Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 30
Panjaga kasir langsung menghitung uang yang di serahkan padanya. " Saya sudah menghitungnya. Uangnya pas, Nyonya. Terima kasih."
Petugas Paviliun mendekat dan menyerahkan binatang mistik Harimau Putih tingkat dua dan juga Bola Batu jiwa milik Harimau Putih yang sudah takluk itu agar dapat selalu terkontrol. Dan itu sudah satu paket.
Bola Batu Jiwa adalah Atribut formasi yang berisi formasi perangkap dan juga teknik pejinak atau pengendali binatang. Bola Batu Jiwa ini di pakai berulang kali. Dan satu bola batu jiwa bisa dipakai untuk satu binatang Mistik tidak bisa lebih. Karena teknik penjinak binatang pakai formasi maka membutuhkan tulang belulang dari hewan tingkat 5 ke atas walau hanya abunya saja.
Dan Ning Ling segera memberikan harimau putih itu kepada putri kesayangannya Ning Wie. Dan anak kecil itu langsung memeluk Harimau Putih itu erat. Bocah itu dapat merasakan betapa halus dan lembutnya bulu binatang mistik itu.
"Terima kasih Bu. Terima kasih! Kau memberikan hadiah yang Wie'er mau. Hadiahmu ini sangat berarti bagi Wie'er. Hehe... Aku punya binatang peliharaan sekarang..."
"Jangan lupa untuk merawatnya. Binatang Mistik itu akan tumbuh kembang bersama dengan kamu."
Ning Ling menasehati putri tunggalnya itu. Dia pun ikut senang melihat binar kebahagian bocah kecil itu. Dan hadiah itu memang pantas Ia miliki.
Melihat Putri tunggalnya memeluk Harimau Putih dengan erat, seketika itu juga Patriak Ning Bing tersenyum dan melangkah mendekati mereka berdua. Kemudian Ia pun berdiri di belakang bocah cantik itu.
Patriak Ning Bing tahu dari kecil Ning Wie sangat suka dengan binatang jenis kucing-kucingan. Ia tidak menyangka kalau putrinya kesangannya itu akhirnya ingin memiliki dan memelihara binatang mistik.
Dan pilihan Ning Wie jatuh pada binatang Mistik Harimau Putih. Syukurlah Paviliun Seribu Manfaat memilikinya dan beruntungnya lagi binatang mistik itu belum di beli oleh orang lain.
"Hmm.., pilihan yang bagus Wie'er! Cocok.. Nanti rawatlah dengan baik. Jangan malas- malasan! Kasihan kalau tuannya seenaknya saja "
Patriak Ning Bing menasehati putri tunggalnya itu. Dia pun ikut senang melihat binar kebahagian bocah kecil itu. Dan hadiah itu memang pantas Ia miliki.
"Aih.... Sudah pasti, Yah! Akan aku rawat sebaik mungkin dan sepenuh hati. Harapanku sich suatu saat hubunganku dengan Harimau Putih, tidak selalu tergantung sama Bola Batu Jiwa."
"Karena kau sudah memiliki harapan dan niat maka bertekadlah! Dan juga jangan lupa untuk selalu berusaha."
" Ohh... Ya! Tidakah Wie'er ingin memberinya nama. Apa harus di panggil terus dengan nama Harimau Putih?"
" Emm.. Nama ya? Aih... Enaknya di panggil apa ya?" Ning Wie berpikir keras. Tak lama kemudian Ia berseru. "Ohh.. Aku tahu Ning Man. Namanya Ning Man. Bagus tidak?" Tanya Ning wie memandang bergantian kepada ayah dan ibunya.
"Ning Man! Nama yang bagus. Ibu setuju sekali!"
"Bolehlah! Terserah kau saja. Sekarang ayo ke lantai dua. Ayah mau belikan kamu cincin ruang." Ujar Ning Bing menggiringnya ke area samping.
Sebelum ke lantai berikutnya mereka harus menitipkan dulu binatang peliharaan yang sudah di beli pada petugas paviliun di ruang khusus penitipan. Sebab lantai selanjutnya ada larangan tidak boleh ada binatang peliharaan yang di bawa masuk.
