"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Jujur!
Dalam ruangan Bella. Wanita itu kembali berbaring di atas ranjang rumah sakit. Tidak dipungkiri, Bella begitu khawatir pada keadaan Desi. Terutama, janin di perut kekasih suaminya tersebut.
"Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu yang buruk pada kandungan Desi. Lindungi dia ya Tuhan," gumam Bella.
Air mata menetes di pipinya. Ia tatap langit-langit kamar dengan rasa bersalah luar biasa.
"Kenapa kau menangis?"
Tangan kekar itu mengusap jejak air mata di pipi Bella.
Leo.
Ia yang tadi baru membuka pintu. Mendengar semua yang Bella katakan.
Wanita itu sepertinya tak menyadari kedatangannya.
"Apalagi yang Desi lakukan padamu?" ucap Leo lembut.
Jika ternyata Desi benar kembali menyakiti Bella. Kali ini, Leo sendiri akan turun tangan memusnahkan simpanan Adam itu.
Bella menampik tangan Leo lalu berbaring memunggunginya.
"Tidak ada. Ada apa kakak kesini?"
"Kau bertanya tapi pantatmu yang kau hadapkan padaku? Sopan kah begitu?"
Percayalah, Leo menahan senyum melihat tingkah lucu Bella itu. Sudah seperti anak-anak yang meraju tidak di belikan permen.
"Jika tidak ada yang ingin kakak bicarakan. Lebih baik keluar. Aku ingin istirahat," balas Bella setelahnya ia bergidik, hawa panas menerpa telinganya di susul suara seksi Leo.
"Betul, ada yang ingin aku bicara--"
Kata-kata Leo terhenti karena Bella mendorong jauh wajah maskulin Leo dengan kedua telapak nya.
Hal, itu membuat Leo semakin gemas pada ibu dari anak-anaknya itu. Senyum dibibir Leo melebar seketika.
"Bicaralah kak, tapi jangan dekat-dekat."
"As u wish, baby."
Nyatanya, apa yang di katakan Leo. Bertentangan dengan apa yang ia lakukan. Pria itu bangkit dari kursi rodanya bersusah payah lalu mengambil posisi berbaring di samping Bella. Melingkar kan sebalah tangan di perut Bella sembari mengelusnya. Dagunya ia letakan di puncak kepala Bella. Jelas, Bella berontak bahkan sigap akan turun. Namun, Leo menimpakan kakinya di atas kaki Bella. Mengunci pergerakan wanita itu.
"Kak, tolong lepaskan! Jangan seperti ini!"
Leo menggeleng pelan. "Sebentar saja, Bella. Aku butuh ini."
Dahi Bella berkerut dalam. Apa maksud kakak iparnya ini? Jangan, bilang Leo akan melecehkannya lagi dan disini tempatnya.
"Tidak! Lepaskan kak!"
"Hust, diam. Suaramu bisa membuat orang salah paham," bisik Leo membekap mulut Bella.
Tanpa tahu, wanita yang ia dekap paksa itu mulai meneteskan airmata. Leo sadar Bella menangis setelah merasa telapaknya basah dan lembab.
"Hei, kenapa kau menangis?" heran Leo.
Tak urung, ia balik posisi Bella menghadap ke arahnya. Sorot mata wanita tersebut terlihat putus asa. Leo kembali menarik Bella masuk ke pelukannya. Sekarang posisi keduanya berhadapan.
Saling meresapi kehangatan tubuh masing-masing. Hidung Bella tanpa sadar menghirup rakus aroma tubuh kakak ipar sekaligus ayah twins triplet di perutnya itu yang memang sangat Bella rindukan.
"Aku merindukanmu. Sangat rindu, Bella," aku Leo. Sudah tak mampu menahan rasa bergejolak di dadanya karena tersiksa jauh dari adik iparnya itu.
"Apa kau juga merindukan ku?"
Bella tidak menjawab apalagi menggeleng. Ia hanya diam dan terus terisak.
"Berarti iya. Kenapa kau semakin cengeng, hmmm?" Leo mengecup kening Bella yang tak mau menatap wajahnya.
"Maaf jika aku ada salah. Tapi, tolong jangan diam seperti ini, Bella," pinta Leo lirih.
Ia ikut sakit melihat wanita yang di cintainya itu seperti raga tanpa jiwa.
Leo hampir tersenyum. Sebelum akhirnya, mata merah Bella menyorotnya putus asa.
"Aku ingin kakak menjauh dariku. Mari, seperti dulu lagi. Seperti dua orang asing. Seperti awal pertama kita bertemu. Dimana kakak begitu membenciku. Lupakan yang pernah terjadi di antara kita," ucap Bella dengan seraknya dan bersungguh-sungguh membuat Leo tidak suka dengan apa yang di ucapkan Bella itu.
"Kau yakin?" balas Leo menatap dalam Bella yang mengangguk.
"Sayangnya, aku tidak mau."
Cup!
