Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Selamat ulang tahun Adinda." ujar Lusi, Rini dan Sari serempak, mereka adalah teman teman satu gank dan satu lagi Rizka.
"Makasih makasih, kalian sahabat terbaik gue emang." girang Adinda, teman temannya memang tidak memberi apa apa, karena mereka tau Adinda tidak akan mau merayakan hari ulang tahunnya, cukup ucapan saja dia sudah sangat senang.
"Din, pulang sekolah mau kemana?" tanya Lusi.
"Seperti biasa, pulang kerumah, nunggu ayah, trus ke makam bunda." ujar Adinda tersenyum, tapi di senyumnya itu ada goresan luka yang tersimpan.
"Yahhh... Padahal kami mau aja kamu ke cafe pelangi loh." ujar Rini yang tau sahabatnya itu memang menyukai es cream di cafe tersebut.
"Haa... Benar kah, aku memang mau ke sana, tadi ngajak Dion, tapi katanya ngak bisa, katanya lagi latihan," keluh Adinda.
"Ya udah, ngak ada Dion tapi kan ada kita kita, jadi perginya sama kita aja." sahut Lusi.
"Baiklah, kita kesana bareng bareng." semangat Adinda.
"Rizka kemana sih, kok akhir akhir ini jarang kumpul sama kita sih." ucap Rini.
"Tau tuh anak, ngilang mulu kerjaannya." Sari.
"Dahlah, ngak usah di pikirin, sekarang kita masuk ke aula, nanti di omelin guru, klau tau kita masih kumpul di sini." celetuk Sari.
Mereka melangkah masuk ke aula, dan Dion dari tadi sudah tidak kelihatan batang hidungnya.
"Itu bukannya Dion ya sama Rizka." tunjuk Rini ke arah dua orang berbeda kelamin itu, yang sepertinya sedang berbicara serius.
"Loh iya, ngapain dia berduaan, awas saja klau sampai selungkuh gue duluan yang hajar mereka." geram Lusi, yan memang tidak menyukai penghianatan, karena orang tuanya berpisah karena orang ke tiga.
"Dah lah, ngak usah negatif tingking gitu, kita samperin aja ke sana, mana tau mereka ada masalah." ujar Dinda yang memang sedikit kaget melihat kelakuan dua orang itu.
ke empat remaja itu menghampiri Dion dan Rizka yang tampak sedang membicarakan hal penting.
"Kalian lagi ngapain berdua di sini?" tanya Adinda, yang du ikuti oleh teman temannya.
"Ehhh, s-sayang, A-dinda!" kaget dua orang itu, dan muka mereka lansung pucat pasi, seperti seorang pencuri yang ketahuan.
"Kok pada kaget gitu, kek habis ngelihat hantu." ujar Adinda santai, padahal dalam hati ada rasa gimana gitu, masalahnya, cowoknya ngak pernah dekat sama teman temannya, kenapa sekarang sangat akrab dengan Rizka, ada apa gerangan, pikir Adinda namun dia ngak mau suudzon dulu.
"Eh, bukan gitu, kamu itu datang tiba tiba dan ngagetin kita," elak Dion yang berusaha menormalkan rasa gugupnya.
Mata Adinda memicing menatap ke aras Rizka
"Kamu ngapain sama pacar aku Riz?" sentak Adinda.
"I-itu aku ketemu ngak sengaja kok sama dia di sini." gugup Rizka.
"Ngak sengaja, tapi kalian ngomong serius kami lihat." sela Lusi.
"Itu tadi aku ngak sengaja ketemu teman kamu di sini sayang, katanya lagi ada masalah, jadi aku tanya lagi ada masalah apa, trus dia curhat sama aku." bela Dion.
"Ohhh, dari kapan kamu perhatian sama perempuan lain, perasaan selama ini kamu cuek sama masalah orang, kenapa sekarang tiba tiba jadi sok peduli!" selidik Adinda.
"Dia kan teman kamu sayang, masa aku diam aja pas dia punya masalah." bela Dion.
"Kemaren waktu Lusi ada masalah kamu kok cuek aja, malah Lusi sangat kacau waktu itu." sarkas Adinda, lansung membuat Dion bungkam, tidak tau mau ngomong apa lagi.
"Sudah lah Din, aku minta maaf, jangan jadi berantem gara gara aku," ujar Rizka dengan wajah sok menderita.
"Kamu juga kenapa Riz? punya masalah kenapa ngak cerita sama kami, justru cerita sama Dion, maksud kamu apa?" sinis Lusi yang melihat gelagat tidak baik dari Rizka.
