[Peringatan!! Judul Novel Tidak Sesuai Dengan Isi Ceritanya]
Tumbuhnya Tujuh Buah Surgawi sejak sekian lama berhasil menggemparkan dunia persilatan.
Tujuh Buah Surgawi bukanlah buah biasa, siapapun yang memakan walau hanya salah satu dari ketujuhnya maka dia akan menjadi pendekar yang tak tertandingi.
Sehingga tidak mengherankan jika buah itu tumbuh banyak pendekar yang menginginkannya, perebutan hingga saling membunuh dan membantai bukanlah sesuatu yang asing.
Zhou Yuan adalah salah satu pemakan Buah Surgawi kedelapan yang tidak dicatat dalam sejarah, buah kedelapan itu dinamai buah kematian, sesaat ia hendak memakannya banyak orang yang menginginkannya hingga suatu ketika Zhou Yuan harus di kepung oleh banyak pendekar yang membuatnya terbunuh.
Sebelum kematiannya, Zhou Yuan memakan Buah Kematian, buah itu membuat Zhou Yuan berengkarnasi setelah seratus tahun kematiannya. Zhou Yuan berniat membalaskan dendam kematiannya di kehidupan pertamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 31 — Penginapan
Setelah banyak membaca buku di kehidupan kedua ini, Zhou Yuan mengetahui letak lokasi Kota Riva ada disebelah mana begitu juga dengan lokasi Sekte Bambu Hijau.
Jarak antara lokasi keduanya cukup jauh, memerlukan waktu yang lama untuk sampai tetapi dengan menggunakan kuda setidaknya mereka bisa mempersingkat waktu perjalanan tersebut.
Sekte Bambu Hijau sudah ada sejak 300 tahun yang lalu, tanpa mencarinya Zhou Yuan juga sudah mengetahui dengan ingatanya di kehidupan pertama.
Setahu Zhou Yuan Sekte Bambu Hijau merupakan salah satu dari tiga sekte terbesar di Kekaisaran Bulan yang paling berpengaruh di dunia persilatan. Terdapat 3 jagoan yang terlahir di sana yang kini menjabat sebagai Petinggi Sekte.
Di hari pertama perjalanan, Zhou Yuan dan Zhou Bing harus berhenti ketika langit mulai semakin gelap, mereka juga harus mengistirahatkan kuda-kuda mereka yang sudah berlari seharian.
"Maaf Yuan'er, kita tidak bisa tepat waktu..." Zhou Bing tersenyum canggung karena perjalanannya tidak sesuai dengan perkiraannya.
Seharusnya mereka bisa tiba di sebuah penginapan ketika langit gelap tetapi pada kenyataannya keduanya harus berisitirahat di tempat alam terbuka.
"Kakek, Yuan tidak masalah dengan ini, kurasa berisitirahat beratap langit tidak terlalu buruk." Zhou Yuan mencoba menghibur Kakeknya.
Zhou Bing tersenyum tipis, ia bisa melihat tidak ada rasa keberatan saat cucunya berkata demikian. Zhou Bing sempat khawatir Zhou Yuan akan marah atau merengek memintanya melanjutkan perjalanan tetapi setelah dipikir lagi ia ingat Zhou Yuan selalu bersikap dewasa sejak dirinya masih balita.
"Kakek akan mencari kayu bakar dulu, Yuan'er, tolong ikat kuda didahan pohon..."
Zhou Yuan mengangguk, ia melihat kakeknya pergi ke daerah hutan sebelum sosoknya menghilang. Zhou Yuan kemudian mengikat tali kudanya ke salah satu dahan pohon, membiarkan mereka makan rerumputan di bawahnya.
"Ah, sudah lama sekali ya..."
Zhou Yuan tersenyum melihat ke atas langit yang kini telah dihiasi berbagai bintang, pikirannya dipenuhi oleh kenangan di kehidupan pertamanya.
Dikehidupan dulu Zhou Yuan sering menempuh perjalanan dari kota ke kota lainnya untuk menghindari keterlibatannya di dunia persilatan. Seringkali saat diperjalanan itu ia kemalaman dan harus tidur di tempat terbuka seperti ini.
Tak lama kemudian Zhou Bing kembali dengan membawa kayu bakar, malam itu keduanya bermalam beratap langit dengan Zhou Bing yang berjaga semalaman.
Ketika menjelang pagi, Zhou Bing kemudian membangunkan cucunya tersebut namun sebelum melakukannya ternyata Zhou Yuan sudah keburu terjaga.
"Yuan'er sepertinya tidurmu sangat nyenyak?" Zhou Bing tersenyum tipis ketika melihat Zhou Yuan sudah terbangun dari tidurnya.
Zhou Bing awalnya berpikir Zhou Yuan akan kesulitan tidur di alam terbuka seperti ini mengingat setiap malamnya cucunya tersebut tidur dikamar yang mewah dan empuk.
Selain tidurnya beralaskan tanah yang keras, ada angin malam yang menusuk tulang tetapi Zhou Yuan sepertinya tidak terganggu oleh kedua hal tersebut.
