Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasib Anaconda
"Akhirnya, aku sudah bisa bernapas lega. Bisa segera ke hotel. Rasanya sudah tak sabar, ingin menciumi tubuh Kinanti, dan Kinanti berada dalam kungkungannya," ucap Gio. Wajahnya terlihat bersinar-sinar dan hatinya begitu berbunga-bunga, membayangkan malam pertama yang indah setelah resmi menjadi pasangan suami istri.
"Sayang, ayo kita langsung saja ke hotel!" ajak Gio. Membuat wajah Kinanti memerah. Karena ucapan Gio membuat sang ibu mertua terlihat tersenyum.
"Aku belum siap! Ya, aku belum siap sepertinya untuk melakukannya kembali," gumam Kinanti dalam hati.
Kinanti hanya pasrah saat sang suami mengajaknya ke hotel, terlebih ibu mertuanya mendukung dengan menyuruhnya segera berangkat ke hotel. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju hotel.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di hotel. Gio merasa, kalau takdir mendukungnya. Jalanan Jakarta, terlihat lenggang. Padahal biasanya, traffic jalanan menuju hotel cukup padat. Hotel yang berbeda dengan hotel yang Kinanti tempati saat ini.
Gio sudah memesan kamar hotel untuk berbulan madu. Meskipun hanya menginap satu malam saja. Gio berencana ingin mengajak Kinanti dan juga kembar berlibur ke Bali.
"Kenapa kita tak di hotel tempat menginap saja si?" tanya Kinanti saat berada di lift.
"Aku ingin memberikan kesan tersendiri untuk kita. Memberikan hal yang berbeda untuk kamu," sahut Gio yang terus melebarkan senyumnya. Dia tampak bahagia, bahkan kebahagiaanya saat ini tak mampu di jelaskan dengan kata-kata.
Gio membuka pintu kamar hotel itu secara perlahan.
"Surprise ...," ucap Gio.
Kinanti memasuki kamar yang sudah di tata begitu cantik. Ruangan itu pun terasa wangi, begitu menggairahkan. Tetap hal itu tak ada artinya bagi seorang Kinanti. Seakan dirinya mengalami mati rasa. Memang, dia merasa senang atas kerja keras Gio untuk menarik perhatiannya.
"Apa kamu senang sayang?" tanya Gio. Tangannya kini sudah melingkar di pinggang ramping istrinya.
Tubuh Kinanti bergetar seketika, jantungnya berdegup sangat kencang, wajahnya terlihat tegang.
"Iya, aku senang. Terima kasih," sahut Kinanti. Membuat Gio merasa kalau apa yang dia lakukan tidak sia-sia. Dia mengira kalau dirinya berhasil dengan mudah menaklukkan hati Kinanti.
"Gi, boleh aku bicara sesuatu?" tanya Kinanti dengan ragu-ragu. Dia yakin kalau ucapannya akan membuat suaminya kecewa, tetapi dia tak mampu melawan perasaan hatinya saat ini.
"Apa sayang? Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Gio dengan percaya diri.
Kinanti mengatakan keinginannya untuk menunda malam pertama mereka. Kinanti belum merasa siap untuk bercinta. Dia belum bisa menghapus kenangan buruk bersama Gio dulu. Tentu saja hal itu membuat Gio merasa lemas. Seakan Kinanti melemparkannya ke dasar yang paling terendah.
"Maaf. Aku tahu, kamu pasti sangat kecewa. Tapi aku ingin melakukannya dengan cinta, dan saat ini aku belum mencintai kamu," ungkap Kinanti dan Gio hanya menganggukkan kepalanya lesu.
"Kamu tahu tidak? Momen ini sudah aku tunggu sejak dulu. Dimana kita bisa bahagia dan melakukannya kembali dalam keadaan sadar dan penuh cinta," ungkap Gio penuh iba.
"Tetapi, aku belum mencintai kamu. Memangnya kamu mau aku melakukannya dengan keterpaksaan?" tanya Kinanti membuat Gio merasa terpojok. Berada satu kamar dengan Kinanti, membuat Gio merasa begitu tersiksa. Karena belum apa-apa saja, anacondanya sudah mengamuk ingin terbebas dari bedongan.
"Ya sudah kalau kamu belum siap," ucap Gio.
