Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Valedale dan Tsukuyomi Expedition
Aksi Shira mengeluarkan api berwarna biru dari tangannya, untuk menyalakan api unggun segera menarik perhatian dua orang Assassin dari Vanguard Goose. Dari informasi awal yang mereka dapatkan, mereka cukup yakin bahwa Shira merupakan seseorang dengan Job sejenis dengan Warrior.
Namun melihatnya dapat mengeluarkan api, apalagi api unik berwarna biru, segera membuat mereka mempertanyakan tentang identitas Shira lebih jauh.
Berbeda dari Shira yang dapat dengan bebas dan mudah, membangun tenda dan menyalakan api unggun tuk menghangatkan tubuhnya ketika beristirahat. Dua Assasin dari Vanguard Goose jelas tidak bisa melakukannya, karena dapat mengungkap keberadaan mereka yang mengikuti Shira diam-diam.
Membuat keduanya harus terus bergantian berjaga sepanjang malam, hanya tuk memastikan Shira tidak tiba-tiba pergi. Hingga saat pagi tiba, keduanya harus kembali mengikuti Shira lagi dari belakang.
Jika ditanya, harus mereka akui bahwa misi ini merupakan salah satu misi tersulit, yang pernah ketua mereka itu berikan. Mengingat selain wilayah ekstrim, keduanya juga harus siap siaga sepanjang waktu mengawasi gerak-gerik Shira.
Hampir tidak ada satupun monster di wilayah hutan pinus yang mereka masuki, membuat perjalanan Shira terasa sangat mulus. Yang tentu segera mengundang rasa heran, pada dua Assasin yang mengikuti pemuda itu.
Shira terus berjalan menyusuri hutan pinus, dengan dua orang Assassin membuntutinya tanpa ia sadari. Hingga akhirnya, pemuda itu tiba di destinasi akhir dari perjalanannya.
Shira menyipitkan matanya melihat sebuah jalur pendakian batu, yang diciptakan mengitari gunung yang menjulang tinggi dihadapannya. Jalur itu tidak memiliki pengaman apapun, seperti pagar sederhana ataupun tali, membuat Shira hanya bisa menelan ludah.
Jalur batu itu memiliki lebar sekitar setengah meter, saat berada di kaki gunung pemain mungkin masih bisa tenang. Namun saat sudah setengah jalan, bahkan Shira sekalipun kesulitan untuk tenang melihat pemandangan disampingnya.
Sembari menguatkan pegangannya terhadap alat bantu mendaki yang ia bawa, Shira berjalan perlahan menyusuri jalanan terjal tersebut. Sedang disisi lain dua Assasin yang sedari awal mengikutinya, saat ini saja tengah mencoba sebisa mungkin untuk tetap tenang.
Mengingat keduanya juga tidak membawa perlengkapan yang memadai, seperti Shira, mereka hanya bisa berdoa agar tetap selamat dalam kondisi mereka saat ini.
Shira memulai pendakian waktu pagi, dan dia baru berhasil mencapai tempat yang ia tuju ketika malam telah larut. Pemuda itu membersihkan tumpukan salju, yang diakibatkan oleh badai salju yang menerpanya ditengah pendakian.
Didepan Shira, berdiri sebuah pintu besi setinggi dua meter yang tertutup oleh salju dan es. Mengingat betapa lamanya tempat ini ditinggalkan, Shira merasa hal ini adalah hal yang wajar.
Dari yang Asnold tulis dalam suratnya, pintu besi itu memiliki mekanisme khusus yang hanya bisa dibuka memakai Spirit Flame yang ia miliki.
Shira mengusap dan membersihkan pintu besi itu, dan menemukan mekanisme pembuka yang dimaksud dalam catatan. Api biru kembali menyala ditangan Shira, pemuda itu mendorongnya kearah lubang mekanisme pintu besi dihadapannya.
Lubang di pintu besi itu tertutup, setelah Spirit Flame Shira masuk, seolah baru saja memakan api tersebut. Cahaya biru mulai merambat dari tempat Shira memasukkan Spirit Flamenya, sela-sela besi dari pintu itu mengeluarkan cahaya biru samar-samar ditengah malam yang cukup gelap.
Suara seperti mekanisme roda gigi yang berputar, dapat terdengar setelahnya, diikuti oleh pintu besi dihadapan Shira yang terbuka secara perlahan.
Shira menghela nafas lega, dan dengan tatapan serius memasuki bunker dibalik pintu besi tersebut, membuat pintu itu kembali tertutup secara perlahan ketika Shira telah memasukinya.
Dua Assasin yang mengawasi Shira dari jauh, hanya bisa menatap Shira yang menghilang dibalik pintu besi itu dalam diam.
----->><<-----
Setelah melewati satu kota lagi dari desa Ashe, karavan Lucian akhirnya sampai di salah satu kota perbatasan, Valedale City.
