Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Kanaya menatap manik Bagas yang penuh penyesalan "Maaf, bisakah kita kembali.. beri aku kesempatan.." Bagas mencoba meraih tangan Kanaya, namun Kanaya menjauh.
"Tidak bisa semuanya sudah berbeda.." Kanaya menggeleng.
"Apa karna pria itu?" Kanaya tak terkejut jika Bagas ternyata tau, karna memang Bagas selalu mengawasinya dan Kanaya tau itu. "Apa kamu benar benar mencintainya?" Kanaya masih diam dan menunduk "Apa rasa cinta kamu untuk ku sudah tak ada lagi Naya?" Bagas berjalan mendekat "Lihat aku Naya" Bagas terus mendekat mengikis jarak dengan Kanaya.
"Lihatlah aku Naya, apa kamu sudah tak mencintaiku?"
"Tidak.."
"Aku bilang lihat aku Naya, katakan itu dengan menatap mataku!"Jarak Bagas dan Kanaya kini hanya beberapa senti saja.
Kanaya mendongak, matanya berkaca kaca dan menatap langsung mata Bagas "Tidak.. aku sudah tak mencintai kamu Bagas..jadi berhen..hmmp" tak ingin mendengar perkataan Kanaya yang menyakitkan, Bagas membungkam bibir Kanaya dengan bibirnya, mencoba mengungkap dan mencari suatu yang tersembunyi, Kanaya berontak dan memukul bahu Bagas agar ia terlepas namun tautan Bagas begitu erat,tangan kanan Bagas menekan tengkuk Kanaya untuk memperdalam ciumannya, tangan kirinya dengan erat menekan pinggang Kanaya agar merapat kearahnya.
Kanaya merasakan sekujur tubuhnya melemah, dengan sengatan luar biasa dari Bagas ia seperti tak merasakan lagi pijakan nya.
Bagas menyesap bibir Kanaya lembut bergantian atas dan bawah tak ada perlawanan lagi sekarang, Kanaya memejam dengan bibir terbuka membiarkan Bagas menjelajahi isi mulutnya,tangannya meremas jas Bagas kuat,
Kanaya kalah.. seperti apapun Kanaya mengelak, ia tetap masih mencintai Bagas, nyatanya sedari dulu Kanaya tak berhenti mencintai pria ini, meski Bagas telah menyakiti nya.
Kanaya mengambil nafas sebanyak banyaknya kala Bagas berhenti, namun tak menjauhkan jaraknya, dadanya naik turun seiring detakan jantungnya yang menggila.
Bagas mengusap bibir Kanaya yang basah karna sali vanya lalu menyatukan kening mereka "Kamu masih mencintaiku Naya.. rasakanlah.. aku bahkan bisa mendengar ini berdetak sangat cepat" Bagas meletakan tangannya di dada Kanaya,lalu membawa tangan Kanaya untuk menyentuh dadanya dan sama menggilanya "Ini bukti bahwa kamu masih mencintaiku, detakan nya sama dan akan selalu begitu!"
Kanaya menelan sali va nya susah payah, Bagas benar, detak jantung nya seperti akan meledak sekarang, Bagas menangkup pipi Kanaya "Ayo kita mulai dari awal lagi" Kanaya memejamkan matanya menikmati sentuhan Bagas, tapi sekelebat bayangan muncul di otaknya yang membuatnya mundur beberapa langkah dari Bagas.
"Ngak bisa.. maaf" Kanaya pergi meninggalkan Bagas yang mematung dengan tangan yang masih menggenggam udara.
Kanaya pergi, Naya nya pergi dan tak memberikan lagi kesempatan untuk nya, tangannya terkulai lemas, harapannya sudah hilang, benarkah ini tak bisa diperbaiki.
.
.
.
Kanaya mengurung diri di kamar sejak pulang dari rumah Anina, mengunci kamar dan menelusupkan seluruh tubuhnya kedalam selimut, Kanaya menangis...
Berulang kali memukul dadanya yang terasa sesak "Kenapa harus sekarang.." gumamnya.
Kanya tak keluar hingga malam dan membuat Alyla khawatir "Sayang kamu belum makan malam, makan yuk!" Alyla mengetuk pintu.
"Aku masih kenyang mom, nanti aja kalau laper aku makan" Kanaya berusaha menormalkan suaranya yang serak dan bergetar.
"Kamu baik baik aja kan nak?"
"Aku baik mom, cuma sakit tenggorokan aja, makanya suaranya serak" Kanaya masih tak membuka pintu enggan bertemu Alyla dalam kondisi seperti sekarang, ia yakin matanya sudah bengkak dan merah.
"Perlu kebdokter gak?"
"Aku cuma perlu istirahat mom" Alyla menyerah, ia tau putrinya pasti menyembunyikan sesuatu hingga Kanaya tak mau membuka pintu kamar nya.
"Oke..kalau ada apa apa panggil mom"
Kanaya makin menenggelamkan tubuhnya dalam selimut setelah tak terdengar suara Alyla lagi.
Kepalanya tiba tiba pening mungkin terlalu banyak menangis.
Esoknya seperti biasa Bima menjemput Kanaya, masuk kedalam rumah menjumpai Adam dan Alyla.
"Pagi om, tante" Adam mengangguk,Bima bisa melihat wajah khawatir Alyla dan Adam, ada apa?.
"Pagi Bim, kamu jemput Aya?"
"Iya tante, Aya nya ada?"
"Aya, sedang sakit, semalaman dia gak keluar kamar, baru tadi tante tau kalau Aya sakit karna gak keluar juga, sekarang lagi di periksa dokter"
Bima terlihat terkejut, dan Khawatir sejak kemarin Kanaya tak mengangkat ponselnya bahkan semalaman ponselnya tak aktif, Bima terakhir kali bertemu saat Kanaya di ajak bicara oleh Anina.
Dokter baru saja selesai memeriksa Kanaya "Nona Kanaya hanya demam biasa, mungkin untuk sementara jangan terlalu lelah apalagi stres, sepertinya ini diakibatkan terlalu banyak fikiran, apa dia sedang dalam masalah?"
Alyla dan Adam salin pandang lalu melihat kearah Bima yang juga terlihat bingung "Boleh saya bertemu Aya, om , tante?"
Setelah mendapatkan izin Bima masuk kedalam kamar Kanaya, Kanaya sedang tertidur mungkin efek obat yang di berikan dokter.
Bima duduk di sebelah Kanaya dan menggenggam tangannya, seingatnya kemarin Kanaya baik baik saja, apa ini berhubungan dengan Anina, Bima tau tentang hubungan Bagas, Anina dan Kanaya terlebih Azka menjelaskan semuanya pada Bima.
Tanpa Bima tau, yang menjadi dilema Kanaya saat ini berhubungan dengan dirinya.
.
.
.
Like..
komen..
vote..