Hingga akhirnya dia memilih untuk langsung masuk ke kamar mandi. Gio langsung membuka seluruh pakaian yang dia kenakan, kemudian mengguyur seluruh tubuhnya dengan shower. Berharap miliknya akan tertidur kembali.
"Lo masih harus sabar dulu! Pawang lo masih belum siap," ucap Gio pada miliknya.
"Nasib ... nasib! Begini banget. Sudah menunggu bertahun-tahun, sekarang masih harus di suruh puasa," gerutu Gio.
Sedangkan di luar, Kinanti tampak gelisah. Ada perasaan tak enak hati membuat suaminya seperti ini. Namun, semua ini sudah menjadi keputusannya. Gio keluar dari kamar mandi, wajahnya sudah terlihat segar. Wangi tubuhnya begitu memabukkan Kinanti. Membuat dia ingin mencium tubuh Gio. Ekspresi wajah Kinanti, membuat Gio tersenyum. Dia yakin kalau Kinanti sedang berpikir sesuatu.
Gio berniat untuk mengerjai istrinya. Dengan cueknya Gio langsung membuka handuk yang dia kenakan saat itu. Membuat Kinanti spontan langsung menutup matanya.
"Dasar tak tahu malu! Cepat tidak kamu pakai baju kamu! Kalau tidak, aku akan pergi dari sini," ancam Kinanti. Gio justru malah terkekeh. Membuat Kinanti merasa gemas, ingin sekali dia menjitak kepala Gio. Dia tak menyangka harus menikah dengan laki-laki yang hobi menggodanya.
Bukannya mengikuti perintah istrinya, Gio justru semakin mendekati istrinya.
"Gio, aku serius! Aku tidak main-main! Jangan buat aku marah besar ya sama kamu!" ancam Kinanti.
Hal itu justru membuat Gio bertambah senang. Dia langsung menggendong tubuh Kinanti.
"Aaahhh, Gio!" teriak Kinanti. Kinanti berusaha untuk terlepas dari Gio dia mencoba memukul-mukul Gio.
"Ternyata kamu galak juga. I like it. Aku jadi teringat kenangan kita dulu, Baby. Saat kamu berusaha menggoda aku, hingga akhirnya pertahanan aku runtuh. Jangan berteriak seperti ini, lebih baik teriaknya nanti saat kamu merasakan nikmat," goda Gio.
"Dasar laki-laki gila! Enggak waras! Lepasin aku, Gio!" umpat Kinanti.
"Semakin kamu seperti ini, semakin aku bersemangat untuk membuat kamu merintih keenakan," sahut Gio. Gio memang sudah gila, gila pada Kinanti.
Gio langsung mengungkung tubuh Kinanti, membuat Kinanti kesulitan bergerak.
"Jangan buat aku semakin membenci kamu, karena kamu sudah memaksa aku," ancam Kinanti. Wajah dia terlihat panik, ketakutan.
"Memangnya aku mau ngapain kamu? Aku 'kan hanya ingin mengungkapkan perasaan cinta aku," sahut Gio dengan cueknya.
"Iya, tapi tidak telanjang seperti ini! Aku risih. Aaahhh," teriak Kinanti lagi saat milik Gio bangkit kembali dan menusuk-nusuk miliknya. Hingga akhirnya Kinanti menangis ketakutan.
"Aku mohon lepaskan aku! Aku belum siap," ucap Kinanti dengan terisak tangis. Hingga Gio akhirnya menghentikan kejahilannya. Gio langsung memeluk tubuh Kinanti dengan erat.
"Maafkan aku sayang. Maaf karena membuat kamu ketakutan seperti ini. Iya, aku janji tak akan memaksa kamu lagi. Aku akan bersabar, sampai kamu mau," ucap Gio. Gio juga melabuhkan kecupan di kening istrinya.
Semua salahnya yang berniat mengerjai istrinya, kini membuat dirinya tersiksa sendiri. Miliknya langsung on, ketika berada di dekat Kinanti.
Terlebih saat Kinanti melepaskan pelukannya, dan mencium bibir Gio secara dadakan. Keduanya tampak terhanyut dalam ciuman itu, lidah mereka sudah membelit satu sama lain. Semakin lama ciuman itu semakin bergairah. Napas keduanya begitu terdengar.
"Apa aku boleh meminta sekarang? tanya Gio dan Kinanti menggelengkan kepalanya.
"Kamu boleh menyentuh semuanya, tetapi tidak pada area sensitif aku," ucap Kinanti.