NovelToon NovelToon
Pernikahan Tak Terduga

Pernikahan Tak Terduga

Status: tamat
Genre:Tamat / Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:27.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Niat hati memberikan pertolongan, Sean Andreatama justru terjebak dalam fitnah yang membuatnya terpaksa menikahi seorang wanita yang sama sekali tidak dia sentuh.

Zalina Dhiyaulhaq, seorang putri pemilik pesantren di kota Bandung terpaksa menelan pahit kala takdir justru mempertemukannya dengan Sean, pria yang membuat Zalina dianggap hina.

Mampukah mereka menjalaninya? Mantan pendosa dengan masa lalu berlumur darah dan minim Agama harus menjadi imam untuk seorang wanita lemah lembut yang menganggap dunia sebagai fatamorgana.

"Jangan berharap lebih ... aku bahkan tidak hapal niat wudhu, bagaimana bisa menjadi imam untukmu." - Sean Andreatama

ig : desh_puspita27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25 - Langit dan Senja

Sean tidak bercanda, dia memanfaatkan waktu seharian penuh bersama Zalina di luar. Setelah rayuan mengajaknya ke penginapan terdekat Zalina tolak mentah-mentah, Sean terpaksa mengalah. Meski demikian, bukan berarti Sean akan mengajaknya pulang cepat.

Tiada yang lebih indah, selain duduk berdua di kala senja. Dua hati yang sama-sama merindukan, sejak dahulu Sean tidak pernah merasakan kehangatan semacam ini sekalipun berhubungan dengan banyak wanita. Begitu juga Zalina yang sejak dahulu tidak pernah merasakan hal semanis ini.

"Kau tahu bagaimana hubungan langit dan senja, Na?"

"Saling melengkapi?" tanya Zalina pelan, dia tidak begitu pandai merangkai kata manis untuk pasangannya.

"Bukan, mereka ditakdirkan bersatu walau tidak setiap waktu ... langit tidak pernah pergi dan tetap setia menanti walau senja meninggalkannya," tutur Sean menatap nanar rona merah di ufuk sana.

"Tapi senja tetap kembali esok hari."

"Tapi tidak selalu indah, Na ... sekalipun indah hanya sebentar, menyebalkan."

Zalina tersenyum simpul, perlukah mereka berdebat perkara asmara semesta yang tidak mereka ketahui secara nyata. Hanya menerka, sementara yang Zalina ketahui tentang alam hanya bukti kekuasaan Sang Pencipta.

"Tuhan tidak akan salah menentukan takdir, Mas ... sebagaimana langit yang diciptakan setia, maka Tuhan juga menciptakan senja yang akan menjadikan langit sebagai rumah."

Keduanya larut dalam kehangatan, Zalina bersandar di bahu Sean yang kini masih setia menggenggam tangannya. Ponselnya berdering, sedikit menyebalkan lantaran Sean merasa diusik.

"Ameera?"

Dia pikir telepon dari sang mertua, nyatanya hanya Ameera. Tanpa pikir panjang, Sean menolak panggilan dari Ameera menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku. Sungguh, panggilan yang sama sekali tidak penting.

"Siapa, Mas?"

"Hm? Ini kecebong tiba-tiba telepon, tidak penting, Sayang."

"Kecebong siapa, Mas?"

"Penipu, Na ... dulu Mas sampai hilang puluhan juta karena penipuan semacam ini, maka dari itu Mas tidak mau asal terima telepon orang asing."

Pandai sekali mencari alasan, menurut Sean itu adalah jawaban paling baik di saat begini. Jika dia jawab Ameera, jelas Zalina akan meminta Sean menghubunginya lagi. Namun, jika Sean menjawab demikian, Zalina memang berakhir diam dan tidak banyak protes setelahnya.

"Mas, pulang yuk ... nanti dimarahin abi, aku tidak pernah magrib masih di luar."

Sejak tadi sebenarnya Zalina sudah resah, dia meminta pulang berkali-kali. Namun, Sean dengan sejuta rayuannya menunda hingga sudah sesore ini. Tanpa Sean duga jika Zalina akan kembali meminta pulang setelah beberapa menit sedikit lebih tenang.

"Perginya sama suami, mana mungkin abi marah, Sayang."

"Tapi tetap saja, Mas ... ayo pulang."

Baiklah, sesuai janji Sean memang mengatakan mereka akan pulang. Lagi pula tidak ada persiapan Zalina untuk menginap dadakan. Selagi bisa dijalani untuk pulang, maka tidak ada salahnya mereka pulang saja.

Setelah menyempatkan shalat di masjid yang mereka lewati. Sean keluar lebih dahulu, menunggu istrinya keluar yang ternyata sedikit lebih lama. Sean yang sudah duduk manis di motor kini menatap wajahnya di spion, dia tertawa sumbang seakan tengah mengucapkan selamat pada seorang Sean yang tidak pernah berpaling dari Tuhannya pasca menikah.

