CINTA BERBALUT EGO
Seorang gadis yang cerdas dan pintar namun kenakalannya mampu membuat kedua orang tuanya berpikir untuk memasukkannya dalam pesantren. Hanya itu solusi yang bisa mereka pikirkan saat ini. Kebetulan salah seorang sahabatnya memiliki sebuah pondok pesantren yang terkenal di seantero negeri Semoga saja putri mereka bisa berubah saat mondok nantinya.
Tak ada kata terlambat untuk urusan mondok apalagi bagi seorang Alisha Mahalini yang memiliki daya ingat diatas rata-rata.
“Papa dan mama sudah kehabisan akal mendidikmu agar menjadi pribadi yang baik. Jadi kamu harus mengikuti keputusan kami, masuk pesantren sampai kamu menjadi pribadi yang baik” Pak Ahmad tak ingin menyesal di kemudian hari. Sebelum putri tunggalnya semakin menggila.
Kenakalan Alisha Mahalini bukan seperti anak gadis pada umumnya yang suka keluyuran bersama teman-temannya yang tak jelas. Alisha hanya menggunakan kecerdasannya di bidang IT dengan tidak tepat. Sudah berkali-kali gadis itu membuat onar dengan mengacaukan beberapa perusahaan yang bermaksud ingin menghancurkan perusahaan sang papa.
Sebagai orang tua, pak Ahmad tentu saja tahu jika hal itu adalah perbuatan putri tunggalnya. Satu keuntungan yang dimiliki oleh pak Ahmad adalah jejak perbuatan Alisha tak pernah terdeteksi. Jika harus menyesal maka saat ini pak Ahmad akan menyesali saat ia menyetujui keinginan ayah mertuanya untuk membawa dan mendidik Alisha di negara James Bond yang merupakan tanah air istri tercintanya.
“Alisha gak mau pa, please ,,, jangan buang Alisha ke penjara suci itu. Lagipula kejadian itu bukan salah Alisha juga. Salahkan keinginan mereka untuk membuat kita miskin.” Alisha tak terima disalahkan. Memang seperti itulah adanya.
Saat sedang makan di sebuah restoran mewah dekat sekolahnya, gadis itu tak sengaja mendengar perbincangan dua orang pria paruh baya dimana salah satunya menyebut nama PT. Adiguna Wangsa yang mana merupakan perusahaan milik papanya warisan dari sang kakek The legend of bussines yaitu Adiguna Wangsa. Tak ingin melewatkan sedikitpun pembicaraan mereka, Alisha duduk tenang menikmati makanannya sambil memasang telinganya dengan baik. Jangan salahkan siapa-siapa dengan daya ingat Alisha yang terlatih sejak kecil. Hanya sekali dengar semua akan tersimpan dalam otaknya dengan rapi.
Senyuman misterius menghiasi wajah cantik nan lugunya mengiringi kepergian kedua pria itu. Dengan sigap ia mengeluarkan macbook hadiah sang kakek kesayangan Jonathan Smith. Dengan lincah jari-jari lentiknya mengetik sesuatu disana dan dalam sekejap gadis itu mendapatkan apa yang ia butuhkan. Kurang dari lima menit aksinya selesai dan menit berikutnya dunia bisnis heboh.
“Sayang, bukan maksud mama sama papa membuangmu. Keberadaanmu di pesantren hanya sampai kamu menyadari kesalahan-kesalahanmu selama ini. Setelah semua membaik kami akan menjemputmu dan kamu boleh memilih universitas mana yang akan kamu pilih untuk melanjutkan pendidikan.” Mama Alice mencoba memberikan pengertian pada putrinya. Jauh dari dalam lubuk hatinya tak ingin berpisah dengan anak semata wayangnya namun kali ini kelakuan gadis itu sudah keterlaluan. Dalam waktu yang bersamaan dua perusahaan besar tiba-tiba kolaps dan tak ada yang tahu pasti penyebabnya.
“Papa sama mama tak lagi menyayangi Al, hiks ,,, hiks, padahal selama ini Al jarang-jarang meminta uang,” Alisha menangis sejadi-jadinya. Ia tak bisa membayangkan dirinya berada di pesantren. Ruang geraknya akan sangat terbatas.
Gadis itu memikirkan berbagai kegiatannya akan terbengkalai. Di pesantren sudah pasti tak ada kegiatan bela diri yang selama ini rutin ia lakukan dan yang paling penting tak ada jaringan internet yang bisa menghubungkannya dengan dunia luar.
