NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NYARIS KETAHUAN

"Kamu yakin mau masuk kerja malam ini? Wajahmu masih pucat, lagian Mr. Brian juga gak maksain kamu masuk kerja 'kan?" kata Rossa saat Marissa memberitahu akan kembali bekerja.

"Yakin. Keadaanku jauh lebih baik dari kemarin. Lagipula aku sudah punya pegangan." Yang dimaksud Marissa adalah obat mual. "Lagipula bukankah kamu bersamaku terus?" tambah Marissa tersenyum manis.

"Baiklah, tapi kamu jangan terlalu lelah nanti, aku takut kamu pingsan lagi," balasnya mengulas senyum.

Malam harinya...

Klub semakin malam semakin ramai, dipertengahan bulan begini klub memang akan sangat sibuk karena mendapatkan banyak reservasi dari berbagai kalangan bisnis untuk menjamu para klien dan investor mereka.

"Are you okay, Ris?" kata Rossa sedikit berteriak karena dentuman musik yang dimainkan DJ sangat keras.

"Ya! Kembalilah bekerja. Begitu banyak pengunjung malam ini!" jawab Marissa dengan sedikit berteriak.

"Baiklah, tapi telepon aku kalau kamu butuh apa-apa!"

Setelah mengiyakan permintaan Rossa. Mereka lalu berpisah dan melakukan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.

Marissa berpapasan dengan Brian yang terlihat sedang mengawasi suasana klub malam.

"Hei, kamu sedikit pucat. Istirahatlah, biar Leah atau Gina yang mengambil alih tugasmu malam ini. Aku tak mau kamu terlalu lelah malam ini. Kamu baru sembuh!" seru Brian saat berpapasan dengan pegawai kesayangannya. Komunikasi mereka sering kali seperti itu, berteriak karena suara music yang begitu keras.

"Aku baik-baik saja. Nanti aku istirahat setelah mengantar pesanan tamu VVIP," jawabnya mengulas senyum.

Wanita cantik bermata biru itu langsung masuk ke dalam ruangan VVIP dengan membawa beberapa botol minuman yang mereka pesan. Marissa bekerja seperti biasa, dia menyapa tamu yang duduk di sofa tanpa terkecuali. Pembawaannya yang ramah membuat para pengunjung bertahan berlama lama memandang wajah cantik bertubuh seksi itu.

Siapapun tak akan menolak pesona wanita cantik itu, mayoritas pengunjung yang pernah dia 'layani' pasti akan mengidolakan sosok Marissa yang ramah namun sangat sulit tersentuh.

Bagaimana tidak, wanita bertubuh tinggi itu selalu menolak setiap kali ia mendapat tawaran bermain di ranjang. Tak sedikit yang mendapatkan tamparan hingga tendangan maut pada pelanggan yang tetap ngotot ingin menyentuh tubuh seksinya dengan paksa. Dan tanpa Marissa sadari, satu sosok pria berwajah tampan tengah menatapnya dengan tatapan tajam dan membunuh.

"kamu menolak ku tapi dengan mudah kamu mengumbar senyum indah mu itu!?" Rahangnya mengeras melihat pemandangan yang tak ingin dilihat.

Giorgio dan anggota klub motor lainnya sedang berkumpul di klub malam tempat Marissa bekerja. Mereka sedang merayakan perayaan satu tahun perkumpulan mereka dengan bersenang-senang di klub malam ini. Tanpa berpikir jika dia akan bertemu kembali dengan wanita yang telah memporak porandakan harga dirinya.

"Hai, cantik, duduklah disini, sepertinya kamu sedang tidak sehat!" kata Dominic sahabat, Giorgio .

"Ya, sahabatku benar, kamu terlihat sangat lelah. Kemari dan duduk di sampingku," kata pria lainnya yang bernama Andrew menepuk sisi sofa sampingnya.

"Kemari lah cantik, kamu bisa istirahat di sini bersama kami," ucap pria lain berwajah oriental itu menimpali perkataan Dominic.

Wanita berparas cantik itu hanya mengulas senyum tanpa merespon ucapan pria-pria yang menggodanya. Marissa tidak besar kepala atau baper karena pujian itu.

"Selamat bersenang-senang, Tuan-tuan sekalian," ucap Cassandra sembari menundukkan kepala lalu beranjak pergi dari kumpulan pria tampan nan tajir itu.

Saat akan meninggalkan ruang VVIP, tiba-tiba kepalanya berdenyut dan oleng hingga dia harus memegang daun pintu agar tidak jatuh.

