Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
.
.
.
Aleta keluar dari lift setelah tiba dilantai bawah. Aleta memprogram kembali lift tersebut sesuai permintaan Ars. Niatnya ingin menjahili Ars, tapi ia urungkan karena sudah ketahuan.
"Selamat siang," sapa Aleta saat melewati meja resepsionis.
"Siang," jawab keduanya serentak.
Kemudian Aleta pun berlalu dan segera pergi dari perusahaan tersebut.
Aleta mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, karena ia juga tidak terburu-buru.
Sementara pesanan makanan lain sudah diantar oleh pekerja yang lain.
Aleta berencana ingin pergi ke supermarket untuk membeli keperluan sehari-hari. Karena dirumahnya sudah kehabisan stok makanan.
Saat diperjalanan Aleta dihadang oleh dua buah motor, dan satu mobil.
Aleta terpaksa menghentikan motornya dipinggir jalan agar tidak menggangu pengendara lain.
"Ada apa ini?" tanya Aleta.
"Tangkap saja dia," ucap suara dari dalam mobil. Ternyata itu adalah Madona.
Aleta nyengir saja. Melihat Madona dengan percaya diri membayar orang untuk menangkap Aleta.
"Sebenarnya apa maumu?" tanya Aleta saat Madona sudah mendekat kearah Aleta.
"Mauku hanya ingin menghancurkan hidupmu melalui mereka," jawab Madona sambil melirik 4 orang pria suruhannya.
"Aku tidak punya masalah denganmu, dan kita tidak punya urusan," kata Aleta.
"Hahaha, karena kamu aku dipecat. Dan Rangga mengundurkan diri," kata Madona yang belum terima dengan semua ini.
"Apa hubungannya denganku? Aku di restoran itu hanya bekerja sebagai pengantar makanan. Lagi pula aku tidak pernah dekat dengan kalian semua," tanya Aleta.
"Tentu saja ada, dan semua itu gara-gara kamu. kamu pasti sudah mengadu kepada bos," jawab Madona.
"Kamu tahu, siapa bos pemilik restoran itu?" tanya Aleta. Madona menggeleng.
"Kalau kamu tidak tahu, berarti aku juga tidak tahu, harusnya kamu mikir. Kamu punya otak jangan dipakai untuk merencanakan kejahatan," ucap pedas Aleta.
Madona terdiam, tapi akal sehatnya sudah mengalahkan ambisinya untuk menyingkirkan Aleta.
"Tangkap dia, dan bawa ke gudang. Setelah itu terserah kalian mau diapain," perintah Madona.
Empat orang maju secara serentak untuk menangkap Aleta. Aleta mundur dua langkah dan bersalto menerjang dua orang sekaligus. Keduanya mundur beberapa langkah sebelum terjungkal ke tanah.
Dua orang yang terjatuh memegangi dadanya kemudian memuntahkan cairan merah dari mulut mereka.
Saking kuatnya terjangan Aleta membuat kedua orang itu terluka di bagian dalam. Tersisa dua orang lagi, keduanya saling pandang dan mulai ragu untuk melawan Aleta saat melihat dua temannya memuntahkan seteguk darah.
"Maju kalian," ucap Aleta sambil melambaikan tangan kedepan.
Keduanya maju bersamaan. Salah satu menendang Aleta dan satunya meninju Aleta. Aleta dengan gesit menghindar dari serangan tersebut.
Madona yang melihat hal itu tercengang, dan tidak menyangka kalau orang yang selama ini ia remehkan ternyata jago beladiri.
Kedua orang itu kembali menyerang karena serangan mereka yang pertama tidak mengenai sasaran.
Kali ini Aleta lebih serius, Aleta pun membalas serangan tersebut sehingga keduanya pun tumbang ke tanah.
"Sekarang giliranmu," ucap Aleta pada Madona.
Madona sudah terlihat pucat dan ingin berlari. Tapi Aleta tidak akan melepaskannya begitu saja. Aleta bersalto dan menerjang punggung belakang Madona sehingga ia terlempar hingga mengenai mobilnya sendiri.
"Aku selama ini mengalah bukan berarti aku takut padamu," ucap Aleta. Madona yang sudah kesakitan pun tidak bisa menjawab.
"Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Kalau kamu masih mengganggu ku, aku tidak akan segan-segan menghancurkan keluarga dan perusahaan Papamu," ancam Aleta.
