“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Empat belas
Sudah beberapa kali Aris mencoba untuk memejamkan kedua matanya, namun lagi-lagi ia tak bisa tertidur barang sekejap pun.
Pikirannya terus saja melayang kepada Ana.
Entah kenapa baru kali ini Aris sempat merasa berdebar-debar saat melihat penampilan pembantumya itu tadi siang, biasanya Aris tak pernah seperti ini saat melihat tubuh seksi wanita lain selain tubuh milik istri cantiknya itu.
Duar... Duar...
Suara petir menyambar-nyambar dari luar Rumahnya, Aris pun langsung melirik ke arah Arloji yang ada di pergelangan tangannya untuk mengetahui waktu saat ini.
Saat ini rupanya jam sudah menunjukan pukul 11:45 Wib.
"Tuhan ada apa denganku? aku tidak bisa memejamkan kedua mataku barang sekejap pun." Gumam Aris.
Selang beberapa menit, suara petir kembali menggema di kedua telinganya, kali ini terdengar lebih dahsyat dari tadinya, bahkan sudah di sertai dengan curah hujan yang sangat lebat.
"Ya tuhan." Ana langsung terbangun dari tidurnya, karena terkejut saat mendengar suara petir tersebut.
Blup...
Lampu kamarnya tiba-tiba padam.
"Huhuuu......"
Tangis Ana pun langsung pecah, saat mendapati kamarnya yang sudah gelap gulita. Dia sudah mencoba meraba-rabakan tangannya ke sekitar tempat tidurnya, demi mencari Ponselnya, namun usahanya hanya sia-sia.
Sementara itu.
Aris yang saat itu masih berada di dalam kamarnya pun entah mengapa merasa begitu khawatir dengan kondisi pembantunya itu saat ini. Tangannya sudah meraba-raba ke atas meja yang ada di sebelah Ranjangnya itu guna mencari Ponselnya.
"Apakah saat ini, gadis itu masih baik-baik saja?" Batinnya.
Setelah menemukan ponselnya, Aris pun langsung buru-buru keluar untuk mencek kondisi gadis itu.
Sayup-sayup telinganya sempat menangkap suara tangis Ana, saat dia sudah berada di depan pintu kamar pembantunya itu.
"Ana, apa kau baik-baik saja? bukalah pintunya!" Teriak Aris dari luar, suaranya terdengar begitu panik.
"Bapak! huhuuuu, Ana tak bisa melihat apapun, karena di kamar Ana benar-benar gelap." Tangis Ana semakin menjadi-jadi dari sebelumnya.
Aris yang juga mendengar suara tangis dari gadis itupun, semakin di buat panik dari sebelumnya.
"Okey.. kau tenangkan dulu dirimu, aku akan menolongmu!" Teriak Aris, agar gadis itu mendengarnya, tubuhnya sudah mengambil ancang-ancang, demi mendobrak pintu kamar pembantunya itu.
Brakkk..
Akhirnya Aris pun berhasil mendobrak pintu kamarnya.
Ana yang saat itu sudah bisa melihat cahaya kembali yang berasal dari senter ponsel majikannya itu pun langsung berlarian begitu saja demi menghampiri pria itu, dan reflek langsung memeluk tubuh pria itu dengan eratnya karena terlalu takut.
"Ana tenanglah! aku ada di sini untukmu!" Ujar Aris seraya mengelus-ngelus pucuk kepala gadis itu untuk menenangkannya.
"Ana takut sekali pak," Jawab Ana. Tangisnya pun sudah mulai reda, karena saat ini dia tak lagi sendirian.
"Berhentilah menangis! aku ada di sini untukmu."
"Apa kau menangis karena takut dengan suara petir?" Lanjut Aris lagi.
"Bukan, Ana bukan takut pada petir, akan tetapi, Ana takut karena di sekeliling Ana gelap gulita," Ujar Ana memberitahu sembari makin mengeratkan pelukannya kepada pria itu. Sementara Aris, sudah di buat terpana saat mendengar pengakuan gadis itu.
"Serius, kau menangis hanya karena lampu padam? bukan karena takut akan petir?" Tanya Aris sekali lagi untuk memastikan pendengarannya.
"Iii.. ia pak, Ana paling takut di saat sekeliling Ana menjadi gelap," Ujar Ana memberitahu.
"Benar-benar gadis yang unik, kebanyakan perempuan biasanya takut akan suara petir dan juga kegelapan, tapi alasan dia menangis sampai seperti itu hanya karena takut akan kegelapan samata." Gumam Aris.
Ingin rasanya Aris tertawa saat itu juga, karena merasa lucu dengan penuturan gadis itu. Akan tetapi dia masih bisa menahannya karena ini bukanlah waktunya untuk tertawa.
kok tega sih Mak buat Anna sampai segitu nya....kok susah bener buat Anna bahagia 😭😭
nasib Anna pasti d ujung tanduk....ya Allah kok gak habis2 nya sih mak