"Oh may God ... jangan disini," gumam Marissa yang pandangannya mulai mengabur.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

Dan pada detik kelima...

BUGH!!

Terdengar suara dentuman yang cukup keras hingga membuat ketiga pria tampan yang berada di dalam ruang VVIP itu keluar dan menghampiri sumber suara.

Mereka termangu sesaat melihat pemandangan romantis di hadapan mereka saat ini.

"Gio!!" panggil Roby, sang sekretaris saat melihat bosnya berada di atas lantai dengan posisi memeluk seseorang.

"Very romantic," celetuk Arnold, pria berkacamata.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Dominic saat melihat Giorgio memeluk tubuh pelayan yang tadi melayani mereka. Namun sayang karena Giorgio tidak menjawab apapun pertanyaan para sahabatnya itu karena fokusnya saat ini adalah Marissa dan Marissa saja.

"Ris ... Marissa! Hei, bangunlah." Giorgio mengguncang tubuh Marissa dengan harapan wanita itu bisa segera sadar.

Lama tak mendapat jawaban, Giorgio lalu menggendong dan membawa tubuh Marissa masuk ke dalam kamar yang berada di dalam ruangan VVIP. Dan tentu saja itu membuat mereka yang melihat kejadian ajaib itu semakin penasaran. Ada hubungan apa gerangan diantara kedua orang itu?

Mereka sudah mengenal lama dan tahu betul sosok Gio yang dingin dan tak ingin disentuh oleh sembarang wanita. Dan saat melihat Giorgio sendiri yang menyentuh gadis itu membuat mereka terkaget-kaget.

Pria berkacamata dan bermata sipit itu lantas menatap Roby meminta jawaban, namun pria itu malah merespon dengan mengangkat bahu ke atas tanda kalau dia juga tidak tahu apa-apa.

Giorgio lalu beralih menatap Roby yang berjalan ke arahnya dan tanpa bicara pun, sang asisten sudah tahu apa yang harus dia lakukan.

"Aku akan meminta pelayan membawakan minyak angin," kata pria bermata sipit itu lalu keluar mencari pelayan yang mungkin sedang berada di sekitar mereka.

"Permisi, Nona. Apa kau punya minyak angin atau sejenis yang cocok untuk orang pingsan?" tanya pria itu pada seorang wanita cantik yang sedang memegang dua botol wine.

"Minyak angin? Siapa yang pingsan?" tanyanya panik.

Ya, wanita itu adalah Rossa. Entah mengapa wanita itu memiliki feeling jika yang dimaksud pria itu adalah sahabatnya, Marissa yang kebetulan sedang kurang sehat.

Pria bermata sipit itu sejenak lupa dengan tujuan awalnya setelah bertemu dengan wanita cantik.  Ia seakan terhipnotis dengan kecantikan wanita yang ada di depan matanya saat ini.

"Hei!" Panggil wanita itu menyadarkan pria aneh yang sejak tadi menatapnya.

"Aaah, iya, dia seorang wanita, pelayan di sini!" sambungnya.

"Apa itu, Marissa?" batinnya lalu berlari menuju kantor Mr. Brian dan mengambil minyak kayu putih dan kembali lagi ditempat yang sama di mana pria tampan itu berada.

"Ayo!" ajak Rossa dengan menarik tangan pria itu lalu berlari menuju tempat Marissa berada.

"Ris!" panggil Rossa dengan keras menuju kamar yang merupakan fasilitas dari ruangan VVIP tersebut.

Di saat seperti ini Rossa sangat bersyukur suara di sana sangat keras hingga saat berteriak seperti tadi pun tidak terdengar.

Rossa langsung menggeser posisi Giorgio yang berada di sisi samping Marissa. Kemudian mendekatkan minyak kayu putih itu ke arah hidung Marissa hingga beberapa menit kemudian sadar.

Dan betapa terkejutnya Marissa melihat pria yang ada dihadapannya saat ini.

Sejenak kedua netra keduanya bertemu, saling bertatapan cukup lama sebelum Marissa mengalihkan pandangan ke arah sang sahabat.

"Kamu membuatku takut, Ris. Sudah aku bilang tadi untuk istirahat saja, kamu terlalu keras kepala. Untung ada pria itu yang membantumu, jika tidak aku takut kamu dan baay—" Rossa tak melanjutkan perkataannya karena melihat ekspresi wajah Marissa, dan Rossa tahu maksud dari tatapan itu.

