Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adam panik dan cemas
Adam tidak pernah tahu jika Najwa tidak pulang ke rumah. Begitu pintu depan terbuka, sosok yang pertama di cari Adam adalah Najwa.
"Najwa!" teriak Adam di depan pintu utama, Malvin yang di ruang tamu pun mengetahui jika Adam telah kembali.
"Daddy cari Mommy?" tanya Malvin, yang sudah satu Minggu ini tidak berbicara dengan Adam.
"Eemmm, dimana Mommy, Malvin. Daddy mau berbicara dengan Mommy mu" tukas Adam.
"Aku juga sedang menunggu Mommy pulang, bukan kah, Mommy pergi ke kantor Daddy?" tanya Malvin lagi, Adam pun tidak tahu haru menjelaskan apa kepada Malvin, dan kalau Malvin tahu, anak itu akan membenci Daddy nya.
Di dalam kebingungan Adam, sebuah panggilan mengejutkan Adam, panggilan itu berasal dari Alvin sekretaris Adam.
Drrt..Drrt...
"Malvin, kamu kembali ke ruang tamu ya, Daddy mau kembali kerja, nanti sore Mommy pasti udah pulang"
"Oke" Malvin pun kembali ke ruang tamu, dan melanjutkan main game nya.
Adam keluar dari rumah, dan mengangkat panggilan Alvin, yang sudah terlihat di layar ada tiga panggilan yang di lewatkan Alvin.
"Ada apa Alvin?"
[Pak, Tuan Alvaro tidak mau menunggu lebih lama, dia ingin bertemu dengan mu Pak, berkas yang di bawa Tuan Alvaro memerlukan tanda tangan mu] pungkas Alvin, yang terdengar cukup panik suara nya.
"Katakan pada nya untuk menunggu ku, dalam waktu setengah jam lagi, aku akan segera tiba"
[Baik Pak]
panggilan terputus, Adam menyimpan kembali ponsel di dalam jas nya. Lalu, kembali masuk ke dalam mobil, dan pergi menuju kantor nya.
Tiba di kantor nya, Adam segera menuju ke ruang meeting, dan disana masih ada Alvaro dan beberapa orang kepercayaan nya yang sedang menunggu kedatangan Adam.
Ceklek !
"Maaf, saya terlambat, tadi ada sedikit urusan" Adam berjalan ke arah kursi kekuasaan nya, dan duduk disana. Alvin segera memberikan Adam berkas dan dokumen yang di bawa Alvaro untuk Adam.
Setelah selesai memeriksa dan bertanda tangan. Alvin mengambil kembali dokumen dan berkas tersebut, dan memberikan nya kepada Alvaro.
"Terimakasih Tuan muda Alvaro, sudah memenuhi undangan saya" ujar Adam.
"Tidak masalah, namun saya tidak menyangka yang ternyata, anda yang terlambat dalam pertemuan pertama kita ini" tukas Alvaro, memberi sebuah senyuman kepada Adam, pria ini tidak menanggapi nya.
Saat ini pikirkan Adam sedang tidak fokus, pada apa yang ada di depan nya. Dia sedang memikirkan Najwa, yang sudah salah paham kepada nya.
Setelah mereka semua berjabat tangan, Adam meminta Alvin untuk mengantar Alvaro sampai ke lobi, dan Adam masih duduk di ruang meeting, memikirkan bagaimana cara untuk menjelaskan nya kepada Najwa, kalau semua itu hanya salah paham.
Ceklek !
Alvin kembali lagi ke ruangan meeting, dan melihat Adam yang masih duduk disana.
"Pak, maaf. Tadi OB membersihkan lantai di depan pintu Bapak, dan rantang nya ada di dapur kantor, apa perlu aku meminta nya untuk membawa ke ruangan Bapak?"
"Tidak perlu. Alvin, ke depan nya jika ada tamu yang tidak berkepentingan jangan membiarkan mereka untuk masuk ke dalam ruangan saya, apalagi sampai membuat keributan di perusahaan ku!" tegas Adam, Alvin sedikit menunduk, lalu mengangguk pelan.
"Baik Pak, saya mengerti"
"Setelah ini apa ada lagi pertemuan lain?"
"Tidak Pak, hanya itu saja hari ini"
"Kalau begitu aku akan pulang lebih awal, tolong handle semua nya, dan ingat jangan ijinkan siapapun masuk ke ruangan ku!"
