sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bagian 21
Keesokan paginya, Keira masih tertidur dengan mata sembab dan tubuh lemas di ranjang rumah sakit. Suara ponsel yang berdering membangunkannya. Dengan lelah, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Nama Reno muncul di layar.
"Ra, sayang kamu kemana aja, aku khawatir," suara Reno terdengar dari seberang telepon, berusaha terdengar peduli.
Keira menghela napas berat. "Maaf, Ren. Aku lagi di rumah sakit."
"Loh, kamu sakit, Ra? Kok kamu nggak ngabarin aku? Aku khawatir dari semalam mikirin kamu. Ditelpon juga nggak bisa," katanya, berpura-pura terkejut. Padahal, Keira tahu Reno pasti sudah tahu kondisinya sejak tadi.
"Aku kesana ya, tunggu," Reno langsung mematikan telepon sebelum Keira sempat menjawab. Ia terdiam, ponsel masih di tangannya. Perasaannya campur aduk haruskah ia senang karena Reno akan datang? Atau justru takut? Kenangan tentang malam-malam penuh kekerasan membuat tubuhnya kembali gemetar.
Setelah beberapa saat, pintu kamar rumah sakit terbuka perlahan. Reno melangkah masuk dengan wajah berpura-pura khawatir, matanya tertuju pada Keira yang terbaring lemah di ranjang.
“Sayang…” Reno mendekat dengan cepat, duduk di sisi tempat tidur, dan menggenggam tangan Keira. “Kenapa kamu nggak bilang aku dari awal? Aku khawatir banget, loh.” Suaranya lembut, penuh perhatian, seakan-akan dia benar-benar peduli.
Keira menatap Reno dengan mata yang masih sembab. Di balik rasa sakitnya, ada harapan kecil yang muncul. Dia ingin percaya bahwa Reno kali ini benar-benar peduli. Bahwa perhatian yang diberikan kali ini tulus, meskipun hatinya tahu betapa beracunnya hubungan mereka. Namun, di saat tubuhnya lemah dan hatinya rapuh, perhatian Reno membuatnya merasa sedikit lebih baik.
"Aku nggak mau ngerepotin kamu, Ren," jawab Keira dengan suara pelan, matanya berkaca-kaca.
"Ngerepotin apaan sih, Ra? Kamu sakit begini, aku harus ada di sini buat kamu," Reno berkata sambil mengelus kepala Keira, senyumannya hangat namun ada sesuatu di balik matanya yang membuat Keira sedikit ragu.
Keira tersenyum kecil, meskipun hatinya masih berat. "Makasih, Ren."
"Aku nggak bakal biarin kamu sendirian, Ra. Istirahat aja, biar aku temenin kamu," Reno berkata sambil merapikan selimutnya, seolah dia adalah kekasih yang penuh kasih sayang.
Keira mengangguk, menerima perhatian itu dengan tulus, meski perasaan takut di dalam dirinya belum sepenuhnya hilang. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa mungkin Reno akan berubah, bahwa cinta mereka bisa diperbaiki, meski di dalam hatinya dia tahu kenyataannya tak semudah itu.
Tiba-tiba, suster mengetuk pintu dan masuk membawa nampan berisi sarapan untuk Keira. “Selamat pagi, Bu Keira. Ini sarapannya, ya,” ujar suster sambil meletakkan nampan di meja samping tempat tidur.
Sebelum Keira bisa bergerak, Reno dengan sigap mengambil nampan dari suster itu. "Biar aku yang suapin kamu," katanya dengan senyum manis. Keira terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan, menerima perhatian Reno dengan rasa campur aduk di dalam hati.
Reno duduk di sisi ranjangnya, mengambil sendok dan menyuapkan bubur perlahan ke mulut Keira. “Pelan-pelan ya, biar nggak tersedak,” ucapnya lembut sambil sesekali mengusap lembut rambut Keira yang sedikit berantakan.
Keira menelan bubur itu dan tersenyum kecil. "Makasih, Ren. Kamu baik banget hari ini."
Reno tersenyum, seolah perhatian dan kasih sayang itu memang wajar baginya. “Kamu kan lagi sakit. Aku nggak bisa ninggalin kamu kayak gini. Kamu harus cepat sembuh biar bisa balik ke rumah.”
