"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik. Menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Kristal masuk ke dalam mobil dengan lemas. Ia lelah sekali, dua jam ia berdiri hanya untuk mengukur gaun pengantin. Siapa sangka ia harus memakai tiga gaun yang berbeda-beda dalam sehari. Membayangkannya saja sudah cukup melelahkan.
Leo membuka pintu, mendorong kursi roda Kay masuk kedalam mobil. Kristal menoleh sekilas sebelum tatapan kembali ke jendela mobil. Dari tadi ia tidak bicara apapun dengan pria itu setelah perdebatan singkat mereka di depan mansion. Kristal juga tidak enak mengajak Kay berbicara lebih dulu.
Mata obsidian Kay melirik ke arah Kristal sekilas sebelum pandangannya kembali menatap ponselnya sambil mengecek email yang masuk.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka. Tak ada yang membuka suara atau berniat memecahkan keheningan.
"Presdir, kita akan bertemu dengan para klien di Restoran La Vue. Ini sudah jam dua belas, bagaimana jika kita datang kesana lebih dulu sekalian makan siang." Leo membuka suara sambil melirik sekilas pada arlojinya. Tatapan matanya kembali beralih kedepan dengan tangannya yang setia memegang stir mobil.
"Lakukan saja seperti katamu." Kay membalas tampa mengalihkan pandangannya dari handphonenya.
Leo melirik sekilas dari kaca. Suasana di belakang terlihat sangat dingin dan mencekam.
Kristal, gadis itu juga sibuk berkutat dengan ponselnya.
"Apa kamu sedang sibuk? Jika tidak, ayo datang ke cafe. Hari ini ada event, akan ada DJ dari jam 06:00 sore."
Kristal mengulum senyumannya. Dengan lihai tangannya membalas pesan Jane.
^^^"Apa kau sudah ada disana?"^^^
"Tentu, kami semua sudah datang dari pagi. Ada dua training baru yang melamar. Apa kau tidak ingin berkenalan? Ku katakan padamu Kristal, mereka mirip seperti member BTS yang kamu kagumi itu, jadi kamu harus datang!"
Keyra terkekeh. Jane, gadis itu benar-benar berambisi sampai menunggu balasan Kristal di room chat. Buktinya dia langsung membalas pesan Kristal begitu pesannya terkirim.
"Ehm, Leo. Apa kita akan melewati Cafe Brew&Bliss?" Kristal meletakkan handphone sekilas sambil memajukan badannya ke arah depan.
"Iya, kita akan melewati cafe Paman Wiliam. Kenapa? Kau mau mampir?" Leo menjawab dengan cepat bahkan menawari gadis itu. Ya, bisa dibilang dia sudah sedikit menerima Kristal, karena gadis itu mirip dengannya yang sama-sama tidak menyukai saudara tiri Kay.
"Bisakah kau menghentikan mobil di depan cafe? Aku ingin mampir kesana."
Leo melirik Kristal dari kaca pengemudi. "Presdir, apa bisa?"
Kristal ikut menoleh. Perlahan, mata tajam pria itu menatap ke arah Leo. "Terserah. Kalau dia mau turun, turunkan saja. Tidak perlu bertanya." Kay kembali memfokuskan pandangannya pada layar ponsel.
Kristal mengerucutkan bibirnya. Pria ini dinginnya melebihi kutub utara. Tidak ingin melirik Kay lebih lama Kristal segera membalas pesan Jane.
^^^"Aku akan kesana, jemput aku di depan cafe. Aku malu jika harus masuk sendiri."^^^
Sebuah bubble chat muncul sesaat Kristal mengirimkan pesannya.
"Kami semua memang sedang berada di depan. Cepat kemari, kami akan menunggumu."
Kristal melihat pesan Jane kemudian langsung menutup ponselnya tanpa membalas. Ia mengambil tas YSL nya dan mengecek isinya. Lengkap, di isi dengan bedak padat, lipbalm, dompet, dan powerbank.
Setelah menandatangani kontrak dengan Kay hidupnya memang tidak berkekurangan lagi, karena semua kebutuhannya itu ditanggung oleh pria itu. Dan jangan tanyakan dari mana semua barang-barang mewahnya, karena sudah pasti itu dibelikan oleh orang suruhan Kay, termasuk baju, dan lain sebagainya.