"Emang separah apa sih masalah kamu, sampai sampai harus Dion yang turun tangan, bukanya kamu ngak dekat sama Dion selama ini," ujar Rini.
"Tau tuh, kenapa harus Dion, kan ada kami teman kamu." ujar Sari.
"Iya aku akui aku salah, ngak cerita sama kalian, soalnya kan kita udah lama ngak kumpul, jadi aku ngak tau lagi mau curhat sama aku, jadi tadi ada Dion aku curhat sama Dion." Bela Rizka
"Ngak main bareng itu kan kamu sendiri yang ngehindarin kita, setiap di ajak main kamu yang ngak mau, dengan banyak alasa, lagi mager lah, lagi sibuk ini itu, sekarang seolah olah teraniaya, dan seperti orang ngak punya teman dan curhat sama cowok teman sendiri, maksudnya apaan, biar terlihat menyedihkan, cari perhatian dari cowok teman sendiri!" sinis Lusi.
"Astaga ngak gitu kok!" kesal Rizka yang dari tadi di sudutkan oleh teman temannya.
"Udah udah, kalian jangan bikin Rizka makin tertekan, dia udah banyak masalah, jadi jangan kalian tambahin lagi." bela Dion.
"Wooowww... Dion yang cuek sekarang jadi Dion sangat perhatian sama teman pacarnya, sampai lupa hari ini kekasih sendiri ulang tahun, loe udah ngucapin selamat sama pacar loe." cibir Lusi.
Deg....
Dion lupa hari ini ulang tahun sang ke kasih, dia menatap Adinda dengan perasaan bersalah.
"Udah lah, yuk kita ke sana, takut guru marah, lagian ada yang lebih penting dari ulang tahun aku. Rizka lagi butuh Dion sekarang, maklum lagi ada masalah, kita kan ngak boleh tau masalahnya." ujar Adinda meninggalkan Dion dan Rizka.
"Sayang... Maaf aku lupa, sayang." panggil Dion namun ngak di hiraukan sama Adinda dan teman temannya, dia ingin mengejar Adinda namun tangannya di pegang oleh Rizka dengan tatapan memohon, akhirnya Dion tidak jadi pergi malah duduk di dekat Rizka.
Beberapa jam melakukan gladi bersih akhirnya selesai juga, dan dua orang yang tadi pagi mereka temui tidak lagi kelihatan batang hidungnya.
"Kemana tuh, si caper sama cowok bego." sinis Lusi.
"Udah pergi, Dion mau latihan basket, klau Rizka lagi pusing, jadi mau lansung pulang." ujar Adinda.
"Kamu yakin?" tanya Sari.
Adinda hanya mengedikan bahu acuh.
"Yuk lah, kita ke cafe pelangi, ngapain mikirin mereka." santai Adinda, walau hatinya berkata lain.
"Yuk lah, gaskeun...." sahut Rini berbinar.
Ke empat remaja itu komvoi membawa kendaraan masing masing ke cafe pelangi.
"Kamu mau pesan apa Din, hari ini aku yang traktir," ujar Sari, dia ingin membelikan kado ulang tahun untuk Adinda, tapi pasti akan di tolak, klau di traktir makan pasti anak itu tidak akan menolak, apa lagi di traktir di cafe ke sukaannya.
"Benaran ya, nanti kamu bokek lagi, aku kan mau makan sepuasnya." kekeh Adinda.
"Ngak masalah, yang penting kamu senang." sahut Sari.
"Baiklah klau kamu memaksa, aku ngak bisa menolaknya." kekeh Adinda dan lansung memesan makanan yang dia mau, tentu saja tidak lupa dengan es cream ke sukaannya.
"Astaga anak ini." kekeh Lusi sambil geleng geleng kepala, melihat pesanan Adinda, dan jangan lupa es cream jumbo.
"Emang habis sebanyak itu Din?" tanya Rini bergidik ngeri melihat makanan di depan matanya.
"Huu... Pasti habis, sebelum menerima kenyataan di depan mata," celetuk Adinda tanpa sadar.
"Cih... Ngak usah di pikirin teman sama cowok kek gitu, kamu cantik dan pintar, masih banyak cowok cowok keren di luar sana yang menyukai kamu." hibur Lusi, dia tau perasaan Adinda saat ini, karena dia pernah merasakan hal seperti itu.
"Hmm... kalian benar, ngapain mikirin mereka, sekarang mikirin kuliah dulu, jadi orang berhasil dan membanggakan ayah dan bunda." ujar Adinda sambil memakan es creamnya.
Bersambung....