Liu Bai, dianggap sebagai pemuda tak berguna oleh semua orang karena dia tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan dengan pemuda se generasi nya, tingkah lakunya yang terkadang konyol serta selalu membuat marah orang lain membuatnya semakin di kucilkan.
Suatu hari Liu Bai tidak sengaja bertemu dengan kultivator yang terluka parah, sebelum kultivator itu meninggal, dia sempat memberikan seluruh kekuatan dan keahliannya kepada Liu Bai, dengan mendapatkan warisan besar serta metode dan keahlian dari sosok tersebut, akhirnya Liu Bai memiliki kemampuan untuk bersaing dengan para pemuda se generasi nya, namun perjalanan Liu Bai terus berlanjut demi memberantas kekuatan jahat, apakah perjalanan Liu Bai akan berhasil, mari kita ikuti bersama petualangan Liu Bai yang berjudul, Penguasa Angin Benua Timur, selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekte Rantai Neraka
***
“Sayang sekali gadis itu berhasil melarikan diri, jika tidak, kita pasti bisa mempersembahkan empat gadis muda sekaligus.”
“Tidak masalah, masih ada tiga gadis muda lagi di hadapan kita , lagi pula tugas kita hanyalah membawa gadis itu, namun karena ada gadis lainnya disini, mereka juga akan menjadi target tambahan!”
Tiga sosok mengenakan penutup wajah tertawa terbahak-bahak di hadapan tiga gadis yang di terpojok karena kepungan, suara keenam sosok itu terdengar seperti para Pria paruh baya, dan mereka semua menggunakan rantai besi berwarna hitam.
Wajah Mei Yin menjadi kusut melihat tatapan penuh nafsu dari keenam sosok pria yang mengelilingi mereka, dia tidak tahu akan siapa mereka berenam, dan apa tujuan mereka ingin membawa dirinya.
“Apakah Saudari Xiu sudah berhasil sampai ke Pedang Matahari?” batin salah satu murid Bulan Emas.
Awalnya Xiu Lei dan dua saudari seperguruannya hanya ingin menjemput Mei Yin, ketika mereka berempat sudah berjalan cukup jauh dari rumah Mei Yin, tiba-tiba saja muncul keenam sosok pria yang semuanya menutupi wajah mereka dengan kain hitam.
Kemampuan keenam sosok tersebut berada di tahap Petarung, namun berbeda-beda tingkatan, dan yang terkuat di antara mereka berada di Tingkat Lima, sedangkan yang terlemah berada di Tingkat tiga.
Saat ini Mei Yin tidak bisa menggunakan kemampuannya karena tersegel, sedangkan Xiu Lei masih berada di Puncak Tingkat Satu di tahap Petarung kecuali kedua teman Xiu Lei yang sama-sama berada di tingkat awal dua di Tahap Petarung.
Keempatnya tidak memiliki peluang untuk bisa menang jika tetap bertarung, karena itulah kedua murid Bulan Emas membuka jalan untuk Xiu Lei agar dia bisa pergi melaporkan situasi mereka ke Ketua Yin, dan sekarang hanya tersisa mereka bertiga saja.
“Sebenarnya apa mau kalian? Jika kalian ingin menangkapku, tangkap saja diriku, tapi jangan libatkan kedua saudari ini,” kata Mei Yin.
“Kamu tidak perlu tahu akan siapa kami, dan mengenai permintaanmu itu, sepertinya tidak masalah, tujuan kami memang dirimu, tapi sangat di sayangkan jika mereka berdua tidak kami bawa,” kata salah satu di antara mereka.
“Kalian berani mencari masalah dengan Bulan Emas kami?” salah satu murid Bulan Emas bersuara.
“Bulan Emas ya? Apa yang perlu ditakutkan dengan sekte kecil itu?”
Jawaban salah satu dari mereka membuat murid Bulan Emas sangat geram, dia tidak terima Sektenya diremehkan sehingga dia dengan cepat maju menyerang pria tersebut.
“Oho, sudah tidak sabar ingin menari rupanya!” ucap pria tersebut lalu dia menggerakkan rantainya yang memiliki mata tombak di ujungnya.
Tebasan pedang murid Bulan Emas mengandung Qi yang cukup besar yang membuat pedang itu mampu melepaskan energi terang dan sangat tajam, namun serangannya terlalu lambat bagi pria yang mengayunkan rantai hitamnya sehingga dengan mudahnya pria itu menghindarinya sekaligus melilit tubuh murid Bulan Emas dengan Rantai hitam nya.
“Lepaskan saudariku!” seru temannya yang bergerak maju untuk menyelamatkan saudarinya.