“Ok, Al mau tapi dengan satu syarat,” Dalam hati Alisha tersenyum karena pasti sang papa tak bisa memenuhi syarat yang diajukannya.
“Katakan sayang, insya allah papa akan berusaha memenuhinya.” Pak Ahmad tak akan melewatkan kesempatan ini. Ia mengenal putrinya dengan sangat baik.
“Al berjanji akan mengikuti aturan pesantren asalkan papa memberikan fasilitas internet disana. Papa tau kan kalau aku tak bisa hidup tanpa internet.” Alisha berdoa dalam hati semoga papanya tak mengabulkan permintaannya.
“Jangan khawatir sayang, di pesantren Al-Hasan tersedia jaringan internet karena pesantren tersebut merupakan pesantren modern dimana semua santri dan santriwatinya dapat mempelajari teknologi. Bahkan kegiatan setiap minggu pun ada yaitu olah raga seni bela diri. Hanya papa gak tahu pasti seni bela diri apa yang mereka miliki,” Pak Ahmad tersenyum menceritakan secara singkat tentang pesantren sahabatnya itu.
Dunia Alisha serasa jungkir balik. Tak sesuai dengan ekspektasinya. Dengan pasrah gadis tersebut terpaksa menuruti kemauan kedua orang tuanya.
“Tapi papa jangan lengah, kalau ada masalah perusahaan dan orang-orang papa gak mampu maka cepat hubungi aku” Alisha akhirnya menyerah dan pasrah.
“Nah, itu baru anak papa dan mama.” Pak Ahmad dan mama Alice kompak memeluk putri semata wayang mereka. Rasa bahagia dan haru tak dapat mereka sembunyikan saat ini dan berharap semoga gadis itu segera memperbaiki diri dalam waktu singkat sehingga mereka bisa berkumpul kembali.
Pak Ahmad dan mama Alice yakin dengan lingkungan pergaulan yang baik maka putri mereka pun akan menjadi pribadi yang baik. Tak ada yang salah dengan kecerdasan yang dimiliki oleh putri mereka, hanya saja cara menggunakannya salah dan terkesan tak berprikemanusiaan.
Tak ingin putri mereka berubah pikiran, mama Alice gerak cepat menyiapkan dan memasukkan baju-baju putrinya yang ia belikan beberapa hari yang lalu.
“Kita berangkat tengah malam, jadi bisa ikut shalat subuh berjamaah di pesantren,” Pak Ahmad dan mama Alice tak ingin membuang-buang waktu.
“Cepet banget pa, minggu depan kan bisa,” Alisha berusaha menegosiasi keberangkatannya. Baru juga dua tahun menghirup udara Jakarta kini harus ke pesantren.
Pengetahuan Alisha tentang sebuah pesantren adalah berada di tempat yang jauh dan masuk ke pedalaman yang mana tak ada kendaraan yang lewat kecuali kendaraan pribadi. Mulai besok ia akan berada di penjara suci dan akan berakhir saat papanya mengatakan cukup. Senakal-nakalnya Alisha, ia tetap patuh dan hormat pada kedua orang tuanya yang sudah bersusah payah menghadirkannya ke dunia yang indah ini.
“Semakin cepat kamu masuk pesantren semakin cepat pula pendidkanmu dimulai sayang,” Mama Alice ikut menimpali dengan lembut.
“Terserah Kalian ajalah. Tapi jangan lama-lama meninggalkanku disana,” Alisha masih belum sepenuh hati ingin belajar di pesantren. Alisha yang menyukai segala sesuatu yang baru namun untuk hal yang berhubungan dengan pesantren, sama sekali tak ada dalam daftar tantangan yang harus ditaklukkan
Merasa tak ada lagi harapan untuk mengulur waktu masuk pesantren, Alisha memilih masuk ke dalam kamarnya dan menyiapkan barang-barang pribadi yang harus ia bawa. Ponsel dan macbook dengan segala perlengkapannya urutan pertama masuk ke dalam tasnya. Baru kemudian menyusul parfum dan berbagai macam skin care. Ia belum tahu seperti apa kehidupan dalam pesantren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
neng ade
hadir thor .. seru juga nih .. dibikin penasaran akan kelanjutan nya.. 🙏
2024-03-07
0