Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Arjuna penolong.
"Sayang, kamu gak apa-apa?"
Suara penuh kekhawatiran itu datang dari seorang pemuda yang baru saja masuk ke ruang UKS bersama dua orang gadis yang mengekor di belakangnya.
"Vio, kok bisa gini sih?" kali ini Amel yang berbicara. Dia adalah salah satu sahabat baik Viola selain Dian.
"Iya, Vi. Lo gak apa-apa kan?" Dian tak kalah khawatirnya dari Amel dan Bian.
"Iya, gue gak apa-apa kok, cuma lecet dikit tapi udah diobatin," tunjuk Viola dengan dagunya pada lututnya yang sudah di plester.
"Siapa yang melempar bolanya? Biar aku kasih pelajaran dia," ujar Bian dengan begitu menggebu-gebu. Jelas dia tidak terima jika pacarnya mendapatkan perlakuan seperti ini.
Heran bukan, Viola yang katanya cinta setengah mati pada Raka ternyata sudah memiliki pacar. Ya, semua ini terjadi karena terpaksa, satu bulan lalu Viola terpaksa menerima cinta Bian. Kalau kata orang, lebih baik dicintai daripada mencintai. Mungkin itulah yang sedang Viola jalani dengan Bian. Daripada mengharapkan Raka yang belum pasti, Viola ingin mencoba menjalani hubungan dengan Bian. Meskipun nyatanya sampai saat ini Viola masih belum bisa memiliki perasaan apapun terhadap Bian.
"Udah deh, Bi. Gak usah berlebihan gitu, aku kan udah bilang kalau aku gak apa-apa." Viola mencoba untuk turun dari atas brankar dan kembali berdiri tegak.
"Gak bisa gitu dong sayang__"
"Bi, aku kan udah bilang sama kamu berkali-kali, jangan panggil aku sayang, apalagi kalau kita lagi di sekolah. Bisa kan Bi?"
"Tapi Vi__"
"Kenapa? Biar semua orang tau kalau kita berdua pacaran? Hubungan gak harus diumbar kan, Bi."
"Oke, oke, tapi nanti kamu pulang bareng aku ya? Please__" Bian mengatupkan kedua tangannya di depan dada, memohon agar keinginannya dikabulkan oleh Viola.
"Gak bisa, Bi. Aku udah ada yang jemput, Pak Wawan." ujar Viola menyebut nama supirnya.
"Gampang, suruh aja supir kamu pulang duluan. Kalau mama kamu nanya bilang aja kita lagi ada belajar kelompok, kan beberapa bulan lagi kita ujian."
"Kamu mau aku bohong sama mama?"
"Bukan gitu, Vi. aku cuma pengen ngajak kamu jalan, kita makan bareng, nonton, apa itu salah?"
Viola tidak langsung menjawab, nyatanya selama sebulan berpacaran, mereka belum pernah pergi hanya berduaan. Jikapun iya diijinin keluar diluar kegiatan sekolah, selalu ada Amel dan Dian yang jadi bodyguard untuk Viola. Belum lagi kakak Viola yang selalu memantau adik semata wayangnya. Viola memang memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah duduk di bangku kuliah, namanya kak Leo.
Viola menggeleng sembari tersenyum, "Nggak salah sih, Bi. Cuma akunya aja yang gak pengin. Aku ke kelas dulu. Makasih udah khawatir."
Dengan diikuti oleh Amel dan Dian, Viola berjalan meninggalkan UKS menuju ke kelas mereka. Bian hanya bisa menarik nafas berat setelah lagi-lagi mendengar penolakan dari Viola. Sepertinya kekasihnya itu masih belum bisa membuka hati sepenuhnya untuk dirinya. Setelah mencoba menenangkan diri sejenak, Bian menyusul ke kelas karena sebentar lagi ada pelajaran Kimia.
-
-
-
Sebenarnya Viola masih merasa sedikit pusing gara-gara terkena lemparan bola saat tadi dilapangan. Beruntung tadi dua orang gadis anak kelas XI mau membantunya mengantar ke UKS. Setelah sebelumnya Viola dibuat sedikit kesal dengan panggilan 'kakak' yang dilayangkan oleh Raka.
Berbicara tentang Raka, baru tadi Viola bisa melihat wajah Raka dengan sedekat itu. Sayangnya Viola tidak diberi kesempatan untuk mengagumi barang sejenak saja karena anak-anak yang lain keburu datang dan mempertanyakan keadaannya.
"Loh kok berhenti, Pak?" tanya Viola pada pak Wawan, supirnya. Saat ini mereka memang sedang berada di dalam mobil dan dalam perjalanan menuju pulang ke rumah.
"Itu, Non. Didepan ada motor." Pak Wawan menunjuk motor didepannya yang tiba-tiba berhenti mendadak. Lebih tepatnya mereka seperti sengaja berhenti di depan mobil yang dinaiki Viola dan Pak Wawan.
"Siapa sih, Pak?"
"Kurang tau, Non. saya juga gak kenal. Bentar Non, saya turun dulu ya?" ujar Pak Wawan yang kemudian membuka pintu mobil dan segera turun.
Dari dalam mobil, Viola terus memperhatikan. penampilan dua orang itu yang terlihat mirip seperti preman membuat bulu kuduk Viola berdiri. Belum lagi tangan keduanya yang dipenuhi dengan gambar-gambar tato.
"Hah, pak Wawan!!" seketika Viola langsung menjerit kaget saat melihat pak Wawan mendapatkan bogem dari salah seorang pria.
Melihat pak Wawan kembali dipukul, Viola memutuskan untuk turun. Wajahnya semakin panik begitu melihat Pak Wawan sudah dibuat babak belur karena terus mendapatkan pukulan diwajah dan tubuhnya.
"Hei, cantik. Main sama Abang, yuk?" Salah seorang pria berjalan mendekati Viola.
"Jangan mendekat! Atau aku akan teriak." Viola berusaha menakut-nakuti dengan ancaman, namun pria itu malah tertawa. Pasalnya di jam segini tempat itu memang sangat sepi dan jarang ada yang lewat.
"Teriak aja cantik, gak akan ada yang denger. Paling binatang-binatang liar yang bakal dengerin teriakan kamu."
"TOLONGGG___!!!"
"TOLONGGG _____!!!"
Seperti apa yang dikatakan oleh pria itu, berkali-kali Viola berteriak memanggil minta tolong sampai suaranya serak tetap tidak ada yang datang untuk menolong.
"Kamu tinggal pilih cantik, mau temenin Abang atau kamu mat___"
"PILIH PATAHIN TANGAN KAMU!!!"
Seketika perhatian mereka teralih pada sumber suara itu. Sosok pemuda dengan pakaian seragam sekolah yang sama dengan yang dipakai oleh Viola kini sedang berdiri dengan beberapa orang pemuda lain di belakangnya. Para pemuda itu tidak ada yang Viola kenal, kecuali__
"Raka??"
...🌻🌻🌻...
Demi masa depan kalian Vio...
emank gak mau punya suami yang sukses nantinya...
Vio gak rela di madu 3