"Ya sudah, kita langsung pulang saja. Aku tak mau mengambil resiko jika kamu pingsan lagi disaat aku bekerja." Rossa kemudian memapah Marissa berdiri dan meninggalkan keempat pria tampan itu dengan rasa penasaran.

"Tunggu!" Langkah kaki Marissa dan Rossa terhenti saat mendengar suara bariton yang sangat dikenal Marissa. Hatinya berdebar dengan kencang saat langkah pria itu semakin mendekat ke arah mereka.

Pria bermata coklat itu lalu berjalan dan menghampiri Marissa. "Biar saya yang mengantar kalian pulang, jam segini sudah susah mencari taksi," ucapnya menawarkan diri.

Ya, pria itu adalah Giorgio. Pria dingin dan tak suka disentuh dan berdekatan dengan sembarangan wanita. Namun berbeda sikap pada wanita bernama Marissa.

Perlakuan pria tampan itu jauh berbeda saat bersama dengan wanita bermata biru itu. Hingga para sahabatnya pun dibuat heran dengan sikap Giorgio itu. Seolah memperlihatkan jika sahabatnya itu tertarik pada wanita yang baru saja sadar itu.

"Terima kasih, Tuan atas bantuan Anda. Tapi kami bisa pulang sendiri. Dan maafkan saya yang mengganggu kesenangan kalian malam ini," tolak Marissa secara halus seraya menundukkan kepala lalu beranjak pergi dari ruangan itu.

"Tunggu!" kata Giorgio lagi, namun Roby langsung menghentikannya.

"Biarkan dia pergi, Gio. Beri dia waktu, dia sedang sakit," kata Roby memberi saran. Sedikit berbisik agar tidak didengar sahabatnya yang lain. Pasalnya semua pandangan tertuju pada Giorgio saat ini.

Dengan terpaksa Giorgio mengangguk seraya menghembuskan napas kemudian masuk kembali ke dalam kamar yang tadi sempat ditiduri wanita itu.

***

"Astaga jantungku! Nyaris saja tadi aku ketahuan. Bagaimana jika pria itu tahu jika aku hamil anaknya? Apakah dia akan menyuruhku menggugurkan kandunganku? Atau apakah dia akan menolak mengakui anak ini?" Pikiran-pikiran itu yang kini bersarang di kepala wanita itu.

"Hey, are you okay?" tanya Rossa saat melihat Marissa diam tak bersuara.

"Hem," sahut Marissa berdehem.

"Besok kamu tidak usah masuk kerja dulu, Mr. Brian sendiri yang bilang padaku tadi saat meminjam mobil." Marissa hanya mengangguk mengiyakan. Seolah pikirannya tak berada ditempatnya.

Tadi saat meminta minyak kayu putih pada Mr. Brian, Rossa sudah lebih dulu meminta izin Marissa dan dirinya untuk pulang lebih cepat dan akan mengembalikan mobilnya esok pagi.

Sesampainya di rumah...

"Ros," panggilnya.

"Apa? Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan padaku?" tanya Rossa seolah tahu apa yang ingin Marissa katakan.

"Apakah ini tentang ayah bayi itu?" tebak wanita berambut pirang itu.

Marissa terkejut dengan apa yang dikatakan Rossa.

"Sejak kapan kamu tahu pria itu adalah ayah dari bayiku?" tanya Marissa lagi.

Rossa tergelak. "Awalnya tidak tahu, tapi saat kamu meremas tanganku dan matamu itu sudah seperti mau keluar dari tempatnya, disitu aku menyimpulkan jika kamu tidak ingin pria itu tahu jika kamu sedang hamil saat ini. Yang artinya pria itu adalah ayah dari bayimu. Terlebih saat tadi dia menawarkan bantuan untuk mengantar kita pulang, kamu pun menolaknya. That's right?!" seru Rossa dan tersenyum.

Wanita cantik berusia 28 tahun akhirnya menghela napas panjang sebelum mengatakan apa yang sedang dipikirkannya saat ini.

"Aku bingung sekaligus juga takut. Aku takut jika pria itu tidak mau mengakui anak yang ku kandung ini adalah anaknya. Dan.. aku juga takut jika dia akan menyuruh menggugurkan kandunganku nanti!" kata Marissa mencurahkan kegundahan hatinya.

Rossa merentangkan kedua tangannya, kemudian Marissa langsung memeluk sang sahabat dengan erat.

"Percaya padaku, semua akan baik-baik saja." Rossa mengusap punggung Marissa dengan lembut, dengan harapan bisa menyalurkan perasaan tenangnya ke ibu hamil itu.

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!