NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mencintaimu

Salahkah Aku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Nawa

Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.

Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.

Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?

happy reading😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 ( Aku terlambat )

Setelah mendengar kabar dari Weni, Hasta ingin sekali segera datang kesana, tetapi lagi-lagi sang mama menyuruhnya kembali ke rumah karena ada yang ingin di tanyakan padanya. Setelah sampai di rumah, Sarah meneruskan pembicaraannya tentang perjodohan Hasta dan Anjani membuat Hasta marah dan terjadilah perdebatan antara ibu dan anak itu yang sempat dihentikan Adnan yang menghentikan istrinya karena terus memaksa putranya untuk menerima Anjani.

Esok harinya pagi-pagi sekali Hasta dengan diam-diam pergi menggunakan motor sportnya di saat semua masih terlelap dalam tidurnya. Tidak ada yang mengetahui kepergian Hasta melainkan penjaga di pintu gerbang.

Dalam kesedihan yang amat mendalam dirasakan Hasta ia berusaha tegar untuk sekedar mengendarai motornya yang terus melaju sangat kencang menuju kontrakan sang kekasih. Tiga puluh menit akhirnya ia pun sampai tanpa melepas helem ia langsung berlari dan berdiri di dapan rumah yang sudah tidak berbentuk itu yang telah menjadi abu.

Tubuhnya luruh di hadapan rumah sang kekasih ia menangis terisak kedua matanya menatap sendu seolah melihat semua kenangan dirinya di rumah kontrakan yang sangat kecil, tetapi berarti sangat besar untuknya karena separuh nyawanya tinggal di rumah tersebut.

Tangisnya semakin menjadi tat kala ia mengingat obrolan terakhirnya dengan Jesan yang membuat ia sangat bahagia.

”Setelah pulang nanti aku … aku mau bertemu dengan keluarga mu,” ucap Jesan yang mana membuat Hasta terkejut sekaligus senang mendengarnya.

“Benarkah, aku gak salah dengar kan? Kalau begitu aku akan usaha kan pulang cepat karena aku benar-benar tidak sabar memperkenalkan mu dan juga aku ingin kita bertunangan jika kau masih ingin bekerja,” ujar Hasta begitu senangnya.

“Sayang, aku sudah tidak memikirkan karir ku. Hmm … aku bersedia kalau kamu masih mau mengajak ku untuk menikah,” balas Jesan yang lagi-lagi membuat Hasta sangat senang.

“Jesan, kenapa kau tidak mengatakannya saat aku bersamamu. Kalau begini kan gak bisa peluk kamu karena aku sangat bahagia mendengarnya,” ujar Hasta.

“Sengaja, kalo ga gitu aku takut kamu lepas kendali. Baiklah, aku akan nunggu kamu pulang selesaikan pekerjaan mu dengan baik di sana. Miss you calon imam ku,” ucap Jesan dengan malu-malu.

“Miss you too,” sambungan telepon pun terputus dan kini keduanya tersenyum sendiri di tempat berbeda merasakan kebahagiaan keduanya.

Ia terus saja menepuk-nepuk dadanya karena kesulitan bernapas tidak bisa dibayangkan saat Jesan berada di dalam dan berusaha meminta tolong dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan saat ini hanya bisa meratapi penyesalannnya seraya menggenggam secerca abu di tangannnya

“Argggh … Jesan!” teriak Hasta seraya menghempaskan abu yang berada di tangannya ke arah langit yang memperlihatkan cahaya matahari yang mulai menyinari dunia.

“Aku terlambat … sangat terlambat. Hiks!” isak Hasta.

“Tuan,” Hasta menoleh dan mendapati Rama yang datang bersama ibu kontrakan yaitu Mia.

Langsung saja Hasta berdiri dan berharap kabar baik yang diberikan Mia padanya,”Ibu, di mana, Jesan. Dia selamat kan?” cecar Hasta yang sangat tidak sabar.

