"Maafkan aku Dimas mungkin aku pernah mencintaimu tapi itu dulu sekarang cinta itu sudah mati. aku sudah mencintai orang lain . Ikhlaskan kepergianku Dimas . " pinta Kania yang lebih memilih melanjut kan pernikahannya dengan seseorang . Yuk nantikan di updatean terbaru aku , jangan lupa (Like/ subscribe/follow akun ku , Miss Jingga , Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Jendral memilih menghabis kan waktu masa skors nya di apartemen , dia malas kemana-mana . Kalau bukan Vino yang memaksa, Jendral lebih milih buat bermalas-malasan sambil mengerjakan tugas-tugas dari kakeknya untuk dipelajari.
"Jen, nongkrong yuk , Lo nggak capek apa tiduran terus . Gue aj yang lihat bosen .
Nih gue bawain makanan kesukaan Lo , udah kayak babysitter Lo aja nih Gue , ngurusin Lo mulu " omelan Vino tak lantas membuat Jendral beranjak .
"Lo tu kalau kesini sekali-kali diem kenapa, ngomel terus kayak emak-emak komplek, mau Lo gue pake in daster? Gerutu Jendral yang merasa terusik.
" Yee... Biarin habisnya Lo tu kalo Gue nggak kesini juga g keluar-keluar . Udah kayak ayam,l angsung bisa netes tau nggak." Gerutu Vino tak lantas membuat Jendral menyahuti omongan temennya itu.
"Makan tu, pizza nya , dari pada ngomel terus , bikin sakit telinga Gue aja. " ejek Jendral sambil memasukkan sepotong pizza ke mulut Vino biar diam .
Jendral meninggalkan Vino masuk kekamarnya , tak lama disusul oleh Vino,
" Jen , Lo udah nemuin pak kepala sekolah belum ? "tanya Vino membuat jendral berfikir sejenak , dia lupa tentang masalah itu.
" Gue lupa. Sekalian lah ntar kalo sudah masuk sekolah. Lagian masih minggu depan " Jendral.
"Ya udah terserah lo aja , Gue rencana mau minta maaf saja lah sama tuh cewe , kasian orang tua gue kalau sampai beliau tau maklum lah gue nggak banyak duit kayak Lo " ujar Vino.
"Lo mau ikut nggak , Gue mau ke rumah kakek , Beliau meminta Gue buat makan malam disana, ya pastinya sih nggak sesederhana itu . " ujar Jendral.
"Yuk lah biar Gue yang nyetir sini kuncinya" Jawab Vino yang langsung keluar duluan , sedangkan Jendral masih diam melamun ada hal yang mengusik pikirannya.
"Jen, lama amat Lo , buruan , lumutan nih Gue " Teriak Vino dengan tidak sabaran.
"Iya, elah nggak sabar banget sih " Jendral .
"Kita bawain kakek Lo apa Jen? Masak ngganggur? Ucap Vino .
" Udah disana semua ada , mubazir ntar" Jendral.
"Eh.. minggir bentar deh . Itu bukannya cewe yang itu ya ? Emang rumahnya tak jauh dari sini ap Vin? " Tanya Jendral.
"Yang mana sih ? " Vino yang belum liat siapa yang di maksud Jendral.
"Itu yang pake mobil hitam , beriringan ? " Ucap Jendral.
"Oh itu yang baru masuk minimarket? Iya itu cewe yang Gue bawa ke gudang , kayaknya rumah nya deket sini . Gue tadi liat tu mobil keluar dari komplek depan ."
"Kenapa? " Selidik Vino dengan penasaran.
"Nggak papa, tanya aja , apa dia kakak kelas kita Vin? Jendral
" Iya , Dia anak kekas tiga bentar lagi juga lulusan kan , kenapa? Lo naksir ya , ciee... " ejek Vino membuat Jendral kesal.
"Enak aja , sok tau Lo , masak iya gue jadi berondong , idih .. Ogah banget . " Jawab Jendral ogah-ogahan.
"Awas , Hati-hati sekarang jaman jilat ludah sendiri lo , haha... " Ledek Vino.
"Buruan jalan , nanti mampir di wedang ronde depan minimarket yang ada di dekat komplek perumahan kakek. " Pinta Jendral
"Siap bos.. " jawab Vino, yang lansung tancap gas , meninggalkan daerah perumahannya.
15 menit kemudian sampailah mereka di minimarket, Vino memesan wedang ronde buat seluruh penghuni rumah kakeknya , kecuali mereka berdua memilih membeli minuman dan cemilan di mini market.
"Totalnya berapa pak? " Tanya Vino ke penjual wedang Ronde.
"150.000, mas per porsinya 10.000 mas" Jawab abang nya.
"Bos bayar nih 150.000 " Vino sambul nenatap Jendral , sedang Jendral memilih fokus ke handphone nya ,
"Plak .. "Aduh .. "apaan sih lo Vin ngagetin aja .