"Baik Pak"
Adam segera keluar dari ruangan meeting, dan pergi menuju lobi. Semua karyawan terlihat memperhatikan raut wajah Adam yang terlihat lebih sangar dari biasa nya.
Setidak Adam sudah berusaha belajar selama satu Minggu yang lalu. Menerima kenyataan kalau Najwa adalah istri ke dua nya. Namun, Adam tidak ingin masalah di masa lalu terulang lagi, yang di manfaatin karena terlalu mencintai istri nya itu. Sehingga Adam di buta 'kan oleh cinta, Adam tidak dapat membedakan mana cinta yang tulus mana yang hanya modus.
Di dalam perjalanan, Adam masih memikirkan cara untuk membujuk Najwa, dan Adam juga memikirkan cara untuk menjelaskan semua kesalahpahaman ini kepada Najwa.
"Kenapa aku cemas? selama ini aku tidak pernah setakut ini? Najwa dan aku tidak pernah dekat, kenapa aku harus cemas?" gumam Adam, untuk menenangkan diri nya sendiri.
Namun, siapa sangka, Malvin sudah menghubungi Adam berulang kali, namun di abaikan oleh Adam, karena Adam sudah tahu, kalau Malvin pasti ingin menanyakan tentang Najwa pada Adam.
Mobil Adam, masuk ke dalam lorong rumah Najwa, hanya saja lorong itu terlalu sempit, sehingga Adam harus memarkirkan mobil tepat di halaman rumah Najwa.
Sebelum turun, Adam sudah berulang kali mengatur nafas nya, selain cemas dia juga terlihat gugup, untuk pertama kali Adam harus membujuk dan menjelaskan apa yang telah terjadi barusan tidak seperti yang Najwa lihat.
Tok ! Tok ! Tok !
"Permisi!" teriak Adam dari luar, namun tidak ada jawaban dari dalam. Adam tahu, Najwa ada di dalam rumah, saat dia melihat mobil putih Brio milik nya yang terparkir di depan rumah Najwa.
Tok ! Tok ! To!
"Assalamualaikum"ucap Adam.
"Waalaikumsalam" jawab Najwa, Adam lega saat mendengar suara Najwa. Namun, setelah Adam menunggu, Wanita itu tidak juga keluar untuk membuka pintu rumah nya.
Tok ! Tok ! Tok !
"Najwa, buka pintu nya. Abang, mau bicara sama Najwa, ada yang ingin Abang jelaskan, tolong buka pintu nya..." ucap Adam berdiri di depan pintu rumah Najwa. Untuk pertama kali, Adam berbicara dengan suara yang rendah.
Karena merasa kasian, Najwa pun membuka pintu rumah nya. Mau bagaimana pun, sesakit apapun saat ini, Najwa tetap peduli pada Adam, yang masih status suami nya.
Ceklek !
"Najwa...!" panggil Adam, namun Najwa segera berbalik, dan meninggal 'kan Adam di depan pintu. Adam segera masuk dan mengikuti langkah kaki Najwa yang berjalan ke arah ruang tamu.
"Duduk Abang..." Najwa mempersilakan Adam untuk duduk dengan begitu ramah, padahal untuk saat ini Najwa masih merasa sakit di ulu hati nya yang sebab 'kan oleh Adam.
"Abang mau minum kopi atau teh?" tawar Najwa, yang hendak berdiri.
"Tidak usah, Abang hanya ingin bertemu dengan Najwa, tidak usah repot-repot" Adam melarang Najwa untuk membuat minum, dan Najwa kembali duduk di sofa nya.
"Apa yang ingin Abang bicarakan, katakan !" tegas Najwa, yang membuat Adam menatap Najwa dengan tatapan yang penuh harap, semoga apa yang di ceritakan Adam bisa menghilangkan rasa salah paham yang terjadi antara Adam dan Najwa.
"Apa yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu bayang 'kan, semua itu hanya salah paham, sebelum nya...."
Flashback!
Melisa pagi - pagi sudah mencari Adam ke kantor, kalau datang ke rumah, Melisa tidak akan menemui Adam seperti satu Minggu yang lalu.
"Maaf, Nona ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis, saat Melisa mendekat.
"Mas Adam ada?" tanya Melisa, meskipun sudah sering ke kantor Adam, semua orang tidak mengenali Melisa, wanita dengan seribu wajah, kapan saja bisa mengubah penampilan nya. Riasan nya yang menor, kadang membuat orang tidak dapat mengenali nya.
"Ada, Pak Adam. Baru saja tiba"
Setelah mendapat jawaban nya, Melisa langsung pergi menemui Adam di ruangan nya.