“Sa-ya tidak menemukan Jesan. Jadi, saya tidak tau di mana dia. Pihak kepolisian mengatakan jika tidak menemukan korban di dalam kebakaran itu jadi, mungkin saja Jesan bisa melarikan diri dan entah pergi kemana karena polisi benar-benar tidak menemukan seorang pun mayat di dalam kebakaran itu,” terang Mia.

Rama merangkul Hasta,”Itu artinya kita masih ada harapan, Tuan. Aku akan berusaha mencari informasi di mana keberadaan Jesan. Kau tenanglah dulu,” ujar Rama.

Hasta sedikit lega setidaknya kepolisian tidak menemukan mayat apapun walaupun hatinya masih tidak tenang,”Rama, berikan uang ganti rugi pada ibu ini biar bagaimanapun kebakaran itu menghanguskan rumahnya. Pastinya ibu ini butuh dana untuk merenovasi rumahnya,” titah Hasta.

“Terimakasih, Tuan atas pengertiannya,” ungkap Mia yang memang sedang kebingungan mengenai biaya renovasi kontrakannya.

“Baik, nanti saya urus semuanya,” jawab Rama.

“Baiklah, kita ke kantor polisi untuk meminta keterangan dari mereka kenapa bisa terjadi kebakaran,” ajak Hasta dan mereka pergi dengan kendaraan masing-masing.

*

*

Setelah dua jam di kantor polisi untuk mencari info Hasta dan Rama melangkah keluar berama menuju parkiran. Akan tetapi, Rama bingung melihat Hasta yang sedang memikirkan sesuatu sepanjang perjalanan menuju parkiran motor membuat dirinya khawatir sehingga Rama memutuskan untuk mengikutinya.

“Tuan … awas,”

Ckiiit

Hampir saja pria itu tertabrak mobil yang melewatinya karena Rama langsung menarik tubuhnya dan langsung meminta maaf pada seorang wanita yang sangat kesal karena merasa terkejut membuat wanita itu sedikit emosi.

“Tuan, lebih baik ikut dengan ku di mobil. Biar suruh bodyguard anda yang mengambilnya nanti,” Hasta menolak dan tetap ingin pergi dengan motornya. Rama tidak bisa melarangnya lagi.

“Hati-hati jangan melamun,” pekik Rama.

Saat ingin memakai helem, ponsel Hasta berbunyi. Tertera nama Anjani yang membuatnya enggan mengangkatnya. Akan tetapi, tidak lama muncul pesan dan lagi-lagi dari gadis itu tapi kali ini membuat Hasta jengkel bukan main.

“Sial … apa sih mau nya dia! Kenapa terus saja memaksa!” dengan marah ponselnya pun dimasukkan kembali ke dalam saku celananya dan ia bersiap pergi meinggalkan kantor polisi.

Sementara saat ini Rama sedang menjemput gadis pujaan hatinya itu di restoran biasa tempat Weni bekerja,”Kok tumben lama banget jemputnya, kak,” tanya Weni yang sudah duduk di dalam mobil.

“Aku habis dari kantor polisi, sayang menemani Hasta,” terang Rama seraya melajukan mobilnya perlahan.

“Terus gimana? Apa yang menyebabkan kontrakan Jesan terbakar,” tanya Weni.

“Konsleting listri,” singkat Rama.

“Benarkah,” gumam Weni.

Mereka pun sampai di rumah Weni bukan rumah kontrakan seperti Jesan yang memang anak rantau. Berbeda dengan Weni yang penduduk asli Jakarta ia tinggal hanya bersama sang ibu karena Ayahnya telah tiada karena sakit.

“Sayang, ayo turun. Kenapa melamun,” Ucapan Rama membuyarkan lamunan Weni dan sedikit kaget lalu ia perlahan turun dari mobilnya.