Walau dengan berat hati meninggalkan harimau putih Ning Wie terpaksa melakukannya. Selanjutnya Patriak memimpin rombongan kecilnya naik ke lantai 2.
Tidak lama kemudian kaki Ning Wie akhirnya menginjak lantai dua. Di lantai ini Ning Wie disuguhi aneka macam pernak- pernik alat penunjang kultivasi. Dan di tata rapi dalam rak yang berjejer.
Ada lima petugas yang melayani pelanggan di lantai ini. Rak pertama terdiri dari empat tingkat dan di isi oleh berbagai macam model, jenis dan ukuran dari cincin ruang.
Rak kedua terdiri dari empat tingkat dan di isi berbagai macam perkamen dan buku jurus maupun teknik tingkat bawa sampai sedang.
Rak ke tiga juga ada empat tingkat berisikan segala macam senjata atau pusaka diantaranya pedang, tombak, tongkat, golok, pisau, cambuk, trisula dan panah.
Di rak ke empat juga terdiri dari empat tingkat yang berisikan segala macam jenis dari produk hasil alat formasi. Dan di rak inilah pelanggaan yang paling banyak berkerumun.
" Pilihlah cincin ruang yang kau suka, Wie'er!" Perintah Ning Ling.
Ning Wie matanya langsung melihat satu persatu cincin yang ada di dalam rak etalase. Cukup lama bocah cilik itu mencari cincin yang sesuai dengan seleranya. Karena Ning Wie mencari cincin yang unik, lucu dan tentu saja cantik saat di kenakan.
"Aku mau cincin itu." Ning Wie menuju cincin yang ada di dalam etalase paling bawah. Sebuah cincin yang ada dalam kotak kecil kuno yang polos.
Petugas terkejut dan menyatukan kedua alisnya melihat cincin ruang yang di tunjuk dan di mau oleh bocah kecil yang ada dihadapannya itu. Meskipun begitu petugas itu tetap saja mengambilkan cincin yang di maksud Ning Wie.
"Adik cantik mau cincin ini. Emm... Apa tidak mau cincin yang lain? Coba lihat - lihat lagi!" Petugas menaruh cincin pilihan anak Patriak Klan Ning di atas meja etalase.
" Tidak! Aku mau cincin ini. Aku tidak tertarik sama yang lainnya. Memangnya kenapa dengan cincin ini?" Ning Wie bertanya kepada petugas paviliun lantai dua bagian rak pertama itu.
Dengan senyum yang ramah petugas menjawab. " Cincin ini cincin kuno. Dan cincin ruang ini sudah lama sekali ada di Paviliun Seribu Manfaat. Sejak Pavilion ini didirikan. Dan cincin ruang ini tidak pernah laku terjual hingga sampai saat ini. Karena cincin ruang ini memiliki cacat yang sangat jelas."
Petugas Paviliun dengan rendah hati dan sabar menunjukkaan dan menjelaskan kecacatan yang dia maksud itu kepada Ning Wie dan Ning Ling bahkan Ning Bing juga. Sebab petugas tidak mau apabila pelanggannya sampai kecewa dan akhirnya menyalakan Paviliun karena merasa di tipu.
Cincin itu cacat karena batu permatanya terdapat banyak retakan tebal yang bisa kapan saja hancur. Sedangkan batu permata sebagai media kapasitas untuk menyimpan.
"Aku tetap membelinya! Aku suka! Dan aku mau cincin ini!" Ning Wie tetap bersisih kukuh walau sudah di beri tahu petugas.
"Aku mau cincin ini karena aku merasakan reaksi dari Kristal Es Abadi yang ada di dantianku. Aku yakin ini bukan cincin biasa. Aku harus miliki." Ucap Chan Shio Yi dalam hati.
"Baiklah! Itu semua terserah adik cantik. Yang jelas pihak kami sudah mengatakan apa adanya. Karena barang ini sudah cacat dan sebenarnya tidak layak jual tapi ini juga satu satunya barang peninggalan dari pendiri paviliun. Jadi masih tetap kami pajang. Dan Adik cantik cukup bayar dua koin emas saja."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...