"Pelan sekali jalannya ya, Tuhan."

Hanya membatin, mana mungkin Sean utarakan hal semacam itu pada sang istri secara langsung. Cara jalan Zalina memang tampak pelan di matanya, mungkin karena terbiasa melihat kedua adiknya yang melangkah persis pasukan perang jika di rumah.

"Mas lama nunggunya?"

"Tidak ... ayo pul_ hujan?"

Semesta merestui mereka di luar sepertinya. Rintik gerimis yang kini membasahi bumi membuat Sean mengurungkan niatnya. Keduanya memilih menunggu lebih dulu. Wajah Zalina mulai berbeda, mungkin sebal lantaran sejak tadi yang menunda pulang adaah Sean.

"Dingin? Peluk sini," tutur Sean merentangkan tangannya dan sontak mendapat gelengan kepala dari sang istri.

Jika saja bukan di tempat umum mungkin Zalina bersedia, tapi untuk sekarang dia memilih tidak mau. Cukup lama keduanya menunggu, hingga hujan perlahan mereda. Kesempatan untuk mendapatkan pelukan Zalina tanpa diminta, tentu saja penyebabnya karena dingin.

.

.

"Kita kemana sekarang?" Baru saja melaju pertanyaan Sean sudah membuat Zalina menghela napas panjang, padahal sudah jelas tujuan mereka hendak kemana.

"Pulang dong, Mas kok tanya lagi."

"Haha siapa tahu mau ke hotel, itu ada ... tinggal belok kalau mau," tutur Sean tertawa sumbang dan hingga mendapat cubitan di perutnya.

"Jangan bercanda terus, nanti hujan lagi gimana? Kita tidak pamit baik-baik sama abi, Mas."

Sejak tadi hanya itu yang Zalina khawatirkan, sungguh tidak ada yang lain. Dia sendiri bingung kenapa Sean sesantai itu padahal mereka tidak pulang cukup lama.

"Mas sudah pamit pas subuh, abi bilang boleh, Sean bawa saja Zalina sesukamu ... tidak pulang juga tidak masalah, lagi pula dia milikmu. Begitu, Na."

Sean tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang pamit, tapi tentu saja jawaban dari kiyai Husain tidak sama persis dengan yang dia utarakan. Sayangnya, Zalina yang memang terlalu bersih dan tidak pernah berbohong percaya begitu saja jika sang suami tidak mengarang.

"Syukurlah, kenapa tidak bilang dari tadi? Kalau bilang aku tidak akan ketar-ketir begini, Mas."

Terlambat, mereka sebentar lagi tiba di kediaman kiyai Husain. Mereka bisa pergi lagi lain kali, untuk hari ini sudah cukup dia membawa Zalina sejak matahari meninggi hingga hari kian gelap.

Meski Sean sudah pamit sebelumnya, pria itu masih berusaha mencuri hati mertua dengan membawakan roti bakar sebelum kemudian pulang. Dia hanya mengingat sang papa yang biasanya akan luluh hanya karena disuap roti bakar atau sejenisnya, mungkin sang mertua akan sama.

Mendekati kediamannya, perasaan Sean medadak tidak nyaman. Antara yakin dan tidak yakin, Sean bahkan mengurangi kecepatan dan memastikan apa yang terjadi di sana.

Deg

"Mas, kok ramai? Ada apa ya?"

Sama halnya seperti Sean, sang istri juga merasakan hal yang sama. Apalagi ketika dia menyadari beberapa pasang sepatu tersusun di depan rumah. Sungguh, ini sangat tidak biasa dan aneh saja menurutnya.

"Entahlah, Mas juga tidak menger_"

"Sean!!"

"Astaghfirullah, kenapa dia ada di sini?"

.

.

- To Be Continue -

1
Goresan Receh
knp setelah nikah, br abg nya berisik
Molyy
Buruk
Syahril Ramadhan
Biasa
Anik Dwi Lestari
Kecewa
Anik Dwi Lestari
Buruk
Nia Muthia
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Kalsum
🤣🤣🤣🤣panci panci
Nurlinda
penasaran SM sosok Irham sebenarnya
Kalsum
makin degdekan
Kalsum
jelas dong rugi. sean
Ruaitoh
Luar biasa
Kalsum
yg sabar
Kalsum
🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭
Kalsum
selamat
Kalsum
😭😭😭😭
Kalsum
jgn melarikan diri sean
Kalsum
ternyata hidup sean seestrim itu
Kalsum
seru thoor ceritanya
Kalsum
kayaknya ibu ilham yg atur sekanario semua
Kalsum
klu udh ada penyakit hat.pasti susah obatnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!