Setiap suapan yang Reno berikan, diselingi dengan tatapan hangat dan elusan lembut di rambutnya, membuat Keira merasa sedikit nyaman. Meski ada kekhawatiran di hatinya, perhatian Reno sekarang membuatnya merasa diistimewakan, sesuatu yang jarang ia rasakan dari Reno akhir-akhir ini.
Setelah beberapa suapan, Reno menyeka bibir Keira dengan tisu dan kembali tersenyum. “Lihat, kamu udah sedikit lebih baik, kan?”
Keira hanya mengangguk, meskipun di dalam hatinya, ia masih bimbang. Perhatian Reno yang begitu manis membuatnya merasa hangat, tapi ada sesuatu yang masih menghantui pikirannya. Tapi untuk saat ini, ia memutuskan untuk menikmati perhatian itu, walau hanya sementara.
...***...
Alex berjalan menuju kamar rumah sakit Keira dengan langkah yang ringan. Dalam hatinya, ia merasa senang karena akan bertemu lagi dengan Keira setelah semalam menguatkannya. Namun, saat ia sampai di depan pintu kamar, pandangannya tertuju pada kaca kecil yang ada di pintu.
Ia melihat Keira yang sedang disuapi oleh Reno. Senyum manis yang tersungging di wajah Keira, saat Reno dengan penuh perhatian menyuapinya, membuat Alex terdiam. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyusup ke hatinya, sesuatu yang ia tak bisa jelaskan cemburu.
Namun, Alex tidak langsung menyadari bahwa itu adalah kecemburuan. Ia hanya merasa dadanya sesak, seperti ada yang mengganjal melihat kebersamaan mereka. Tatapan mata Reno yang penuh perhatian, dan senyum yang menghiasi wajah Keira, membuat Alex merasa seperti orang luar yang tak diundang ke dalam kebahagiaan itu.
Dengan perasaan berat yang tak bisa ia pahami, Alex akhirnya memutuskan untuk berbalik dan meninggalkan rumah sakit. “Mungkin aku nggak perlu ikut campur,” gumamnya pelan, meyakinkan diri bahwa Keira baik-baik saja dengan Reno di sampingnya.
Namun, saat ia melangkah menjauh, ada sesuatu di dalam dirinya yang tetap terasa tidak nyaman. Tapi Alex memilih untuk mengabaikannya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Keira bahagia dengan Reno. Meski dalam hati kecilnya, ia tahu, kebahagiaan itu terasa salah.
...***...
Saat Reno sedang menyuapi Keira, tiba-tiba ponselnya berdering. Senyum di wajahnya seketika berubah, tampak seperti menutupi sesuatu. "Sayang, aku angkat telepon dulu ya," ucapnya dengan suara lembut, lalu cepat-cepat berdiri dan keluar dari kamar.
Keira mengangguk tanpa curiga, meski hatinya merasa sedikit tidak nyaman dengan perubahan ekspresi Reno. Di luar kamar, Alex yang belum berjalan jauh terhenti saat mendengar suara Reno. Ia ragu sejenak, tapi ada dorongan dalam dirinya yang membuatnya diam-diam mendekat dan mendengarkan percakapan Reno.
"Iya sayang, aku juga kangen sama kamu," suara Reno terdengar mesra dan lembut, sangat berbeda dari nada tegas yang biasa ia gunakan dengan Keira. Alex berdiri di balik sudut, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Siapa yang sedang Reno telepon? Siapa wanita lain yang ia panggil dengan begitu mesra?
"Ya, nanti kita ketemu lagi, aku udah nggak sabar," lanjut Reno, suaranya terdengar begitu manis, membuat Alex semakin terkejut. Reno tak menyadari keberadaan Alex di dekatnya, sibuk dengan telepon rahasianya.
Selesai menelepon, Reno memasukkan ponselnya ke saku dan kembali ke kamar Keira dengan senyum yang kembali ia kenakan. Di dalam, ia bertindak seolah-olah tak ada yang terjadi, melanjutkan perannya sebagai pacar yang penuh perhatian.
Sementara itu, Alex, yang sudah mendengar percakapan itu, berdiri terpaku. Pikirannya berkecamuk. Tanpa mengatakan apa pun, ia berbalik dan meninggalkan rumah sakit dengan langkah berat. Ada perasaan tak enak yang terus mengganggu benaknya, seolah ia baru saja menyaksikan kebenaran yang tak ingin ia ketahui.
hampir mirip dengan hidupku
Semangat terus Authot
Jangan lupa mampit ya 💜