" Lo tuh kenapa, sih Jen , dari tadi melamun terus . "nih bayar 150ribu." Kesal Vino.
"Oh.. Kirain kenapa. Nih ... Sisanya buat abangnya" Ucap jendral sambil menyodorkan uang 300 ribu , langsung meninggalkan Vino sendiri membawa ronde.
"Nih bang dari bos aku. " ucap Vino mencandai si abang nya.
"Terimakasih banyak mas , semoga rejekinya semakin berlimpah , aminn.. " Doa tukang ronde.
"Aminn , sama -sama bang , sampai jumpa " pamit Vino sambil menenteng ronde di kedua tangannya.
Selang 5 menit mereka sampai di rumah sang kakek.
Mereka disambut hangat para pekerja kakeknya, sebab , watak Jendral berbanding terbalik saat dirumah ibunya.
"Kakek dimana bik" tanya Jendral ke salah satu pembantu kakeknya yang biasa membantu membersihkan apartemen Jendral .
"Kakek sedang di taman den , ditemani chiko"Jawab Bik Ijah , mengikuti Jendral dari belakang .
Dari belakang Jendral melihat kakeknya ditemani Chiko , kucing kesayangannya , sang kakek terlihat sedang serius membaca buku .
" Selamat sore kakek , Apa kakek? " Sapa Jendral diikuti Vino langsung mencium tangan sang kakek bergantian.
" Huh, kalian ini mengagetkan kakek saja. Alhamdulillah kabar kakek baik , kalian gimana , masih suka membuat masalah? " selidik sang kakek.
"Ah... Tanpa bertanya pun kakek pasti sudah tau , apa sih yang kakek tidak tau tentang cucu kesayangan kakek ini, hehe.. " Ucap Jendral bergurau kepada sang kakek.
"Ah .. Kalian ini selalu begitu . Ya sudah masuk lah , bentar lagi hari mulai gelap, kalian bersih2 dulu sana , kalian bisa istirahat dulu sambil menunggu makan malam . Jen, minta bik Ijah menyiapkan kamar kalian" Ucap kakek berjalan memasuki rumah .
"Baik kek , Ayo kakek Jendral antar kekamar , " Ucap Jendral berjalan disamping sang kakek .
"Bik , tolong siapkan kamar buat Vino , aku mau antar kakek kekamar dulu. " pinta ke bik Ijah.
"Baik den , kamar sudah siap den , mari den vino ikut bibi" Ajak Bik Ijah .
"Iya bik", " Kake Vino kekamar dulu ya , selamat istirahat kakek "pamit Vino.
" Iya , istirahatlah dengan nyaman , nak " kakek.
"Baik kek. " jawab Vino yang hilang disudut Rumah menuju lantai dua, sedang sang kakek bersama Jendral berjalan lurus menuju ujung kamar utama .
Rumah kakek Jendral sangat luas , dua lantai . Bahkan lebih luas dari milik Orangtua Jendral , begitupun perusahaan sang kakek juga lebih besar . Hanya saja anak-anak sang kakek perempuan semua . Kakek Jendral hanya memiliki dua orang putri , Ambarwati dan sang adik Sukmawati .
Ibu Jendral lebih mencintai suaminya sehingga tidak mau menjalankan bisnis orang tua nya memilih mengikuti sang suami .
Sedang Sukmawati juga tak jauh beda mengikuti sang suami yang seorang pebisnis namun Sukma sendiri bekerja ia menekuni bidang fashion , dia memiliki butik sendiri . Dia sudah sibuk dengan keahliannya itu , sehingga tidak mau ikut memegang bisnis sang ayah . Mereka berdua hanya memiliki sebagian saham perusahaan , namun sudah ada yang mengatur nya sendiri . Mereka tidak mau terjun sendiri.
Jendral anak satu-satunya Ambarwati. Sedangkan Sukmawani memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan .
Namun mereka tidak tertarik dengan bisnis kakeknya , mereka memilih karir mereka sendiri . Usia mereka juga lebih tua dari Jendral sebab , Ambar cukup lama memiliki anak setelah menikah dengan Restu.
Jadi Jendral dituntut sang kakek melanjutkan bisnis nya namun belum ad yang tau bahwa Jendral diam-diam sudah dilatih sang kakek .
Sehingga kalau dia terlalu stres ditambah melihat kelakuan sang papa membuat nya benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.
Membuat sakit yang lama dideritanya , kumat lagi . Membuat sang kakek semakin khawatir.
Mereka sudah duduk di kamar sang kakek . Kakeknya sedang mengambil sesuatu di mejanya .
"Ini ambilah Jen, kakek melakukan semua ini demi kebaikan kamu , kakek ingin Kamu benar-benar sembuh dari traumamu , Nak. "
Jendral menerima amplop dari sang kakek , melihat apa yamg ada didalam nya. Hingga akhirnya dia tertegun ,
"Deg.. Deg.. Ini apa maksud nya kek ? " Tanya Jendral yang penasaran .
*****
Next