NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19

Keadaan untuk bangkit berdiri di atas meja dan melempar apapun yang dekat dengannya. Bidikan pertama adalah bagian kepala. Tidak tanggung-tanggung Aurora

melukai alat vital mereka secara acak walau beberapa kali terkena pukulan telak dia tetap bangkit.

"Enyahlah kau jal"laang!!"

Brakkk!!

Aurora berlindung di balik sofa saat mereka mengangkat kursi lain dan dilempar padanya. Tuan Aldo terus mengamati aksi menghindar dan melawan menunggu cela

Aurora sampai ia puas saat melihat tekad baja di mata gadis itu.

"Cukuup!!"

Anak buahnya yang sudah mau menghajar Aurora secara bersamaan seketika terhenti.

Mereka kembali ke tempat melepaskan aurora yang langsung terduduk di lantai

karena area kakinya di tendang kuat.

"Kau masih bisa berdiri?" Aurora mengambil nafas dalam kemudian berusaha berdiri. Rasa sakit tidak seberapa ini tak akan

menghambat langkahnya.

Senyum Tuan Aldo makin melebar saat Aurora mampu berdiri dan masih menatapnya dengan berani walau nafas menderu berat.

"Tugas pertama-mu dimulai besok. Anak buahku akan menemui-mu untuk memberikan barangnya."

"Kau menerimaku?" tanya Aurora cengo.

"Hm. Jika misi pertama selesai kau resmi bergabung.Tapi ingat jika sampai tertangkap jangan membawa-bawa namaku." Aurora mengangguk cepat

dengan wajah senang. Masker masih terpasang karena ia tidak mau menunjukan identitasnya langsung.

"Berapa bayaran yang akan-ku dapatkan?"

"Kau tampaknya sangat bersemangat," ujar Tuan Aldo terkekeh.

"Aku butuh uang. Akan-ku lakukan dengan baik asal kau memberi bayaran setimpal."

"Tenang saja. Satu kali misi di atas dua ratus juta dolar. Tapi jika gagal, kau tanggung sendiri akibatnya." Aurora mengangguk. Tuan Aldo berdiri segera keluar dari ruangan diikuti para anak

buahnya yang sempat melayangkan tatapan sengit pada Aurora karena berani

menendang pusakanya.

Tapi sayangnya Aurora acuh. Dia memilih duduk di sofa yang ada di dekatnya

sembari memijat betis yang nyeri.

"Ra! Astaga! Apa yang terjadi? Aku mendengar suara keributan dan ini...mereka

melukaimu?" panik Rama masuk dan terkejut melihat ruangan sudah sangat berantakan.

"Ra!"

"Aku diterima," ujar Aurora menatap Rama yang tersentak melihat sudut bibir Aurora berdarah dan pipi kanan gadis itu bengkak.

"Ini tidak baik. Belum bergabung saja kau sudah dipukuli. Bagaimana jika nanti mereka.."

"Kau akrab dengan Tuan aldo?" tanya Aurora

mengalihkan pembicaraan. Rama beralih duduk di sofa Tuan Aldo tadi dan mulai menjelaskan hubungannya.

"Tidak juga. Aku hanya tahu jika dia seorang bandar besar di kawasan Kanada. Dia

akan datang ke sini karena memang aku beruntung mendapat sponsor darinya."

"Kau juga bekerja dengannya?" selidik Aurora. Rama menggeleng.

"Tidak. Aku tidak berani memasuki dunia gelap itu. Aku hanya mau menjalin kerja sama sebagai tempat pertemuan

bisnisnya saja. Club-ku berkembang pesat karena pengaruh dari Tuan aldo."

Aurora mengangguk paham. Dia menghela nafas karena jalan yang ia tempuh

saat ini sudah tidak bisa dikatakan aman. Pekerjaannya bak pisau bermata dua. Antara membusuk di penjara atau mati

di tangan lawan.

Tapi mau bagaimana lagi. Aurora masih mau sekolah dan membayar hutang hidupnya pada Tuan Hendra. Banyak hal

yang harus ia lakukan demi bertahan dan itu hanya untuk satu orang yang tak pernah

peduli padanya.

"Ra!"

"Jangan menyuruhku menyerah. Aku tahu batasanku" tegas Aurora membungkam Rama.

Aurora turun dari sebuah bus angkutan umum yang baru tiba di stasiun sebuah

pemukiman jauh dari pusat kota New York. Daerah Vusolemia di mana penduduk

mayoritas beragama muslim. Karena aturan yang ketat dari orang-orang Vuso melarang adanya club tempat yang mereka sebut pengundang maksiat, jadilah chelsea harus berhati-hati. Kondisi stasiun lumayan ramai. Seperti yang telah dijelaskan, rata-rata dari mereka memakai kerudung dengan perawakan Amerika dan Arab. Campuran Pakistan lebih sedikit tapi aura religiusnya amat terasa ketika Aurora berjalan lebih jauh. Agar penyamarannya lebih sempurna Aurora tetap memakai hoodie, topi dan masker. Dia membawa tas ransel jinjing melewati beberapa petugas stasiun sampai akhirnya menyelinap masuk ke area jalan sempit dalam pemukiman.

