Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gala berulah
Kepala sekolah sudah mengatasi masalah yang sudah viral kemarin, Jena dan yang lainnya pun meminta maaf kepada Alea dan teman-temannya. Tapi tak sampai di situ, Jena tetap mengganggu Alea yang pastinya membuat berita hoax yang menggiring opini para siswa lain.
Jena membuat berita bahwa Alea adalah simpanan Bara, meskipun Jena tidak tahu betul siapa Bara sebenarnya. Para siswa pun mulai berbisik-bisik dan juga menatap tak suka pada Alea, bahkan tak sedikit dari mereka menatap Alea dengan jijik. Bagaimana reaksi Alea, ia tidak memperdulikan semua berita yang keluar dari mulut Jena. Ia lebih memilih fokus belajar untuk kelulusannya, Bagas semakin risih dengan sikap Jena yang semakin menjadi-jadi, dia memutuskan hubungannya tanpa persetujuan Jena sendiri.
*
*
Di tempat lain.
Mala tengah berkumpul dengan teman-teman arisannya, dia memakai pakaian mewah dan juga perhiasan yang cantik. Tetapi, para teman-teman satu arisannya menatap tidak suka pada Mala, ternyata Video yang viral itu sudah banyak di tonton dan menjadi konsumsi publik sebelum Bara menyuruh Ramdan untuk take down video tersebut.
"Gak nyangka banget ya, hidupnya aja mewah ternyata buat nafas aja harus bunuh orang." Cibir salah satu anggota arisan.
"Denger-denger sih, katanya ada yang jadi selingkuhan sampe bertahun-tahun." Ucap wanita berbadan gembul melirik kearah Mala.
"Aduh, harta melimpah ternyata hasil jual meki." Cibir yang lainnya.
Tangan Mala mengepal dengan kuat, nafasnya naik turun mendengar cibiran demi cibiran keluar dari mulut ibu-ibu yang lain.
Brakk.
Mala menggebrak mejanya dengan keras, dia sudah tidak tahan lagi mendengar kata-kata yang keluar semakin menjadi-jadi, pasalnya temannya yang lain ikut menimpali. Tatapannya menajam, bahkan kepalanya seakan mengeluarkan asap yang mengepul.
"Apa?! Gak terima? Iya?" Sewot Nida.
"Ngerasa kesindir kali, hihi." Ucap Lisa terkekeh.
"Tau apa kalian tentang hidupku, hah?!" Bentak Mala.
"Oh iya, namanya kan Mala. Nama panjangnya Malaikat pencabut nyawa dong, secara kan dia udah bikin nyawa istri sah melayang." Cibir Nida.
"Pelakor harus segera di musnahkan." Ucap Lisa.
"SETUJU." Seru semua orang kompak.
Para teman-temannya yang lain pun akhirnya tertawa, Mala semakin dibuat geram dengan ucapan Nida. Mala langsung menyerang dengan menarik rambut Nida, dia juga mencakar temannya yang ingin melerainya. Akhirnya, terjadi perkelahian antara Mala dan juga Nida. Aksi saling menyerang pun semakin sengit, penampilan Mala sudah tidak karuan. Tidak ada satu pun yang membela Mala, sampai akhirnya Mala pulang dengan keadaan kacau serta bajunya robek.
*
*
Di perusahaan.
Gala nampak gelisah menunggu kedatangan kakaknya, pasalnya berkas penting yang harus selesai malam ini tak sengaja terkena tumpahan air teh. Dengan wajah takutnya Gala menghubungi Bara, kemungkinan Bara akan tiba di Jakarta siang menjelang sore hari.
"Mampus, kak Bara pasti ngamuk ini." Gumam Gala ketakutan.
Gala langsung mengambil berkas penting yang terkena tumpahan air teh, dia mengerjakan kembali berkas tersebut seraya menyalin tulisan yang masih bisa terbaca. Ramdan tak kalah sibuknya, banyak kerjasama yang di majukan dalam waktu yang bersamaan, ia juga tak kalah kalutnya di tambah lagi Hamzah ikut bersama Bara.
Pukul Dua siang.
Bara dan Hamzah sudah sampai di halaman perusahaan, mereka langsung berlari menuju ruangan Bara yakni di lantai atas. Nafas keduanya tersengal-sengal saat berada di dalam lift, mereka berdua harus segera menyelesaikan beberapa berkas dengan waktu yang mepet.
"Aarrgghh, kenapa bisa kacau begini sih." Kesal Bara.
"Sabar, lagian bukan pertama kalinya juga Bar. Gue yakin kita pasti bisa ngerjain semuanya, yang lebih sulit aja bisa kita beresin apalagi yang sekarang." Ucap Hamzah.
Bara tak menyahuti ucapan Hamzah, fokusnya kini adalah ingin segera sampai ke ruangannya.
Ting.
Pintu lift terbuka dengan begitu lebarnya, Bara melangkahkan kaki panjangnya dengan sedikit berlari. Sampai di ruangannya, Bara langsung menerobos masuk menyingkirkan Gala yang masih menatap layar laptopnya.
"Ceroboh." Satu kata yang lolos dari mulut Bara.
Nyali Gala semakin menciut melihat raut wajah kembarannya, Hamzah menepuk pundak Gala dan memberikan isyarat bahwa semuanya baik-baik saja. Hamzah mengajak Gala untuk mengerjakan berkas penting lainnya, sampai akhirnya mereka bekerja di dalam.satu ruangan yang sama.