"Mungkin Yuan sangat kelelahan Kakek jadi bisa tidur lebih nyenyak..." Zhou Yuan menjawab sekenanya, ia bisa melihat wajah keheranan dari wajah Zhou Bing.
Meski sudah 12 tahun berlalu ia tidak tidur di alam luar seperti ini namun Zhou Yuan cukup dibilang terbiasa melakukannya di kehidupan pertama.
Di hari kedua nampaknya langit masih gelap meski waktu telah menjelang siang, ada gumpalan awan hitam yang mengambang di atas langit.
"Sebentar lagi sepertinya hujan akan turun, Yuan'er, kita akan bergerak cepat ke penginapan kali ini..."
Zhou Yuan mengangguk, ia menaiki kuda kembali dan menarik tali pelananya. Keduanya kemudian bergerak dengan kecepatan penuh.
"Kakek, lihat..." Setelah menunggangi kuda selama dua jam, Zhou Yuan samar-samar melihat bangunan dari jauh, ia menebak bangunan itu adalah penginapan yang kakeknya maksud.
Zhou Bing tersenyum tipis, ia butuh waktu beberapa saat untuk melihat penginapan tersebut ketika jaraknya sudah dekat, padahal saat itu ada banyak kabut tetapi sepertinya penglihatan cucunya sangat tajam.
Penginapan tersebut adalah penginapan 3 lantai yang dibangun di tempat sepi, biasanya digunakan untuk para pedagang yang lewat atau pendekar yang sedang dalam perjalanan.
Penginapan yang dibangun di tempat terpencil seperti ini umumnya akan memiliki harga yang mahal, apalagi penginapan itu sangat besar dan mewah, ada pasilitas restoran didalamnya, di mana setiap lantai mempunyai harga yang berbeda.
Ketika keduanya mulai dekat, Zhou Yuan bisa melihat di sekitar penginapan ada lima kereta kuda yang terparkir disisi penginapan tersebut. Dari jenis keretanya Zhou Yuan menebak bahwa lima kereta itu adalah rombongan pedagang.
"Sepertinya bukan kita saja yang ingin berteduh..." Gumam Zhou Yuan sambil tersenyum tipis, jelas sekali pedang itu ingin berteduh juga.
Zhou Bing juga menyadari penginapan yang mereka tuju ternyata sudah ramai, ia kemudian turun dari kudanya begitu juga dengan Zhou Yuan.
"Tolong jaga kudaku dan kuda cucuku..." Zhou Bing memberikan sejumlah koin perak pada salah satu pelayan penginapan yang bertugas untuk menjaga kuda-kuda pelanggan mereka.
Ketika keduanya masuk, Zhou Bing dan Zhou Yuan melihat lantai pertama penginapan itu sudah penuh, hampir setiap meja telah terisi oleh rombongan para pedagang.
Zhou Yuan juga melihat ada beberapa dari rombongan itu adalah pendekar, mereka semua adalah pengawal dari rombongan pedagang tersebut.
Dikarenakan banyaknya kriminal dalam perjalanan berdagang, umumnya para pedagang akan menyewa pendekar untuk menjaga dagangan mereka.
Setiap pengawal rata-rata memiliki kekuatan di Alam Perak Tahap Menengah, hampir semuanya membawa senjata pedang yang tersarung di pinggang.
Kedatangan Zhou Yuan dan Zhou Bing hampir tidak ada yang menyadarinya karena semua orang disana sibuk dengan urusan mereka masing-masing, para pelayan pun tampak kerepotan meladeni rombongan para pedagang tersebut sehingga penginapan itu sedikit riuh.
Mata Zhou Bing menyisir lantai pertama sambil menghiraukan kebisingan di sekitarnya, ia akhirnya menemukan meja kosong yang berada di sudut ruangan. Zhou Bing kemudian mengajak Zhou Yuan untuk duduk di sana.
Biarpun ricuh dan sedikit sibuk untungnya kejadian itu tidak terlalu lama, para pelayan akhirnya menyelesaikan tugasnya sehingga para pedagang bisa memenuhi pesanan mereka masing-masing.
Salah satu pelayan akhirnya tiba di meja Zhou Yuan, wajahnya tampak lelah sesudah meladeni para pedagang tersebut. Dia menawarkan apa yang akan di pesan keduanya.
Karena Zhou Bing belum sarapan pagi ia kemudian memesan beberapa menu untuk keduanya. Zhou Bing sengaja sedikit memesan banyak agar Zhou Yuan bisa makan lebih kenyang.
Setelah mencatat pesanannya pelayan itu kemudian berpamitan, ia meminta agar keduanya menunggu sebentar.
Ketika keduanya masih menunggu pesanan, tiba-tiba dari arah pintu penginapan muncul sekelompok pendekar yang memiliki wajah garang.
Zhou Yuan mengerutkan dahi, ia bisa merasakan sekelompok pendekar itu tidak berniat baik berkunjung ke penginapan ini apalagi ketika mereka masuk, kelompok itu sudah melepaskan senjata-senjata mereka dari sarungnya.
Zhou Bing juga merasakan hal yang sama, termasuk para pengawal pedagang yang kini tampak waspada dengan kedatangan kelompok pendekar tersebut.