Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 29 ~Bertemu~
Pagi hari yang sejuk, Arika membuka tirai jendela. Menghirup udara pagi dengan rakus, seakan berat untuk menjalani hari ini.
"Baiklah kamu akan ke rumahnya untuk memberikan surat cerai ini." Ia takut merasakan sakit lagi saat melihat Arian.
Ia melangkah keluar kamar untuk menyiapkan bekal untuk kedua putranya dahulu lalu setelah itu mengantarnya ke sekolah dan dia ke rumah Arian.
"Mommy mau kemana?" tanya Shaka setelah mencium mommynya.
"Mau keluar."
"Bareng ojisan?" tanya Arvi.
Arika menoleh ke arah keduanya yang sudah mulai menikmati sarapan rotinya.
"Iya."
"Kemana, mom?"
"Kamu kok kepo." Arika memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Arvi.
Usai sarapan mereka pun siap untuk berangkat ke sekolah. Raiden sudah menunggu mereka di lobby.
"Ojisan sudah menunggu kita?"
"Iya, ayo naik cepat kalian nanti telat ke sekolah."
Mereka menaik ke atas mobil Raiden. Raiden pun melajukan mobilnya.
"Ojisan, kalian mau kemana sih?" tanya Arvi yang keponya begitu menggebu-gebu.
"Mau jalan-jalan," jawab Raiden.
"Berdua doang? Tanpa kami?"
Raiden berdehem membuat Arvi terlihat kesal dan tak terima.
"Kalian apaan banget." Arvi melipat tangannya di depan dada.
Raiden dan Arika hanya terkekeh geli melihat bocah itu terlihat kesal. Hingga tak terasa mereka sudah sampai di sekolah.
Mereka mencium pipi kedua orang tua tersebut. Lalu turun dari mobil.
"Kalian baik-baik, ya, sekolahnya. Jangan bandel, Arvi..."
"Iya mommy bawel." Arvi menarik tangan kembaranya masuk ke dalam sekolah.
Melihat keduanya sudah tak terlihat, Raiden pun melajukan kembali mobilnya.
Suasana mobil beda saat kedua bocah itu masih ada. Sekarang mereka hanya diam dan fokus dengan pikiran masing-masing.
"Sayang." Raiden menggenggam tangan kekasihnya itu membuat Arika menoleh. "Kamu yang tenang ya, jangan tegang. Semuanya akan baik-baik saja."
Arika mengangguk dan tesenyum. Walaupun begitu ia pun masih kepikiran.
"Di sini tempatnya, sayang?"
Arika mengangguk, mereka pun turun dari mobil. Arika mengenggam tangan Raiden mencari kekuatan di sana. Dan Raiden berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Dengan tangan bergetar, Arika menekan bel satu kali bahkan dua kali.
Terdengar teriakan dari dalam rumah membuat Arika berhenti menekan bel.
Perlahan rumah terbuka. Ema terkejut atas kedatangan wanita itu.
"A-rika?" tanya Ema.
"Kenapa? Kenapa kamu kelihatan begitu terkejut?"
"Ti-dak."
"Siapa?" tanya seseorang dari belakang Ema.
Mendengar suara itu, hati Arika bergetar hebat. Suara yang sering mengatakan kebohongan kepadanya.
Cangkir yang di pegang Arian terjatuh ke lantai saat melihat kedatangan Arika.
"Arika?" Ada rasa bahagia, sedih, dan takut melihat kedatangan wanitanya.
Saat hendak memeluk Arika. Raiden langsung menahan Arian.
"Bolehkah kami masuk dulu?" tanya Raiden dengan mata elangnya menatap Arian.
"Iya." Arian langsung membuka lebar pintu rumahnya, menyuruh mereka masuk.
Arika dan Raiden melangkah masuk dan duduk di sofa.
Sedangkan Arian langsung meninggalkan Ema sendirian di depan pintu, masih membeku melihat kedatangan Arika.
Baru kemarin ia dan Arian menjalin hubungan yang baik, kenapa Arika malah datang?
"Ar-ika kamu kembali."
Arika menghela napas panjang, ia tak ingin lama-lama di sana.
"Mas, bangun." Arika tak ingin melihat lelaki itu berlutut di depannya. Ia merasa tak nyaman, dan tak ingin membuat Raiden salah paham.
"Akhirnya kamu kembali."
"Mas duduk dulu, aku ingin berbicara."
Arian akhirnya duduk berhadapan dengan Arika, dengan senyuman mengembang Arian menunggu apa yang akan diucapkan wanita tersebut.
"Mas..." Arika menaroh sebuah amplop berwarna coklat ke atas meja membuat Arian bingung.
"Apa ini?'
"Mas buka aja."
Dengan perasaan khawatir, Arian mulai membuka amplop tersebut, membacanya dengan teliti dan setelahnya terkejut.
"Surat cerai?" tanya Arian membuat Arika mengangguk.
"Aku ingin cerai, mas."
"Tidak! Di perjanjian tidak ada perceraian Arika. Kamu sudah memilih untuk tidak ada perpisahan."
"Tapi kita harus pisah, mas. Saat ini aku sudah menikah, dan kamu dengan tak sengaja sudah menalak dua aku, mas. Selama tiga belas tahun, kita juga tak tinggal bareng, dan kamu tidak memberikanku nafkah dan aku tidak memberikanmu nafkah batin. Aku ingin pisah, mas."
"Tidak Arika... Kamu mengikari janji."
Arika menghela napas panjang, ia menatap ke arah Raiden. Dan Raiden seakan memintanya untuk berbicara apa yang sudah lelaki itu ajarkan sebelumnya.
"Tapi, mas. Kamu juga mengikari janji kamu."
Arian terkejut, dia menatap ke Arika. Janji apa? Bukan kah dia menunggu wanita itu?
"Kamu dulu berjanji setelah Ema melahirkan, kamu akan menceraikannya. Tapi mana, mas? Sampai sekarang kamu saja masih bersamanya, bahkan kalian sudah mempunyai seorang putrikan? Kalian bahagia, dan itu cukup untuk kita berpisah, ayo tanda tangan surat cerai ini. Dan mari bertemu di pengadilan agama."
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.