"Kalau begitu, Jika ada kesempatan, mari bertemu lagi... Nona Kira, Tuan Ferran!..." Lucian melambaikan tangan tanda perpisahan dengan Ferran dan adiknya, dia mengarahkan karavan miliknya menuju wilayah pasar kota.
Kira dan Ferran hanya membalas lambaian Lucian tanpa berkata apapun, keduanya berjalan memasuki kota yang sangat ramai akan pemain itu.
Biasanya pemain akan berburu di siang hari, hingga malam tiba, namun kondisi di Valedale sedikit berbeda. Karena kebanyakan pemain disini, pasti bertujuan untuk menyebrangi gunung yang memisahkan wilayah Utara dan Tengah.
"Baiklah... Sekarang apa yang perlu kita lakukan?..." Tanya Ferran pada dirinya sendiri, yang segera ditanggapi dengan senyum jahil adiknya.
"Tentu saja membeli peta!... Ngomong-ngomong, aku belum pernah menanyakannya, tapi kemana tujuan kakak sebenarnya?" Kira menggenggam lengan kakaknya dan menuntunnya menuju toko terdekat yang menyediakan perlengkapan petualang .
"... Alerdale, Valenmir Empire!..." Jawab singkat Ferran langsung ke intinya.
"Hm... Kota itu ya-... Ah.... Maaf permisi!..." Kira berjalan tanpa melihat kedepan, membuatnya secara tidak sengaja menabrak seorang pemain.
"CK... Ah... Lain kali hati-hati kalau jalan!" Pemain itu memaliki rambut kemerahan, dan membawa pedang besar di punggungnya.
"Eh...!" Tanpa aba-aba Ferran segera mencengkram tengkuk Kira, dan memaksanya menundukkan kepalanya bersama.
"Maaf jika adikku menyinggungmu, tolong jangan diambil hati masalah sepele ini!..." Ferran juga ikut menundukkan kepalanya, menarik perhatian beberapa orang disekitar mereka.
Pemain berambut merah itu memandang keduanya kesal, terlihat jelas bahwa moodnya sedang tidak dalam kondisi begitu bagus. "Tch... Terserahlah, Awasi adikmu itu!..."
Pemain berambut merah berlalu pergi, bersamaan dengan Kira yang mengangkat kembali kepalanya. Namun sebuah simbol yang menempel pada kain di lengan pemain itu, lebih menarik perhatian Kira.
Membuatnya tanpa sadar termenung sejenak, dengan wajah sedikit ketakutan. Ferran segera menyadari gelagat aneh adiknya itu, membuatnya menanyakan kondisinya.
"Kenapa?... Kau baik-baik saja?" Pertanyaan lembut dari mulut Ferran itu segera menyadarkan Kira kembali, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan dan kembali menarik kakaknya menuju toko terdekat.
"Permisi!..." Seorang pemuda berjubah putih, dengan rambut serupa serta pupil keemasan, tiba-tiba muncul diantara Ferran dan Kira.
"Kyah!..." Kira melompat mundur satu langkah, dan memegangi jantungnya yang terasa hampir copot.
"Ah... Maaf... Aku tidak sengaja melihat kalian sebelumnya, dan berpikir bahwa kalian adalah pemula, butuh bantuan?... Kami dari Tsukuyomi Expedition, selalu siap membantu!..." Pemuda itu tanpa basa-basi, segera mengutarakan niatnya pada Ferran dan Kira.
"Ah... Kami tidak-..." Baru saja Kira berniat membalas niat baik pemuda itu, kakaknya secara tiba-tiba memotong.
"... Apa maumu?" Pertanyaan blak-blakan dari Ferran, seolah dia tidak takut menyinggung lawan bicaranya, terasa sangat berbeda dari sebelumnya.
"Kakak!..."
Pemain dari Tsukuyomi Expedition itu terlihat sedikit terkejut, namun segera mengendalikan ekspresinya, seolah tidak mendengar pertanyaan dari Ferran barusan.
"Apa maumu?... Yang kau cari... Adalah aku bukan?" Ferran masih dengan santainya menanyakan hal itu pada pemuda berambut putih dihadapannya.
".... Heh... Menarik... Tidak kusangka bahwa Ferran sang Master Alchemist, jauh lebih pintar dari dugaanku!..." Pemuda berambut putih itu tersenyum lebar, menanggapi pertanyaan dari Ferran yang telah mengetahui niat aslinya sejak awal.
"Namaku adalah Lann, bagaimana kalau kita bicara di tempat yang lebih sepi?..."
Kira sebenarnya tidak bisa langsung mempercayai Lann, namun perkataan dari kakaknya juga segera menenangkan dirinya. "Tenanglah, kita berada di kota, sekalipun dia berasal dari Guild bintang sepuluh, dia tidak akan cukup gila tuk berbuat rusuh di kota!..."
