mereka saling tatap menatapnya penuh cinta.
Sungguh entah kenapa ini terasa dejavu tapi berbeda ada rasa seneng dihati Citra entah apa yang jelas dia tak merasa sedih atau kecewa dia merasa tenang dan senang.
"Iya mas" Citra memegang tangan Warren yang mengelus puncak kepalanya lalu menurunkan tangan itu dan mengecup tangan Warren membuat sang empunya tangan merinding tak karuan dan salah tingkah.
" Gantilah dengan kemeja saya, saya tau gaun itu tak nyaman untuk dibawa tidur karna saya yang mendesain itu".
Citra menatap kemeja yang di ulurkan kepadanya lalu mengambilnya dengan ragu.
Dia tak banyak protes dan segera ke kamar mandi, mereka sudah dewasa saat Citra umur 19 tahun saja dia memakai baju tidur tipis untuk suaminya kan? Apa yang membuatnya resah saat ini? Citra hanya gugup dulu dia seperti berpikir ini tugas kewajiban. tapi hari ini, di pernikahan keduanya dia mendadak gugup.
Warren tengah sibuk dengan ponselnya guna menetralkan mengingat ciuman Citra ditangannya tadi, benar apa kata orang istri orang lebih menantang apa lagi dapat jandanya,dari pada pikirannya melalang buana kemana mana ia alihkan dengan mengabari teman temannya di grup.
Grup Elang Star.
"Asalamualaikum sohib sohib ku, siap siap undangan pernikahan dari saya". Warren.
Tak lama ada semua membalas, karna beranggotakan 10 orang mereka langsung membalas dati beberapa agama 4 islam dengan dirinya, 4 katholik, 2 kristen.
" Waalaikumsalam Gus"Ferdi.
"Waalaikumsalam gus, jangan bohong gus kok mendadak? " Gino.
"Sialan ni anak, kalo sakit ati jangan ngelantur, malam malam bikin merinding lu Ren" Zalano.
"Buset ni pengusaha nikah juga akhirnya! Beneran? " Darren.
"Sama siapa Ren? woy balas gak! malah gak dibales nih bocah"Kevin.
" Waalaikumsalam si yang paling ganteng wkwkwkwk gak mungkin lah nikah mendadak" Zano.
"Sama siapa Ren? "Xender.
" Buset gak salah liat nih, lo akhirnya nikah Ren? "Bino.
" Nikah? Whatt. Warren? Sama siapa bro? "Denis.
Warren tak menjawab dia malah tersenyum. Kebiasaan Walo di grup suka rese beda kalo di asli banyak ngomong taoi yang jelas 7 tahun ini Warren jadi pribadi yNg diam, singkat entah di grup atau bertemu. Dia hanya menjawab emotikon menjulurkan lidah lalu "kejutan wkwkwkk".
" Buset ni anak minta digetok! "Zalano.
" Wah wah gak bener ni anak! "Denis.
" Sialan kamu mas! Siapa yang bakal nikah sama kamu! "Zano.
" Jawab weh! "Kevin
" Woyy Warren "Darren.
"Siapa gus, sumpah gak seru main tebak tebakan"Ferdi.
" Gak hamilin cewek dulu kan? "Gino.
" Jawab Ren! Sumpah gue gak bisa digantung! "Xender.
" Burung lo gak nancep di cewek dan dia bunting kan?"Bino.
Warren tertawa atas balasan dari sohib sohibnya itu, dia membalas satu satu ada yang dengan istighfar dan hanya dengan emotikon.
"Tunggu saja, kan kejutan dari saya" Itulah pesan terakhirnya yang membuat grup ribut.
Pintu kamar mandi Terbuka, Citra cukup lama karna bajunya dibelakang ada tali,tentunya dia bisa melepas sendiri tak akan ada Drama minta tolong dilepaskan.
Citra sudah memakai kemeja hitam pemberian Warren, kenapa bukan putih seperti di novel novel? Karna memang kebanyakan punya Warren bajunya hitam.
Sedangkan Warren berjalan kekamar mandi hendak memberikan Abaya (gamis untuk pria) yang dia punya, dia baru ingat kemeja itu pendek mungkin Citra akan malu.
Warren melihat Wanita yang sudah jadi istrinya itu didepan kamar mandi dengan senyum dibibirnya,Baju yang iya pegang mendadak jatuh namun ditangkap Citra yang mendekat kearahnya.
"Mas? " Panggil Citra sembari merapikan lipatan baju yang hampir jatuh itu.
Warren mematung, jantungnya berdegup kencang dia menelan salivanya kasar.
"Mas?, aneh ya? Kemejanya jadi daster di aku" Citra.