*
*
Malam hari.
Alea berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, Leona menatap heran melihat Alea yang sedari sore menatap ponselnya dengan mulut komat-kamit. Mutiara betah menutup tubuhnya dengan selimut milik Alea, kedua teman Alea itu akan menginap selama beberapa hari menemani Alea sampai benar-benar sembuh.
"Al, gak cape apa terus mondar-mandir? Nungguin apa sih?" Tanya Leona.
"Ck, gue nungguin kabar dari kak Bara. Dari pagi sampe sekarang gak bales satu pun chat gue, abang juga gak aktif nomornya. Gue khawatir terjadi sesuatu sama mereka, jarak Bandung-Jakarta tuh gak deket jadi was-was guenya." Jawab Alea berdecak. Tak dapat di pungkiri pikiran negatif mulai menyerang dirinya, yang ia tahu sesebuk apapun Bara pasti akan mengabarinya.
"Stop putar film horor di otak loe, percaya sama gue kalo semuanya baik-baik aja. Emangnya loe gak liat apa pas tadi di sekolah, begitu dapet telpon kak Bara kayak gimana? Mungkin aja di kantornya atau di rumahnya lagi ada masalah, mending loe minum obat dulu habis itu tidur. Kalo kak Bara tahu loe khawatirin dia sampe lupa sama kesehatan loe, bisa-bisa kita semua kena amukannya. Mana serem lagi kalo liat dia mode banteng, please Al. Loe harus bersikap dewasa mulai sekarang, kak Bara itu banyak kerjaan yang harus dia pikirin, harusnya loe kasih dia semangat." Ucap Leona panjang lebar.
Alea terdiam mencerna semua ucapan Leona, akhirnya ia menghela nafasnya panjang kemudian berjalan menuju kasurnya. Leona memberikan beberapa butir obat untuk Alea minum, dia memastikan Alea benar-benar meminum obatnya dan mengistirahatkan tubuhnya. Mutiara membuka matanya saat ia merasakan pergerakan Alea di sampingnya, ia menggeliatkan tubuhnya kemudian mengibah posisinya menjadi duduk.
"Jam berapa ini beb?" Tanya Mutiara dengan suara khas bangun tidurnya.
"Jam satu malam." Jawab Leona asal.
"Hah? Yang bener lu? Wah gue kudu cepet-cepet sholat istikharah, mau minta jalan petunjuk sama Allah." Ucap Mutiara bergegas turun dari atas kasur Alea, dia benar-benar masuk ke kamar mandi.
Alea dan Leona menahan tawanya melihat Mutiara kembali dengan wajah basahnya, mereka yakin kalau Mutiara sudah selesai Wudhu. Mutiara mengambil mukena dan menggelarkan sajadahnya, dia langsung memulai sholat istikharahnya
Tak lama kemudian, Mutiara menyelesaikan shalat sunnahnya. Dia menengadahkan tangannya lalu meminta petunjuk jalan pada sang pencipta, Leona dan Alea mendengarkan doa Mutiara dengan seksama.
"Ya Allah, hamba mohon petunjukmu. Kalau misal hamba sama a Hamzah berjodoh, maka tolong dekatkanlah. Tetapi, kalau memang tak jodoh tolong gantikan dengan pria yang lebih tampan, mapan dan juga macho. Hamba ikhlas, amat ikhlas ya Allah." Ucap Mutiara.
"Btw, ini masih jam 7 malem mami." Cicit Leona.
"Hah?" Mutiara membalikkan tubuhnya menghadap Leona yan tengah cekikikan. "Lu ngerjain gue ya?" Kesal Mutiara.
"Salah loe sendiri, bangun tuh liat jam dulu baru sholat." Jawab Leona dengan enteng.
"Emangnya leo beneran mau uncrush abang?" Tanya Alea.
"Gue bingung Al, di sisi lain gue capek ngemis mulu sama abang loe, tapi gak ada respon sama sekali. Tapi, di sisi lain gue juga gak mau jauh dari abang loe, soalnya gue udah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya sama aa Hamzah." Jawab Mutiara sendu.
"Jadi cewek tuh harusnya loe jual mahal, bukannya ngasih diskon gede-gedean ke cowok dan terkesan murah. Mending sekarang loe jangan hubungin ataupun nyapa a Hamzah, loe liat gimana reaksinya kalau loe gak usik kehidupan dia. Kalo dia nyari loe, berarti loe tuh berarti di hidup dia, tali kalau sebaliknya. Mending loe lupai bang Hamzah, mending beralih ke cowok lain biar gak terus-terusan berharap sama sesuatu yang gak pasti." Ucap Leona memberikan saran.
"Gue setuju." Ucap Alea mengacungkan jempolnya.
Mutiara tampak terdiam mendengar ucapan Leona, dia menganggukkan kepalanya. Leona bersyukur kalau Mutiara mau mendengarkan sarannya. Pasalnya, dia juga tidak ingin melihat Mutiara yang terus-terusan berharap tanpa ada kepastian yang jelas.
'Kenapa gue jadi bego ya, tau gitu dari dulu gue jaga jarak sama a Hamzah.' Batin Mutiara.