“Kak, ada yang ingin saya omongin,” Alisha sengaja menunggu Arkana agar tak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Biarlah dijalan ia sedikit ngebut agar tidak telat ikut ujian.
“Lain kali aja, aku ada meeting pagi-pagi. Lakukan saja apa yang menurutmu baik aku setuju,” Arkana tak sarapan dan hanya meminum juice yang disiapkan oleh bi Sona.
Kepoin yuk cerita seru mereka. Kisah Faisal Arkana Kaif dan Alisha Mahalini yang dikemas dalam kisah "CINTA BERBALUT EGO"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CBE # 33 》》AKU TETAP AKAN MENEMUINYA
Pembicaraan dengan dokter Pras selaku direktur rumah sakit Medical Centre berakhir dengan kesepakatan. Dengan senyum manis dibalik maskernya, Alisha keluar dari ruangan direktur. Ia menarik napas lega karena dokter Pras mengerti dengan kondisinya. Meskipun dengan catatan Alisha harus siap kapanpun tenaganya dibutuhkan. Bukan hal sulit bagi Alisha karena sejatinya pekerjaan seorang dokter memang harus seperti itu.
Dengan langkah ringan, Alisha masuk ke dalam besi berbentuk kotak yang akan mengantarnya hingga ke lantai satu rumah sakit.
“Dokter Alin !!” Refleks Alisha memutar badannya mencari sumber suara yang memanggilnya. Terlihat seorang suster bersama Alex berjalan kearahnya. Mata Alisha sudah terlatih mengenali seseorang hanya dengan melihat postur tubuhnya. Semirip-miripnya seseorang pasti ada perbedaan bahkan saudara kembar sekalipun pasti memiliki perbedaan.
“Ada apa suster ?!” Alisha bertanya dengan suara sepelan mungkin. Ia tak ingin Alex mengenalinya. Alisha masih ingat kepekaan Alex yang diatas rata-rata.
“Bapak ini ingin bertemu dengan dokter Alin,” Ucap suster tersebut lalu meninggalkan keduanya.
“Maaf pak, ada yang bisa saya bantu ?!” Alisha menatap Alex seolah mereka tak saling mengenal. Interaksi diantara mereka memang sangat jarang sehingga Alisha bisa bersikap biasa saja.
“Dokter masih ingat kan pria yang Dokter tolong bulan lalu ? Beliau atasan saya dan sangat ingin bertemu dengan anda. Jika dokter bisa menyempatkan diri,” Alex menatap Alisha dengan tatapan permohonan sambil mengingat manik mata wanita di depannya. Manik mata biru yang pernah ia lihat namun entah dimana.
“Apakah beliau memiliki keluhan pasca operasi ?” Alisha membalas tatapan Alex namun tetap meramalkan doa dalam hati agar Alex tak mengingatnya.
“Alhamdulillah gak ada dok, beliau hanya ingin bertemu langsung dengan dokter yang sudah menolongnya,” Alex mengatakan apa adanya dan berharap agar dokter muda di depannya mengiyakan.
“Maaf pak, tidak perlu seperti itu, sudah sewajarnya jika saya menolong beliau karena memang sudah menjadi tugas seorang dokter. Sampaikan saja salam hormat saya pada beliau, permisi,” Alisha segera berpamitan dan berlalu dari hadapan Alex. Ia harus bergegas agar tiba di perusahaan tepat waktu.
Alisha tak akan memberi celah bagi Alex untuk mempertemukan dirinya dengan Arkana. Bukannya Alisha membenci Arkana, hanya saja kisah mereka sudah usai dan ia tak ingin menjadi perusak rumah tangga orang. Alisha akan menata kembali kehidupannya dengan sebaik-baiknya. Tanpa bayangan Arkana.
Alex menatap punggung Alisha yang semakin menjauh. Ia berusaha mengembalikan ingatannya yang tiba-tiba tak bekerja dengan baik. Ia merasa mengenal postur tubuh dokter Alin namun dimana dan kapan Alex benar-benar tak mengingatnya.
‘Ternyata ingatanku semakin melemah, semua ini karena duda itu yang selalu membebaniku dengan pekerjaan,’ Alex mengomel dalam hati.
Ia pun akhirnya membawa langkah kakinya menuju parkiran. Tak ada gunanya berlama-lama di rumah sakit.
Alisha meninggalkan rumah sakit Medical Centre, tak lama kemudian Alex pun keluar dari parkiran rumah sakit Medical Centre dan mengambil arah yang berlawanan dengan Alisha. Alex menuu perusahaan untuk melaporkan pertemuannya dengan dokter Alin.
Akhirnya Alex tiba setelah satu setengah jam berada di jalan raya. Jarak yang lumayan jauh dengan perusahaan. Pintu gerbang PT. NanShang terlihat dengan jelas. Alex melajukan mobilnya dengan sedikit lebih kencang.