“Tidak jangan gegabah!” kata Mei Yin namun suaranya sama sekali tidak di hiraukan oleh murid Bulan Emas tersebut.
“Aku suka sekali dengan gadis yang mudah marah,” kata salah seorang pria lainnya yang langsung menghadang murid Bulan Emas itu seraya menahan serangan pedang gadis tersebut dengan lengan yang penuh dengan lilitan Rantai.
Riak energi segera tercipta dari suara benturan besi keduanya, namun Pria yang terlihat penuh dengan nafsu itu sama sekali tidak bergerak ketika terkena gelombang riak, berbeda dengan murid Bulan Emas yang justru terseret mundur dua meter kebelakang.
“Kalian berdua cukup bermain-mainnya, cepat tangkap mereka bertiga dan segera tinggalkan tempat ini!” kata salah seorang pria yang memiliki rantai hitam dengan ujung rantai berupa sabit.
“Baik-baik, aku tidak akan bermain-main lagi,” jawab pria yang di bentak itu lalu menatap murid Bulan Emas yang baru menstabilkan tubuhnya lalu berpindah menatap ke arah Mei Yin.
“Kalian berdua tidak perlu melawan lagi, menyerah lah agar kalian tidak mati,” kata pria tersebut lalu rantainya bergerak melilit tubuh murid Bulan Emas.
Murid Bulan Emas sama sekali tidak siap untuk menghindari rantai hitam tersebut, karena gerakan pria itu terlalu cepat sehingga tubuhnya dalam sekejap terikat oleh rantai.
“Lepaskan!” seru murid Bulan Emas seraya memberontak berusaha melepaskan diri.
“Percuma saja kamu memberontak, Rantai ku ini sangatlah kuat, jadi aku sarankan agar kamu diam,” kata pria itu lalu menatap Mei Yin yang tidak bisa berbuat apa-apa melihat kedua murid Bulan Emas yang tertangkap dengan begitu mudahnya.
“Sekarang giliranmu!” kata pria tersebut kemudian rantai lain melesat ke arah Mei Yin.
Mei Yin berusaha bergerak agar tidak terlilit oleh rantai hitam, hanya saja dirinya tidak bisa melepaskan Qi nya sehingga hanya bisa mengandalkan kemampuan biasa untuk melompat.
“Lambat!” kata pria itu seraya tertawa melihat Mei Yin berlari untuk menghindari rantai nya.
Mei Yin yang sadar jika dirinya tidak cukup cepat untuk bergerak ataupun melarikan diri terpaksa hanya melompat sebisa mungkin ketika rantai itu sudah hampir mengenainya, hal itu membuat rantai itu gagal menangkap tubuh Mei Yin, namun sebagai gantinya, lengan Mei Yin yang terkena pisau di ujung rantai tersebut sehingga luka goresan segera terlihat dengan darah yang mulai membasahi lengan bajunya.
Kedua murid Bulan Emas hanya bisa melihat Mei Yin yang terguling dan berusaha bangkit seraya menahan rasa sakit di lengannya, keduanya sudah tidak bisa menolong Mei Yin lagi yang dijadikan bahan hiburan oleh pria tersebut.
“Ups! Itu pasti sakit sekali rasanya? Coba saja kamu tidak keras kepala, tentu kamu tidak akan terluka seperti itu,” kata pria tersebut seraya tertawa bahagia melihat situasi Mei Yin.
Mei Yin hanya bisa meringis menahan sakit di lengannya, dia menatap tatapan gembira pria tersebut sehingga membuat Mei Yin hanya bisa menggigit bibirnya hingga berdarah.
Mei Yin teringat wajah ketiga temannya, perasannya merasa lebih tenang jika mengingat mereka, hal itu yang membuat Mei Yin meneteskan air matanya. “Apakah memang sampai disini saja?” gumam Mei Yin seraya menatap rantai hitam yang datang ke arahnya.
Walau Mei Yin tahu jika dirinya hanya akan ditangkap, namun dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dirinya benar-benar tertangkap, apalagi dia masih belum tahu akan siapa mereka dan apa motif mereka ingin menangkap dirinya.
Mei Yin hanya berdiri pasrah menunggu rantai itu melilit tubuhnya, dia sudah tidak ingin lari ataupun menghindar karena itu akan sia-sia, sedangkan kedua murid Bulan Emas hanya bisa meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari lilitan Rantai.
“Aku mendapatkan mu!” kata pria tersebut dengan tertawa lepas, namun tawanya hanya bertahan beberapa detik sebelum akhirnya berubah menjadi keterkejutan.
