Cinta Dalam Nestapa Season 4
Andara Prameswari Haryawan.
Gadis cantik berniqob harus mengalami pahitnya hidup dalam berumah tangga. Ia dikhianati oleh suaminya ketika usia pernikahan baru seumur jagung.
Andara tidak percaya jika suaminya selingkuh jika belum di lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia berusaha menyelidiki sendiri dengan caranya hingga bukti menunjukkan apa yang ia cari.
Saat ia ingin mengadukan hal itu kepada semua keluarga, nahas dirinya sudah terlebih dahulu di bunuh oleh suami dan selingkuhannya.
Andara antara hidup dan mati saat meregang nyawa ia berdoa,
"Ya Robb, jika memang cukup disini takdirku. Maka aku ikhlas. Tapi aku meminta satu hal. Aku ingin bangkit kembali dengan wujud yang baru agar bisa menghukum orang yang telah tega membunuhku dan juga janinku! Aku akan menuntut balas atas apa yang ia lakukan padaku dan janinku! Aku akan menjadi maut untuknya!"
Yuk, ikuti kisah Andara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijab Qobul Andara dan Rama
Dua hari sudah Andara mengurung diri dan melamun. Semua keluarga kasihan melihatnya. Tetapi, karena permintaan calon suaminya, mereka terpaksa mendiamkan Andara dan hanya bebicara seperlunya.
Ita sering kali membujuk Umminya itu untuk makan, tetap saja. Ia tidak mau makan. Makan tetapi, hanya sesuap. Setelah itu, ia tidak mau lagi. Andara merasa tidak selera dengan semua makanan yang enak terhidang di hadapannya itu.
Ita menghubungi Rama secara diam-diam. Rama kasihan melihat itu tetapi, demi bisa membuat kejutan itu lancar, Rama terpaksa membiarkan Andara begitu aja. Ia membujuk Ita untuk membiarkan Umminya itu. Besok, dirinya yang akan menyuapi Andara hingga kenyang, begitu katanya pada Ita. Gadis kecil itu mengangguk patuh.
Ke esokan harinya.
Sedari subuh Andara sudah mandi dan bersiap. Acara pernikahannya akan dilakukan pada pada pukul delapan pagi ini waktu Medan. Andara sudah di rias oleh MUA terkenal di kota Medan.
Andara menggunakan gamis putih tulang di padukan dengan kain songket berwarna putih tulang juga. Luaran baju gamis itu adalah kebaya dengan payet bertaburan mutiara salosvaky. Sangat cantik saat Andara kenakan. Baju yang di jahit khusus oleh Ibu mertuanya lima tahun yang lalu.
Andara tetap menggenakan niqobnya. Ia tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Keluarga masih bungkam hingga pagi ini. Sepanjang malam di saat tengah malam Andara selalu meminta dalam setiap sujudnya. Semoga pemuda yang di pilihkan Abi dan Umminya adalah lelaki yang baik yang bisa menuntunnya menuju surga-Nya Allah.
Dirinya ikhlas jika tidak berjodoh dengan Rama. sudah dua minggu ini, Rama menghilang bagai di telan bumi. Kata-kata yang ia ucapkan dulunya hanya omong kosong belaka. Andara tersenyum kecut mengingat hal itu. Sekarang, dirinya pasrah dan ikhlas.
Andara akan mengikuti arus takdir yang sudah menetapkan keputusannya. Andara yang sudah siap segera di tuntun ke tempat acar akad. Andara dan Ummi Ira serta yang lainnya memilih duduk di belakang pengantin pria yang dibatasi dengan kain putih samar-samar.
Andara bisa melihat seorang pemuda duduk di sana. Postur tubuhnya begitu mirip seseorang. Andara menggeleng memikirkan hal itu. Mana mungkin semua laki-laki itu terlihat seperti Rama. Ck! Andara berdecak dalam hati.
Andara duduk termenung dengan kepala menunduk. Dirinya tidak mendengarkan apapun yang di katakan oleh penghulu di depan sana. Saat ini Penghulu sedang berpidato singkat mengenai pernikahan Andara.
"Baiklah, jika Nak Rama sudah siap, kita segerakan saja akadnya. Tuan Raga!" ucap Pak Penghulu pada Abi Ragata yang tersenyum dan mengangguk pada Rama.
"Baik, pegang tangan Abi, Nak!" titahnya pada Rama yang diangguki oleh pemuda tampan itu.
"Bismillahirrahmanirrahim, Raden Mas Bratawijaya!"
"Saya, Bi!" jawab Rama
"Saya Nikahkan dan saya Kawinkan engkau dengan putri Kandungku, Andara Prameswari Haryawan binti Ragata Haryawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat, satu buah mushaf Al Qur'an dan perhiasan emas murni seberat 25 gram di bayar tunai!" Abi Ragata menyentak tangan Rama.
"Saya terima nikah dan kawinnya Andara Prameswari Haryawan binti Ragata Haryawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat, satu buah mushaf Al Qur'an dan perhiasan emas murni seberat 25 gram di bayar tunai!" jawab Rama begitu lancar dan jelas.
Untuk sesaat dunia Andara berhenti seketika ketika mendengar suara yang begitu ia kenal. Andara mentap lurus ke depan di mana tubuh tegap itu masih berjabat tangan dengan sang Abi.
"Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu yang diangguki oleh saksi.
"SaH!" ucap kedua saksi yang membuat tubuh Andara mematung seketika.
"Barakallahu'alaikuma wabaroka 'alaikuma fi khair.." Pak Penghulu membacakan doa untuk kedua pengantin yang baru saja sah menjadi suami istri itu.
"Baik, bawa mempelai wanitanya kemari untuk penyerahan mahar dan pertemukan antara dirinya dan suaminya," ucap Pak Penghulu yang diangguki oleh Ummi Ira.
Beliau segera bangkit dan menuntun Andara yang kini menatap kosong ke arah depan sana. Ia mengikuti langkah Ummi Ira yang menuntunnya menuju dekat Rama yang kini berdiri dan tersenyum melihat kedatangan cintanya itu.
Tiba di hadapan Rama, Ummi Ira mengangkat tangan Andara yang sudah terukir henna yang begitu cantik membuat Rama tersenyum melihat itu. Andara mencium lembut tangan Rama.
Deg, deg, deg, deg..
Jantung Andara berdegup tidak karuan saat mencium tangan suaminya itu.
Kenapa aku merasa tangan ini miliknya? Apakah ini dirinya? Batinnya menerka-nerka.
Andara tidak mau melihat wajah suaminya itu. Takut, jika apa yang ia pikirkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ia harapakan saat ini. Rama tersenyum tipis. Ia meletakkan tangan kirinya di ubun-ubun Andara dan membaca doa untuknya.
"Bismillahirrahmanirrahin, Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih.”
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung padamu dari keburukan yang sudah Engkau tetapkan padanya.
Cup!
Deg.
Deg.
Deg.
Andara mendongak melihat suaminya. Tubuhnya terhuyung dengan mata melotot sempurna. Kepalanya pusing hingga dirinya ambruk ke lantai. Semua orang yang melihatnya berteriak ketakutan.
"Astaghfirullah, Sayang!" Seru Rama sangat terkejut melihat istrinya pingsan setelah ia selesai membacakan doa untuknya dan mengecup dahinya untuk pertama kali setelah dirinya sah menyentuh Andara untuk pertama kalinya.
Hayo, loh, Ban Rama! Itu kenapa di buat pingsan coba? Awas, loh! Pawangnya garang! Ehh? 🤣🤣🤣