Tiba di depan pintu ruangan Adam, Alvin juga baru saja keluar saja, dan melihat Melisa yang datang.
"Anda datang Nona Melisa?" sapa Alvin, yang memang sudah mengenal wanita ini.
Melisa tidak menjawab, dia segera membuka pintu ruangan Adam.
Ceklek !
"Ada apa lagi Alvin, apa ada yang tertinggal ?" tanya Adam, tanpa melihat ke arah Melisa.
"Mas, ini aku!" mendengar suara Melisa, lantas Adam mendongakkan kepala nya dan menatap wanita itu.
"Untuk apa kamu datang, bukan kah aku sudah katakan, jangan pernah temui aku lagi dan juga keluarga ku"
"Mas, jangan lakukan ini kepada ku, kita sudah lama dekat, masa mas mau membuang ku hanya karena orang baru, kita sudah menjadi keluarga sejak lama. Jangan lakukan itu Mas" Melisa mendekat ke arah meja Adam, dan Adam tidak menggubris nya.
"Aku sibuk, silahkan pergi!" titah Adam, bukan nya pergi, Melisa malah mendekat, dan berjalan ke arah kursi Adam, dan Melisa hampir duduk di atas pangkuan Adam, mengetahui hal itu, Adam segera mendorong Melisa dan berdiri dari tempat duduk nya.
Adam menarik tangan Melisa, dan ingin menyeret wanita itu keluar dari ruangan nya. Namun, Melisa malah memeluk Adam, yang mana saat itu Najwa juga baru tiba di sana, dan melihat Adam dan Melisa lagi berpelukan. Padahal, kenyataan nya tidak seperti itu.
Flashback Selesai...!
"Jadi, Najwa begitu lah cerita nya, aku tidak melakukan hal apapun terhadap wanita itu, Kamu hanya salah paham!" tegas Adam, yang meninggikan suara nya. Adam adalah pria yang setia, dan dia tidak akan menerima nya jika dia di tuduh melakukan hal yang kotor dengan wanita lain.
"Untuk apa Abang datang menjelaskan itu semua kepada Najwa? bukan kah, Abang tidak pernah peduli pada Najwa, terlebih lagi pada perasaan Najwa. Meskipun Najwa mengorbankan seluruh hidup Najwa untuk mengasuh Malvin, dan mengabdi diri Najwa sebagai istri Abang, Najwa tetap tidak akan punya hak status sebagai istri dalam diri Abang. Jadi, untuk apa Abang datang? apa karena Ibu memaksa Abang? atau karena...."
Najwa menjedda ucapan nya, Adam melihat wanita yang sudah beberapa bulan di nikahi nya, tapi tidak pernah sekalipun dia menganggap wanita itu istri, bahkan Adam tidak pernah memberi hak seorang istri untuk Najwa.
"Karena Malvin mencari mu, apa kamu tega meninggalkan Malvin seorang diri, saat ini Malvin pasti menunggu mu, dan Malvin sangat membutuhkan mu!" ujar Adam, berharap alasan nya kali ini bisa membuat Najwa luluh.
Najwa tersenyum, menanggapi ucapan suami nya. Pria seperti Adam ini, memang tidak pernah tunduk pada orang lain, apalagi perasaan nya, dia terlalu keras kepala untuk hal ini.
"Untuk apa Malvin menunggu Najwa, Malvin bukan anak kecil lagi, Malvin tau kalau Najwa bukan Mommy biologis Malvin. Jadi, kalau pun Najwa pergi dari rumah Xavier, tidak akan membuat Malvin merasa kehilangan. Malvin sudah hidup selama empat tahun tanpa seorang Mommy, dan tidak akan membuat dia bergantung pada Najwa yang baru ia temui tiga bulan ini, dan satu lagi Abang saja bisa hidup tanpa seorang istri, apalagi malvin!" pungkas Najwa, yang mencoba menguatkan diri nya.
Najwa berharap, keputusan nya kali ini, dapat mengubah semua nya menjadi lebih baik. Adam bangkit dari tempat duduk nya, dan membuat Najwa tertegun, dan akhirnya Najwa kembali tersenyum.
"Aku sudah tahu jawaban nya, tujuan ku kesini hanya untuk menjelaskan itu, dan tidak ingin membuat kamu salah paham. Aku permisi, Assalamualaikum" ucap Adam, dan berlalu pergi meninggalkan ruangan tamu, dimana Najwa masih terdiam di sofa.