Kemudian ia memasangkan helm nya kembali dan segera pergi dari tempat itu.
"Aku tidak menyangka, ternyata dia sangat mengerikan," batin Madona. Dan segera masuk kedalam mobil miliknya.
Sementara Aleta terlihat tenang-tenang saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Aleta melanjutkan perjalanan menuju supermarket terlebih dahulu.
Setibanya ditempat yang dituju, Aleta memarkirkan motornya dan buka helm serta jaketnya.
Aleta berjalan santai masuk kedalam supermarket tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada seorang wanita paruh baya yang sedang terbaring dilantai dan kursi rodanya terbalik. Dan disampingnya ada seorang wanita sedang memaki-maki wanita itu.
Anehnya tidak ada yang berani menolong wanita itu untuk bangkit. Mereka yang melihat malah menjadi penonton dan merekam kejadian tersebut.
Aleta yang merasa iba pun segera berlari kecil mendekati wanita itu.
"Ibu tidak apa-apa?" tanya Aleta sambil mengangkat tubuh wanita itu dan mendudukkan nya dikursi roda.
Wanita itu tidak menjawab hanya airmata nya yang masih menetes membasahi pipinya.
Perlahan Aleta menghapus airmata tersebut. Dan hal itu semakin menjadi tontonan orang dan mereka semakin semangat untuk merekamnya.
"Heh, siapa kamu...?" tanya wanita yang tadi mendorong wanita lumpuh itu.
"Beginikah perilaku seorang model papan atas yang ternama?" tanya Aleta. Aleta bukannya menjawab pertanyaan wanita itu malah bertanya balik.
Wanita itu baru sadar kalau tindakannya direkam oleh orang disekitarnya.
Ya, wanita itu adalah Amora. Seorang model papan atas. Yang tergila-gila pada Ars. Bahkan Amora sempat mengejar-ngejar Aldebaran. Tapi karena ancaman Aldebaran maka ia berhenti.
"Oh, kamu cewek pengantar makanan itu, kan?" tanya Amora. Ia menahan malunya dengan mempermalukan Aleta.
"Aku akan pastikan karirmu hancur," gumam Aleta tanpa mempedulikan Amora yang ingin mempermalukan nya.
"Hei... Aku bicara sama kamu," kata Amora.
Tapi Aleta lebih tertarik menolong wanita paruh baya itu. Tidak berapa lama anak dari wanita datang sambil berlari kecil.
"Mama, Mama tidak apa-apa?" tanya pria itu.
"Lain kali ibunya dijaga mas, jangan biarkan orang tua sendirian dalam keadaan seperti ini," ucap Aleta pedas.
Pria itu hanya meminta maaf dan mengucapkan terima kasih. Sementara Amora sudah lebih dulu pergi karena takut akan semakin malu.
Amora tidak tahu kalau kehancuran karirnya sudah didepan mata. Amora yang dikenal baik dan dermawan didepan publik ternyata hanya settingan.
Video tentang Amora yang menganiaya orang lumpuh pun tersebar, begitu juga video Aleta yang menolong wanita itu juga sudah tersebar. Karena ada yang memposting melalui siaran langsung.
Pria itu memperhatikan Aleta yang semakin menjauh dari tempat itu. Kemudian ART yang merawat wanita itu pun datang. Tadi ia pergi ke toilet karena kebelet. jadi ia meninggalkan majikannya ditempat ini. Ia tidak tahu kalau majikannya mendapat masalah.
"Bibik kemana saja?" tanya pria itu.
"Maaf Tuan muda, tadi saya ke toilet," jawabnya.
"Sudah saya peringatkan, jangan membawa Mama ketempat seperti ini," kata pria itu.
"Maaf Tuan muda, tapi nyonya yang ingin kesini," jawab pelayan itu.
"Sudah Nak, pelayan tidak salah, Mama yang salah," ucap wanita itu.
"Ya sudah, bawa Mama pulang," titah pria itu.
"Tapi Tuan, saya belum berbelanja," jawab pelayan itu.
"Sini catatannya biar saya saja yang belanja," kata pria itu.
Pelayan pun memberikan catatan belanjaan tersebut. Kemudian ia pun pergi membawa majikannya pulang.
"Haah, sebanyak ini?" batin pria itu tercengang.
.
Terima kasih. Banyak yang suka dengan cerita ini. Dan berkat dukungan kalian, novel ini masuk rangking karya baru. Alhamdulillah.
.
.
.