Jam menunjukkan pukul 09.15 kala Alex memasuki lobby perusahaan. Jam sibuk bagi karyawan sehingga tak seorangpun terlihat diluar ruangan kecuali yang bertugas di meja resepsionis. Alex langsung masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan. Selanjutnya kotak besi tersebut membawanya hingga lantai teratas gedung perusahaan.
Ting
Pintu lift terbuka dan Alex kembali melangkah meninggalkan kotak besi tersebut. Tujuan akhir langkahnya adalah ruangan presdir. Tanpa mengetuk pintu Alex langsung masuk sehingga pria tampan yang sedang tenggelam dengan berkas dimejanya mengangkat kepalanya.
“Semakin hari kamu semakin tak tahu sopan santun,” Arkana menatap datar asisten andalannya. Bukannya takut Alex malah terkekeh melihat tatapan datar bos sekaligus sahabatnya.
“Aku sudah bertemu dengan dokter Alin dan menyampaikan keinginanmu untuk bertemu tapi sepertinya dokter itu memang profesional melaksanakan tugasnya.” Alex tak memperdulikan omelan dan tatapan datar Arkana saking bersemangatnya membicarakan dokter Alin.
“Maksudnya ? Bukankah memang dokter harus seperti itu ?” Arkana mengernyitkan dahinya tak mengerti.
“Dokter Alin tak ingin ucapan terima kasih atau apapun itu. Semua dia lakukan atas dasar kemanusiaan,” Alex mengatakan apa adanya.
“Aku akan tetap menemuinya,” Entah mengapa keinginan Arkana untuk bertemu langsung dengan dokter Alin sangat kuat. Ia tak mampu meredam keinginannya itu.
Melihat kemauan keras Arkana untuk bertemu dengan dokter Alin membuat sudut bibir Alex terangkat. Untuk pertama kalinya Arkana memiliki keinginan menemui seorang wanita. Semoga saja ini sebuah awal yang baik. Tentu saja Alex akan menjadi garda terdepan memberikan dukungan pada bosnya jika memang pria itu memiliki rasa pada dokter Alin. Alex sangat yakin jika dokter Alin masih single karena jari tangannya masih kosong dari hiasan.
Sementara itu ditempat lain, Alisha baru saja tiba di ruang kerja sang papa. Maria sang sekretaris mendelik tajam melihat Alisha yang langsung masuk tanpa bertanya dulu padanya. Sebagaimana tamu pak direktur pada umumnya.
Braaakkk
“Assalamualaikum pa,” Alisha tersenyum manis melihat pak Ahmad terjingkat kaget. Hampir saja pria paruh baya itu terjatuh dari kursi kebesarannya.
“Astaga, kebiasaan kamu tuh selalu mengagetkan papa,” Pak Ahmad hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menetralkan perasaannya. Untung saja beliau tak memiliki riwayat penyakit jantung.
“Balas dulu dong salamnya,” Alisha berjalan kearah sofa panjang yang terletak tak jauh dari meja kerja pak Ahmad.
“Waalaikumsalam, maafkan papa karena kaget akhirnya lupa membalas salam,” Pak Ahmad terkekeh mendengar protes Alisha. Dulu ia sering menegur putrinya itu jika mengabaikan salamnya.
“Aku sudah disini dan menunggu perintah papa,” Alisha tak ingin membuang-buang waktu. Ajaran Jonathan Smith sangat berpengaruh pada diri Alisha. Banyak bekerja sedikit bicara prinsip papa mertuanya sejak dulu kini bisa ia lihat pada putri semata wayangnya.
“Papa yakin kamu sudah tahu pekerjaan seorang direktur perusahaan. Ayo ikut papa,” Pak Ahmad berdiri dari kursi kebesarannya dan menarik lembut tangan putrinya keluar ruangan.
Sejak pagi pak Ahmad sudah memerintahkan sekretarisnya untuk mengumpulkan para petinggi perusahaan pada jam istirahat. Mulai hari ini pak Ahmad akan pensiun dari perusahaan namun sebelumnya ia akan memperkenalkan Alisha sebagai direktur baru. Pak Ahmad hanya akan bertindak sebagai pengamat saja. Pak Ahmad tak meragukan kemampuan putri tunggalnya. Sejak usia remaja, Alisha sudah dibimbing dan diajar oleh Jonathan Smith berbagai hal termasuk mengelola perusahaan. Jonathan Smith yang tak lain adalah papa mertuanya menjadikan Alisha sebagai wanita mandiri dan tangguh. Dianugerahi dengan otak yang cerdas membuat Alisha dapat menerima semua pelajaran dengan baik bahkan sangat baik.
cinta berbalut ego🤭🤭🤭🤭
walaupun kamu hebat kayak apapun tentu masih membutuhkan orang lain.terimalah dengan ikhlas Arkana.
itulah yg terbaik bagimu
sy suka dgn cerita2 nya.