Mobil hitam Mercedes Benz s-class berhenti tepat di depan Cafe Brew&Bliss milik Paman Wiliam. Sontak semua yang ada di depan cafe menatap ke arah mobil mewah itu. Pintu mobil terbuka. Kristal turun sambil melambai ke arah Jane dengan senyuman manisnya.
"Apa kamu mau di jemput pulang nanti?"
Kristal menggeleng sambil tersenyum ke arah Leo. "Nggak perlu, nanti Kristal pulang bareng Jane sama yang lain." ia melirik ke arah Kay sekilas setelah menjawab perkataan Leo. Pria itu tetap pada aktivitasnya.
"Hati-hati di jalan, Pak." Kristal menutup pintu mobil lalu berbalik menghampiri Jane.
Jane ingin memeluk Kristal tapi belum sempat ia memeluk Kristal, Bram sudah lebih dulu memeluk tubuh mungil gadis itu. "Hei girl! Kami rindu sekali padamu!"
Jane berdecak, memukul lengan Bram. "Menyingkir!"
"Tidak mau!"
Kristal terkekeh. "Kita baru saja bertemu kemarin kenapa sikap kalian seolah tidak bertemu denganku bertahun-tahun."
Beam melepas pelukannya. "Ah, itu karena kau yang ingin menikah, jadi kami merasa seperti sangat jauh denganmu!"
Jane mengangguk. "Seringlah main kesini, kami akan sangat merindukanmu."
"Benar, Vano juga sangat merindukanmu." Bram menunjuk Vano yang ada dibelakangnya tanpa membalikan tubuhnya. Dan langsung dihadiahi pukulan oleh Vano. Namun, lelaki itu tetap mendekat. Tangannya terangkat mengacak rambut Kristal. "Makan siang bersama?" tawar Vano.
Meskipun sedikit bingung dengan tingkah Vano Kristal hanya mengangguk, mengiyakan ajakan lelaki itu. Sedangkan Jane dan Bram saling mencolek lengan masing-masing.
"Presdir, apa kita pergi sekarang?" Leo menoleh kebelakang. Diam-diam sudut bibirnya tertarik kesamping menatap Kay yang tak melepaskan pandangannya dari interaksi Kristal dan teman-temannya.
"Kenapa masih tanya? Jalan!" Kay menoleh dengan nada kesal, pandangan kembali pada smartphone di tangannya.
Leo kembali ke arah depan sambil tersenyum sinis.
"Hei, ayo masuk kedalam. Aku kenalkan kamu pada dua training kita." Jane menarik tangan Kristal dengan paksa. Mau tidak mau gadis itu akhirnya mengikuti tarikan Jane. Bram dan Vano mengikuti langkah mereka dari belakang.
"Kau sengaja melakukannya, kan?" Bram membuka suara sambil memasukkan kedua tangan kedalam kantong celananya.
"Melakukan apa?" Vano melirik Bram dengan datar. Pandangan keduanya bertemu.
Kekehan keluar dari mulut Bram. "Jangan mendekatinya, dia sudah punya calon suami."
Vano menarik sudut bibirnya mendengar ucapan Bram. "Seperti kau tidak saja."
"Memang tidak. Aku sudah menganggap Kristal sebagai adikku sendiri. Jangan mengelak dan jaga batasanmu, Bro. Semua pria tau jelas maksud dari tatapanmu pada Kristal barusan." Bram menepuk pundak Vano sekilas kemudian berlalu masuk ke dalam cafe. Vano diam menatap punggung Bram yang menjauh.
Di dalam mobil Leo beberapa kali melirik ke arah Kay sekilas. "Bagaimana semalam? Apa tidurmu nyenyak?" di saat sedang berduaan, Leo memang sering berbicara santai dengan Kay.
"Kenapa kau sangat peduli dengan tidurku? Apa kau bosan ada di Indonesia? Mau ke brunei atau china? Aku bisa atur jadwal penerbanganmu." Kay membalas dengan nada datar sembari mengecek grafik penjualan perusahaan di MacBook milikinya.
"Oh, ayolah, bung. Kenapa hobimu itu melempar ku keluar negeri? Bisakah ganti dengan menaikkan gajiku?" Leo protes sembari menatap Kay lewat kaca mobil.
"Aku akan memecat mu jika kerjamu tidak becus."
Ya, baiklah. Leo harusnya tidak berharap lebih dari Kay.