"Nona, yang dikatakan saudaramu itu benar, lagipula... Kami dari Tsukuyomi Expedition... Pernahkah kami terdengar melakukan hal tidak bermoral seperti itu?" Tambah Lann meyakinkan Kira, yang sontak membuat gadis itu mati langkah dan mengembungkan pipinya kesal.
Lann ternyata membawa keduanya menuju sebuah restoran makan yang cukup sepi akan pemain, hanya ada beberapa NPC yang terlihat tengah menikmati hidangan didalam sana.
"Pesanlah... Aku yang bayar semuanya!..."
"Kalau begitu aku tidak akan sungkan." Mendengar Lann berniat mentraktir mereka, Ferran segera memesan beberapa makanan yang menarik perhatiannya.
Hal itu membuat Lann tertawa kecil akan sifat Ferran terasa sedikit blak-blakan, sedang disisi lain Kira tidak begitu tertarik dengan tawaran dari Lann, dan hanya memesan sebuah minuman.
"Baiklah... Bagaimana kalau kita langsung ke intinya saja!..." Lann berpangku tangan dengan tatapan serius.
Ferran hanya memejamkan matanya, tentu dia mengerti tujuan Lann sedari awal mereka bertemu. "Pill apa yang kau inginkan?..."
"Bukankah itu sudah jelas?... Aku menginginkan Body Forging Pill buatanku!... Dan kalau ada yang paling bagus! Sebutkan saja harganya!"
"Heh... Untuk siapa Pill ini? Ketua mu?" Kira tersenyum nakal mendengar tujuan utama Lann dari kakaknya.
"Tentu saja... Untuk diriku sendiri, bahkan tanpa Pill seperti ini sekalipun ketua itu sudah termasuk kuat, dia itu monster lho!..."
"Aku yakin ketua guild kalian akan membunuhmu, jika tau kau melakukan transaksi secara rahasia dengan kakakku tanpa sepengatahuan dirinya!..." Kira menghela nafas pelan dan memasang wajah iba.
"Tenanglah, hal seperti itu bukanlah masalah!... Lagipula, hal seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari kami dari guild besar, anggap saja sebagai cara kami memperlakukan teman baik!..."
Lann mengangkat bahu seolah tidak peduli dengan ucapan dari Kira, walau hal seperti pasti jadi kenyataan. "Yang lebih penting, aku dapat bertambah kuat lebih cepat, agar dapat mengungguli rivalku itu!..."
"Hah...! Rivalitas, lelaki seperti kalian memang suka melakukan hal-hal bodoh seolah tidak sayang nyawa!..."
Disisi lain Ferran tidak memperdulikan percakapan antara kedua orang itu, dan segera menyiapkan semua Pill yang Lann minta, termasuk Body Forging Pill.
"Kira, lakukan transaksi dengannya untukku!..." Ferran memberikan semua Pill itu pada adiknya.
"Tentu!..."
"Hm... Apa ada masalah?" Lann bertanya penasaran, mengingat tidak biasanya transaksi dilakukan seperti ini.
"Hanya masalah kecil... Aku tidak bisa melakukan transaksi dengan orang lain, atau karakterku dalam bahaya!" Jawab Ferran santai seolah tidak peduli dengan tanggapan dari Lann.
"Hm... Heh... Aku mengerti!..."
Lann menyelesaikan transaksinya dengan Kira, dan menyerahkan semua emas yang dibutuhkan serta mengecek Pill-pill yang ia pesan. "Sama seperti yang ada di tokomu, Heh... Master Alchemist Ferran... Sepertinya julukan ini benar-benar cocok untukmu!..."
Tidak ada perubahan ekspresi yang terlalu drastis pada Ferran sejak awal pertemuan mereka, "Kira... Untuk menghemat waktu, bisakah kau membeli keperluan kita sendiri?"
"Tentu... Cuman peta bukan, oh... Ngomong ngomong, jalur mana yang ingin kakak ambil? Jika kita melewati jalur pendakian saat melintasi pegunungan tengah, maka kita akan perlu baju yang lebih tebal lho!..."
"Apa jalur pendakian lebih pendek?" Tanya Ferran memastikan.
Kira mengangguk pelan, "Hum... Tapi medannya sangat sulit dilalui, jadi sangat jarang diambil oleh pemain!"
"Kalau begitu beli perlengkapan tambahan!"
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu!..." Kira berjalan keluar dari restoran setelah menghabiskan jus digelasnya.
"Apa yang kau sembunyikan dari adikmu? Kelihatan jelas bahwa kau tidak ingin dia tahu isi percakapan kita?" Lann tentu mengerti arah pembicaraan Ferran dari gelagatnya.
"..." Ferran hanya memejamkan matanya lembut dan mengeluarkan beberapa botol berisi Pill lainnya.
"Kudengar Tsukuyomi Expedition adalah Guild dengan akses informasi paling luas... Katakan saja aku berniat membeli beberapa informasi disini!..." Tatapan mata Ferran berubah serius, membuat Lann tertegun sejenak.