"Kamu Cantik Citra" Ucapnya langsung menunduk "ya allah ternyata Citra sangat cantik tampa memakai hijab, rambut panjang, kaki jenjang, kulit yang putih , manis, lucu, cantik, imut dan enggak taulah pokoknya buat hamba pusing kuatkanlah hamba ya allah bersanding dengan insan mu yang cantik jelita ini" Batin Warren.
"Ayo mas kita istirahat" Ucap Citra karna Warren terdiam seperti banyak pikiran, Citra berpikir apa mungkin Warren menyesal?.
Rasanya rasa gugup yang iya rasa mendadak pergi entah kemana terganti rasa takut Warren menyesal menikahinya, Citra bertanya tanya apa dia dikira wanita murahan karna langsung membuka hijab? Dia juga sangat gugup apa lagi sudah lama dia tak menampakkan rambut kepada lawan jenis, dia hanya tak bisa beralasan malu dan sebagainya Warren sudah jadi suaminya dia sudah berhak melihat rambutnya.
Citra hendak duduk di Kasur tapi tangannya ditahan Warren.
"Kenapa mas? " Citra.
"Citra sebenarnya saya sangat gugup dan takut, gugup karna bersama orang yang saya cintai dan takut kamu terpaksa membuka hijab kamu di depan saya, saya tidak bermaksud menyuruhmu memakai kemeja saja untuk hal hal yang nyeleneh maaf Citra, baru saja saya akan mengantar abaya milik saya takut kamu tak nyaman"Warren.
"Ya allah ternyata pikiranku salah, justru dia juga merasa bersalah dan takut, aku kira dia diam karna menyesal ternyata dia sedang memikirkan itu" Batin Citra.
Citra bersyukur dia dipertemukan dengan laki laki sebaik Almarhum suaminya Dan sekarang lebih baik lagi seperti Warren yang sudah jadi suaminya saat ini.
"Mas, sebenarnya saya malah takut kamu menyesal menikahi janda sepertiku, aku kira kamu tak merespon karna mengira aku tak ada malunya,saya sangatt malu sebenarnya,tapi kamu suami saya kamu berhak atas saya, kita sudah mahram jadi saya tidak terpaksa memperlihatkan lekuk tubuh saya untuk mas"Citra.
Mereka saling menatap "boleh saya cium pipi kamu? Eh astaghfirullah maksud saya mari kita istirahatlah"Warren salah tingkah dan berjalan merapikan kamar.
Namun ada tangan lentik yang membalikkan badannya pelan.
" Kenapa hanya pipi? Kita sudah Dewasa"Citra menarik kerah kemeja tidur Warren agar menunduk lalu mencium Bibir Warren.
Warren terkejut namun langsung membalas Ciuman Citra dengan lembut, dia raih pinggang Citra agar mendekat dan tengkuknya guna memperdalam ciuman mereka, ciuman yang lembut menjadi menuntut.
Warren menghisap bibir Citra seperti dia menunggu moment ini, saat dikolam ada keraguan tapi kali ini seolah tak ada tembok. Warren menggigit bibir Citra pelan guna agar Citra membuka mulutnya dan dia menyelusupkan lidahnya untuk bertemu lidah Citra, mereka saling bertukar saliva tangan Citra bahkan sudah melingkar di leher suaminya itu.
Cukup lama mereka berciuman dan berhenti untuk meraup oksigen di sekitar.
Baru sebentar Citra meraup oksigen tubuhnya dilimbungkan ke kasur dengan bibir mereka yang saling bertautan.
Tangan Warren meremas gundukan di balik kemeja yang dipakai Citra insting lelaki dewasanya mulai bekerja, ciumannya turun ke leher sesekali dia mencium telinga Citra membuat tubuh Citra meremang, turun lagi ke leher jenjang Citra meninggalkan Kissmark disana. Tangannnya mulai turun membelai paha mulus Citra.
"ahh,, tu-tunggu mas" Citra.
Warren langsung berhenti dan "Astaghfirullah, maaf Citra saya tidak bisa menahan nafsu saya, maaf jika saya memaksa kamu" sesal Warren dengan kepala pening karna miliknya sudah berdiri tegak.
"bukan begitu mas, mas melupakan sesuatu jika ingin meminta hal malam ini" Citra memandang Warren lekat.
Warren langsung tersenyum dan kupingnya memerah "mari kita solat 2 raka'at pengantin dulu".
"Mas aku ini istri kamu, aku siap kapanpun kamu meminta hak padaku".
Warren mengecup bibir Citra lalu berdiri dari atas tubuh istrinya itu.