Leo mempertemukan bibir mereka. Satu tangannya menangkup pipi Bella karena Bella semakin memberontak memukuli dada bidangnya. Bibir Bella tertutup rapat, tapi Leo tak habis akal.
Ia gigit bibir bawah Bella hingga wanita itu terpaksa membuka setengah mulutnya saat itu lah lidah panas Leo melesak masuk. Menyerap rasa manis dari lidah merah Bella. Leo terpejam menikmati apa yang ia lakukan tersebut.
"Hmmpht ...." gumam Bella.
Ia semakin merinding. Apalagi, sesuatu yang keras terus menabrak paha atasnya.
'Shit! Bersama wanita ini saja kau selalu murahan!' umpat Leo pada junior kecilnya diantara selangkangan itu.
Leo menyudahi ciumannya. Takut, Bella kehabisan napas. Bisa bahaya, apalagi wanita itu membawa tiga kecebongnya.
Plak!
Bella menampar pipi Leo dengan napas memburu. Bukannya kesakitan, Leo malah menyerahkan satu pipinya lagi.
"Ini juga, tidak apa. Asal kau puas," ujar Leo serius membuat Bella tak tega menurunkan tangannya perlahan.
"Aku mohon kak, berhenti melecehkan ku. Jaga lah perasaan calon istrimu. Jangan sampai ia tahu aib ini."
"Tidak ada aib," Kedua alis Leo menukik tajam. "Dia anak ku dan anakmu, mengerti?"
Bella mendesah lelah. Berdebat dengan Leo tidak akan ada ujungnya.
"Aku harap kau mengerti. Bagaimana keadaannya dan tubuhmu apa ada yang sakit?"
Lagi, lagi Bella tak menjawab.
"Bella, boleh aku mengelusnya secara langsung?"
Padahal jika Leo mau, ia tak perlu ijin. Luar dalam Bella bahkan sudah ia rasakan.
Bella mengangguk berat. Air matanya jatuh kembali setelah Leo berhasil menyingkap bajunya sedikit. Leo mendekatkan wajahnya ke perut Bella sembari berbisik.
"Hai, apa kalian baik-baik saja? Jangan nakal di dalam sana, akur lah berbagi tempat. Jaga wanita bodoh ini untukku, mengerti?"
Leo mengusap-usap perut Bella lalu tanpa di duga Bella, Leo mengecup dalam perutnya.
'Terimakasih kak, kado terindahnya. Mereka pasti senang. Maaf, aku akan membawanya pergi bersamaku,' batin Bella begitu sedih.
Tekadnya sudah sangat bulat untuk pergi dari bayang-bayang Leo
"Apa yang kalian lakukan?!"
Leo dan Bella sama-sama menatap pria berjas hitam yang baru membuka pintu, namun pria tersebut sudah di suguhkan adegan tak lazim dari adik dan kakak ipar itu.
Ya, dia Adam.
Wajah pria itu begitu kusut dengan mata sembab mendekat ke arah ranjang Bella membuat Leo langsung bersandar malas di headbrod sedang Bella reflek berdiri di sisi ranjangnya.
"Jawab, Bella! Dia kan ayah dari anak lo itu?!" bentak Adam hampir melayangkan tamparan pada Bella.
Sebelum bunyi klik dari pistol ditangan Leo menghentikan aksinya. Sedang Bella, begitu terkejut Adam tahu kebenaran tentang kehamilannya.
"Shit! Lo jangan ikut campur sialan!"
"Kenapa tidak? Kau mengancam keselamatan ibu dari anak-anak ku. Karena, kau sudah tahu, segera ceraikan Bella."
Adam tertawa sarkas. Rasa panas tiba-tiba menggelora di dadanya mendengar kata Leo. Mengakui maha karya di perut Bella adalah hasil Leo.
"Apa, terus lo mau punya dua istri? Enak banget lo. Sampai mati Bella cuman milik gue. Ayo lo, ikut gue pulang!" Tarikan adam di tangan Bella tak berhasil karena Leo merangkul pinggang Bella. Rahang Adam semakin bergemeletuk geram melihatnya.
"Lepasin tangan Bella, bangsat!"
"Coba saja lepaskan. Agar aku punya alasan meledakan kepalamu!" balas Leo tak kalah tajam. Adam terkekeh sinis.
"Lo pikir gue takut? Gue juga punya itu."
Bella spontan berteriak, saat Adam dan Leo saling mengacungkan pistol.
"Berhenti!"
Liam disusul masuk Mom Aline, Devita, Kanaya dan Revan. Paruh baya itu kembali, karena Devita minta di temani menjenguk Bella. Tapi, apa yang ia dengar benar-benar membuatnya sangat terkejut.
"Leo, katakan! Apa yang kau ucapkan tadi hanya prank, kan? Tidak mungkin kau menghamili adik iparmu sendiri."
"Anak di kandungan Bella memang benihku."
Brugh!
Kanaya tak sadarkan diri di tempatnya..
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️