Sebuah Pedang tiba-tiba saja jatuh tepat mengenai Rantai hitam yang hampir mendapatkan tubuh Mei Yin, kejadian tersebut tidak hanya mengejutkan keenam sosok pria, bahkan Mei Yin yang sudah menutup matanya menunggu rantai itu menangkapnya juga terkejut mendengar suara benda jatuh serta suara besi rantai yang tertahan oleh Pedang.
Debu berterbangan ke segala arah sehingga mereka semua menyipitkan mata menatap ke sosok bayang-bayang di dalam kepulan debu, dan setelah debu mulai menipis, sesosok pemuda berpakaian merah telah berdiri memegang gagang pedangnya yang menahan Rantai hitam.
Mata Mei Yin melebar menatap punggung pemuda yang sangat akrab, dia dengan pelan menyebut nama sosok tersebut dengan penuh harapan, “Liu Bai..!” gumamnya namun suaranya cukup jelas untuk didengar.
Liu Bai berbalik menatap Mei Yin seraya tersenyum hangat, sosok gadis itu sedikit berbeda dari yang terakhir Liu Bai ingat, walau tidak begitu banyak perbedaan, namun dada Mei Yin semakin menonjol, namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian Liu Bai, pandangannya justru terfokus ke darah yang membasahi kain lengan bajunya.
“Siapa kamu? Berani sekali kamu menghentikan Rantai Pisau Tanah ku!” seru pria itu dengan marah.
Liu Bai tidak memperdulikan seruan pria yang marah padanya, dia hanya mencabut pedangnya lalu menghampiri Mei Yin seraya memperhatikan luka di lengannya.
“Mereka melukaimu?” tanya Liu Bai.
Mei Yin mengangguk dengan mata yang sedikit berair, semenit sebelumnya dia sudah berpikir dirinya sudah berakhir tertangkap oleh para pria aneh tersebut, namun sekarang Liu Bai muncul sekaligus berhasil menghentikan Rantai yang akan menangkapnya.
“Mereka juga menangkap dua murid seperguruan Xiu Lei!” kata Mei Yin.
Liu Bai menoleh ke arah kedua murid Bulan Emas yang juga menatap dirinya dengan penuh harapan, setelah itu dia kembali berbicara kepada Mei Yin, “Kamu mundur dulu, aku akan membuat mereka membayar mahal atas apa yang telah mereka lakukan padamu!” kata Liu Bai.
“Baik, tapi hati-hati, mereka itu adalah para Petarung, dan yang paling kuat ada di tingkat lima,” kata Mei Yin mengingatkan.
“Iya!” jawab Liu Bai lalu menatap keenam pria itu dengan dingin.
“Aku harap kalian menjawab pertanyaan ku baik-baik, siapa kalian dan kenapa kalian ingin menangkap Mei Yin?” tanya Liu Bai namun dengan nada dingin.
“Hmp! Anak muda, jangan kamu pikir hanya karena kamu muncul secara tiba-tiba itu dapat menakuti kami, aku ingatkan jika kamu berani…!”
Pria itu belum selesai berbicara tiba-tiba saja hembusan angin dingin melewati lehernya, hal itu membuat pria tersebut tidak bisa melanjutkan kata-katanya sebelum akhirnya kepalanya jatuh menggelinding di tanah.
Kejadian tersebut begitu cepat sehingga tidak ada satupun yang menyadarinya, namun beberapa detik kemudian, barulah mereka melihat Liu Bai yang menyarungkan kembali pedangnya, setelah itu mereka semua terkejut ketika melihat tubuh pria yang sebelumnya ingin menangkap Mei Yin sudah jatuh tanpa kepala.
“Aku butuh jawaban dan bukan ancaman!” kata Liu Bai lalu menatap kelima pria yang tersisa yang masih mematung. “Sekarang siapa yang ingin menjawab pertanyaanku?” tanya lagi Liu Bai yang membuat kelima pria lainnya tersadar dari keterkejutan mereka.
Mei Yin sampai menutup mulutnya melihat tubuh pria itu jatuh tanpa kepala, dia yang selama ini belum pernah menyaksikan pembunuhan secara langsung mulai merasa pusing melihat banyaknya darah yang keluar dari leher pria itu tanpa henti.
“Kamu..! Berani-beraninya kamu membunuh adik seperguruan ku, kamu harus…!”
Seperti sebelumnya, pria itu juga tidak sempat menyelesaikan ancamannya karena Liu Bai dengan serangan secepat kilat telah melepaskan energi Pedang nya yang membuat pria tersebut juga mengalami hal yang sama seperti rekannya.