Sang mama sudah berdiri di depan pintu menyambut putri tunggalnya dan juga Rama,”Eh, Rama. Kau menjemput Weni? Tumben, memangnya sedang tidak sibuk. Apa gadis nakal ini yang memaksamu,” cecar Rina.

“Ibu … kok nyalahin aku. Orang kak Rama yang mau,” rengek Weni.

“Iya, bu. Saya yang mau. Hm … kebetulan ibu di sini saya ingin membicarakan hal serius mengenai kelanjutan hubungan saya dengan Weni,” lanjut Rama.

Weni pun terkejut dan menatap Rama bingung karena sebelumnya ia tidak membicarakan hal serius,”Bicaralah, ibu akan mendengarkannya,” sahut Rani.

“Saya berniat ingin mel … Empph,” ucapannya terhenti karena Weni membungkam mulut Rama dan menariknya keluar. Rani hanya tertawa melihat tingkah putrinya.

Dengan cepat Rama melepaskan tangan Weni karena ia hampir saja kehabisan napas,”Ha .. ha … kamu apa-apan sih. Kenapa memotong pembicaraanku!” pekik Rama.

“Kamu yang apa-apaan mengatakan itu pada ibu. Kita kan sudah sepakat menunda pernikahan sampai aku cukup umur,” kesal Weni.

“Aku tau tapi aku hanya ingin mengikat mu. Aku ini sudah tidak muda lagi, Weni. Bukan waktunya untuk main-main. Aku ingin menunjukkan pada ibumu kalau aku serius denganmu. Kenapa … kau selalu saja menolakku!” ujar Rama dengan tatapan tajamnya membuat Weni terkejut karena sebelumnya pria itu tidak pernah menatapnya seperti itu.

“Apa kau mempermainkan perasaanku!” geram Rama ia tidak sadar mencengkram tangan Weni membuat wanita itu kesakitan.

“Lepas, kau menyakitiku. Aku tidak pernah ingin menyakitimu ataupun siapapun. Saat ini aku sedang bersedih, kak. Kau tau aku terkejut saat kau mengatakan pernyataan polisi mengenai penyebab kebakaran rumah Jesan karena kosleting listrik. Itu ga benar. Karena aku dan kepala Rt serta warga yang berada di situ menemukan beberapa dirigen minyak tanah yang baunya sangat menyengat.

“Tapi saat kami memberitahukannya pada polisi mereka berjanji akan usut tuntas kasus Jesan dan semua nya itu bohong. Itu berarti polisi akan menutup kasus ini dan tidak akan pernah ditindak lanjuti,” pekik Weni.

“Apa?” lirih Rama.

“Maaf jika aku terkesan tidak mempedulikanmu. Jesan itu sahabatku. Teman seperjuanganku, kak. Aku banyak berhutang budi dengannya saat ini aku sedang sedih malah kau sibuk dengan membahas pernikahan … hiks,” Air mata Weni luruh membasahi pipinya yang sedari tadi ia tahan.

Rama merasa bersalah ia menarik Weni dala pelukannya dan meminta maaf,”Aku tidak tau kau sangat dekat dengan Jesan. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu karena sampai sekarang kau belum mengatakan kata cinta untukku,” ujar Rama.

Weni menarik dirinya dan menatap tajam Rama ia mencondongkan tubuhnya ke atas karena memang Rama sangat tinggi sama seperti Hasta sedangakan Jesan dan Weni bertubuh mungil, tetapi mampu membuat kedua pria itu tergila-gila dibuatnya.

Cup

“Apa ini bisa membuktikan perasaanku padamu,” Weni membuat Rama mematung karena dengan berani gadis itu mencium sekilas bibir Rama dan pastinya saat ini Rani sang ibu sudah masuk sedari tadi membiarkan keduanya berdebat dan menyelesaikan permasalahannya berdua.

“I-iya. Aku sekarang yakin,” gugup Rama yang untuk pertama kalinya dicium seorang wanita setelah menjomblo bertahun-tahun.

*

*

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!