"Dia masih menunggu di titik pertama?" tanya Aurora pada orang yang terhubung

pada alat komunikasi di telinganya.

"Yah. 30 meter dari arah depan ada keamanan pemukiman. Berusahalah bersikap biasa agar mereka tak curiga."

"Aku mengerti," jawab Aurora membelokan langkah ke arah gang sempit yang padat

akan rumah warga. Lingkungan di disini amat rapi dan bersih. Aurora bisa melihat mereka saling bertegur sapa dengan ramah, sangat berbeda dengan area New York

tempat ia berada.

Benar saja 30 meter di area depan Aurora melihat ada beberapa orang penjaga yang

sedang menunggu di post keamanan.

Aurora menekuk topinya ke bawah menunduk berusaha santai melewati lima pria dengan jenggot tebal itu.

"Tunggu!"

Mereka menghentikan langkah Aurora. Degup jantung gadis itu berdetak kencang tapi menoleh tenang.

"Kau orang baru di sini?" Tanya salah satunya tegas menatap penampilan Aurora memang sedari tadi hanya Aurora yang memakai hoodie dan topi karena rata-rata wanita di sini memakai terusan panjang dan hijab syar'i.

"Tunjukan kartu identitasmu!" Aurora mengeluarkan kartu identitasnya dari balik saku hoodie pria itu menerima kartu yang Aurora berikan dan membacanya teliti.

"Aurora? Namamu Aurora dari kota New York?"

"Yah,"

"Kenapa kau datang jauh-jauh ke sini?" tanyanya penuh selidik.

"Aku punya teman di sini. Kami berkenalan lewat media sosial dan rencananya aku mau

menginap di rumah-nya."

"Teman? Di mana kediamannya? Tidak baik

bagi-mu yang baru tahu daerah sini pergi sendirian. Apalagi kau seorang wanita," peringat-nya tulus tanpa ada niatan apapun.

"Maaf. Tapi dia mengatakan padaku untuk

tidak memberitahu orang lain. Karena dia tinggal sendirian di sana," dalih Aurora mencari aman. Tatapan pria itu beralih pada tas yang Aurora jinjing.

Keringat dingin keluar daru kening Aurora karena jujur mereka tampak sangat

mengintimidasi. Ditambah lagi ini hari pertama Aurora mengantarkan barang ilegal. Jelas sebagai orang awam ia punya cela rasa takut.

"Berikan Tas-mu!"

"Apa?"

"Tas! Kami tidak bisa menerima orang asing tanpa diperiksa lebih dulu. Sudah banyak kejadian buruk beberapa hari belakangan ini.

Maaf jika kau merasa terganggu" Aurora ragu-ragu memberikan ranselnya. Pria itu

memanggil seorang wanita paruh baya di seberang pos dan menyuruhnya memeriksa tas bawaan Aurora. Benar-benar beradab. Tapi cukup mendebarkan.

"Kau baik-baik saja? Mereka mencurigai mu?"

"Aku bisa mengatasinya" bisik Aurora tidak dapat didengar para pria di depannya. Saat memeriksa ransel Aurora, wanita itu terkejut. Tentu orang-orang sekitar

langsung berkerumun tapi tidak dengan laki-laki.

"Ada apa?"

"Dia membawa sesuatu?"

"Kenapa kau terkejut?"

Wanita itu menatap Aurora dengan pandangan syok sembari menutup mulut

dengan satu tangan.

"D-Dia...

"Dia kenapa?" Mereka makin penasaran.

"Dia gadis yang cantiik!! Ya Allah ya Tuhankuu!!"

Semua orang cengo. Wanita itu menunjukan sebuah foto yang terselip di dalam pakaian

Aurora.

"Lihat! Cantik kan? dia tampaknya blasteran Eropa dan Amerika."

"Masukan kembali. Itu privasi orang lain!" tegur para keamanan yang tadi menggeleng saja. Wanita itu tersenyum canggung pada Aurora seolah merasa bersalah. Dia memberikan ransel dan foto itu pada Aurora.

"Ini! Maafkan aku, ya cantik! aku memang terlalu lancang."

"Tidak masalah Bibi. Apa aku boleh pergi? Temanku sudah menunggu."

Mereka saling pandang seolah berunding kemudian mengangguk.

"Silahkan! Jika ada yang mengusik-mu, tolong segera panggil orang-orang sekitar."

Aurora mengangguk segera pergi tanpa melihat ke belakang.

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!