“Kenapa kalian justru lebih memilih hal yang rumit? Jawab saja pertanyaanku, tidak sulit bukan?” kata Liu Bai yang kembali menyarungkan pedangnya seraya melirik ke arah keempat pria yang tersisa.
Keempatnya baru sadar jika kemampuan Liu Bai jauh berada diatas mereka, serangan yang dilepaskan Liu Bai bukan serangan seseorang yang berada di Tahap Petarung, tidak ada satu orang pun yang berkemampuan Petarung bisa bergerak secepat yang Liu Bai lakukan, bahkan Puncak Tingkat Tujuh sekalipun tidak memiliki kecepatan itu.
“Siapa lagi berikutnya yang mau mengancam ku?” tanya Liu Bai seraya menatap keempat pria itu dengan tajam.
Keempat pria itu menjerit pelan setelah mendengar pertanyaan Liu Bai, tubuh mereka gemetar ketakutan menatap Liu Bai yang terlihat seperti Dewa Kematian, tentu mereka sadar jika Liu Bai bisa mengambil nyawa mereka semudah membalikkan telapak tangan.
“Baik-baik, aku akan jawab, tapi tolong jangan bunuh aku,” kata salah satu pria yang mengangkat tangannya seraya berbicara dengan penuh ketakutan.
“Aku bisa mempertimbangkannya, tapi jangan coba-coba memberikan jawaban palsu, jika tidak, aku akan membuatmu menyusul kedua teman mu itu,” kata Liu Bai.
“Baik, aku akan mengatakannya! Kami ini adalah anggota Sekte Rantai Neraka, dan kami mendapat tugas dari seseorang untuk menangkap gadis itu!” jawab pria tersebut dengan tubuh gemetar.
“Sekte Rantai Neraka?” Liu Bai mengerutkan sebelah alisnya karena tidak mengetahui nama sekte tersebut.
“Jadi kalian berasal dari Sekte Rantai Neraka? Lalu siapa yang memerintahkan kalian untuk menangkapku?” tanya Mei Yin yang terkejut setelah mengetahui identitas mereka.
“Untuk itu aku tidak tahu, karena kami bergerak setelah mendapat perintah dari Ketua!” jawab pria tersebut.
“Apa kamu tahu sekte itu?” tanya Liu Bai.
“Iya! Sekte Rantai Neraka adalah Sekte Menengah Aliran Hitam, biasanya mereka suka berburu para wanita terutama para gadis-gadis muda, hanya saja aku tidak tahu siapa yang menginginkanku, namun aku yakin ada orang yang menginginkanku mati dengan cara menjadi tumbal,” kata Mei Yin.
“Ritual ya? Jika kamu mengetahui Sekte ini, nanti kamu bisa melanjutkan penjelasanmu! Lebih baik kamu lepaskan mereka berdua,” kata Liu Bai seraya meminta Mei Yin untuk melepaskan kedua Murid Bulan Emas yang masih terikat.
Mei Yin mengangguk lalu dia segera membantu melepaskan kedua Murid Bulan Emas di hadapan keempat anggota Sekte Rantai Neraka, mereka berempat tidak bisa berbuat apa-apa melihat Mei Yin yang membuka kedua murid Bulan Emas yang sudah berhasil mereka tangkap.
“Aku sudah menjawab apa yang ingin kamu ketahui, apakah aku dan ketiga teman ku sudah boleh pergi?” tanya Pria itu.
“Em, setelah aku mempertimbangkannya lagi, sepertinya kalian lebih pantas mati saja!” kata Liu Bai.
“Kau? Bukankah kamu sudah berjanji akan membiarkan ku hidup jika aku menjawab pertanyaanmu?” kata pria itu yang marah seraya menunjuk wajah Liu Bai.
“Kapan aku bilang akan membiarkanmu hidup? Bukankah aku bilang bisa di pertimbangkan?” jawab Liu Bai yang membuat keempat pria itu sangat marah.
“Dasar penipu! Ayo kita serang bersama.”
Keempatnya sama-sama mengeluarkan rantai mereka masing-masing dan bersiap untuk menyerang Liu Bai, namun Liu Bai hanya tersenyum lebar seraya mengalirkan Qi nya ke pedang serta kakinya, dan dalam dua tarikan nafas, Liu Bai sudah menghilang dan muncul kembali di belakang keempat pria itu yang belum menyadari jika Liu Bai telah melewati tubuh mereka.
Saat keempatnya berusaha mencari keberadaan Liu Bai, tiba-tiba saja mereka tidak bisa merasakan tubuh bagian bawah mereka, dan ketika melihat kebawah, darah segera keluar dari perut mereka dan tubuh keempatnya jatuh dengan kondisi tubuh menjadi dua.