"Waalaikumsalam" jawab Najwa, lalu melihat kepergian Adam melalui jendela ruang tamu.
Najwa tahu, pilihan nya salah. Namun, semua ini Najwa lakukan untuk membuat Adam sadar, kalau Najwa benar-benar tulus menerima Adam dan Malvin dalam hidup Najwa. Najwa sudah lelah berjuang sendiri, Najwa ingin berjuang bersama - sama dengan Adam menuju surga Allah.
Tepat jam 19:00....
Adam baru saja kembali ke rumah nya, dan melihat kalau mobil Melda sudah ada di garasi mobil, berarti sang ibu sudah pulang.
Ceklek !
Adam segera masuk, Malvin yang mengetahui Adam pulang, langsung menghampiri nya. Adam melihat Malvin, masih memakai baju yang tadi siang di lihat oleh Adam, membuat Adam marah.
"Malvin katakan, apa sejak tadi sore kamu belum mandi?" tanya Adam, dengan suara yang lumanyan tinggi.
"Malvin, menunggu Mommy, dimana Mommy?" Malvin mengintip ke arah pintu, namun nihil, tidak ada siapa pun di luar.
"Najwa tidak akan kembali, mulai sekarang kamu harus terbiasa untuk hidup tanpa Najwa!" tegas Adam, yang menatap lekat ke arah Malvin, sang anak menatap Adam dengan mendongakkan kepala nya.
"Malvin, mau Mommy Daddy! Malvin mau Mommy!" teriak Malvin, yang tidak ingin mendengar keegoisan sang Ayah.
"Diam!" bentak Adam, yang memegang kedua bahu Malvin, dan menatap Malvin dengan sangar.
"Adam, apa yang kau lakukan? kau lupa apa kata dokter pada tiga bulan yang lalu, berhenti menekan emosi Malvin, kau akan membuat mental dia memburuk!"marah Melda, yang berjalan dari arah ruang makan, menuju ruang tamu.
"Apa kalian semua tidak bisa hidup tanpa Najwa. Haah? kenapa harus wanita itu, apa kelebihan wanita itu, dia saja tidak peduli pada kalian, kenapa kalian peduli apa nya?" teriak Adam.
"Cukup Adam!" teriak Melda, yang menarik Malvin dalam pelukan nya.
"Kau sudah di buta 'kan oleh keegoisan mu, sehingga kau tidak bisa melihat kebaikan Najwa yang begitu tulus. Tidak ada seorang wanita yang mau merawat anak mu, kalau bukan dia juga mencintai mu, meskipun Kau selalu menyalahkan nya, tapi dia tetap bersabar dan memaafkan mu, tidak semua wanita mau menikah hanya untuk menjadi ibu asuh. Tapi, Najwa mau di nikahi oleh pria egois seperti mu hanya untuk mengasuh anak mu, apa yang sudah kau lakukan untuk membuat nya senang, selama dia tinggal disini, apa dia pernah meminta hak nya kepada mu? berapa uang mu yang sudah kau habis 'kan untuk menafkahi Najwa, sehingga kau sangat membenci nya, apa kau berpikir dia wanita yang gila harta?" Teriak Melda, Malvin masih berada dalam pelukan Melda, dan Adam terdiam, tidak bisa membantah ucapan Melda seperti biasa.
"Maaf Adam, Mama harus mengatakan ini, Mama bukan tidak tahu, yang berbuat curang selama ini adalah Humaira istri pertama mu, karena cinta mu kepada istri mu begitu besar, Mama memaafkan semua kesalahan nya, hingga dia melahirkan Malvin, Mama tidak dapat membenci nya atas kecurangan yang dia lakukan untuk Mama, selama ini" lanjutan Melda, dengan amarah yang masih menggebu-gebu.
Beberapa saat kemudian, suasana hening, dan yang mengejutkan tiba-tiba Malvin jatuh pingsan.
"Malvin, cucu Oma. Bangun sayang..." Melda menepuk pelan pipi mungil Malvin, tapi terlihat Malvin yang tidak bergerak, semakin membuat Melda panik.
"Malvin" panggil Adam.
"Adam, cepat bawa Malvin ke rumah sakit, Mama tidak mau sesuatu terjadi kepada nya. Jika sampai ini membuat malvin dalam bahaya, orang pertama yang akan Mama bunuh adalah kamu!" tegas Melda, menatap tajam ke arah anak nya.
Adam pun segera mengangkat tubuh Malvin, dan membawa nya ke rumah sakit.