Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Windi
Jiwa bar-bar Windi muncul seketika melihat perempuan yang dengan percaya dirinya menobatkan dirinya sebagai orang yang spesial di hati Noval.
"Oh ya, apa kamu yakin Pak Noval melirikmu?"
"Tentu saja. Kinerja ku bagus, wajahku cantik dan menarik. Lihat saja nanti."
"Oh, ya sudah selamat berjuang."
"Ingat ya, kamu jangan coba dekat-dekat Pak Noval! Aku tahu orang baru sepertimu pasti mau cari muka." Ujar arisan mencekal tangan Windi.
"Terserah kamu saja."
Windi mengibaskan tangannya kemudian meninggalkan Rida begitu saja.
"Ya ampun pede sekali dia. Nggak nyangka ternyata di kantor ini ada penggemar berat Noval. Kalau Noval tahu pasti dia bakal tertawa." Batin Windi.
Sedangkan Rida mengepalkan tangannya. Ia ingin sekali menarik jilbab Windi, namun ia masih ingin menjaga image-nya
Windi kembali ke ruangannya. Ia tidak bisa menahan tawanya saat duduk di kursinya. Ia tidak dapat membayangkan jika seandainya Noval bakal tertarik kepada Rida. Dinda yang penasaran pun bertanya kepada Windi. Windi pun menceritakan kejadian di toilet kepada Dinda. Dinda malah ikut tertawa.
"Haha ada-ada, saja. Mungkin kalau aku tidak punya suami dan anak, Si Rida juga akan mengancamku agar aku tidak dekat-dekat dengan Pak Noval. Ya ampun nggak ingat umur dia. Secara kan, usianya jauh di atas Pak Noval." Ujar Dinda.
Windi dan Dinda melanjutkan pekerjaannya.
Sementara di rumah sakit, Kirana belum pulang. Ia masih menjaga Javier karena orang tua Javier pulang sebentar untuk beristirahat. Ibu Kirana juga pulang karena tidak mungkin berlama-lama di rumah sakit, karena kesehatannya juga terganggu. Sambil menjaga Javier, Kirana bertukar chat dengan seseorang seraya senyum-senyum sendiri.
"Sampai kapan aku akan menunggu orang tak berdaya sepertinya. Apa iya saat sadar nanti dia akan kembali normal. Bisa saja dia lumpuh otak kan"? Batin Kirana.
Karena capek duduk, Kirana beralih pindah ke Sofa. Ia membaringkan tubuhnya di sana.
Sudah jam pulang, Windi bersiap untuk pulang. Seperti biasa, ia akan shalat Ashar di musholla kantor terlebih dahulu. Setelah selesai shalat, ia dikagetkan dengan sosok Doni yang tengah menunggunya di depan pintu musholla.
"Astagfirullah, Pak Doni. Bikin kaget saja."
"Maaf, bukan maksudku membuatmu kaget. Windi, boleh aku bicara sesuatu?"
"Silahkan, Pak.Tapi maaf waktu saya tidak banyak."
"Windi, ada hubungan apa kamu dengan Pak Noval?"
"Hah, kenapa anda bertanya begitu? Tentu saja dia bos di perusaan ini dan saya anak buahnya."
"Tidak, selain itu?"
"Memangnya ada apa sebenarnya, Pak?"
"Windi, saya suka sama kamu."
"Ya Allah cobaan apa lagi ini?" Batin Windi.
"Maaf ya, Pak. Saya sudah punya tunangan. Jadi sebaiknya bapak buang jauh-jauh perasaan Bapak. Permisi, saya duluan Pak."
Windi segera pergi meninggalkan Doni. Karena di Musholla tidak ada orang lain selain mereka. Ia takut akan menjadi fitnah nantinya.
Fix sekarang. Doni mengira tunangan Windi adalah Noval. Padahal Windi hanya mengarang cerita.
"Ya Allah, astagfirullah.... kok jadi bohong lagi aku ya? puji hamba ya Allah." Lirihnya. Kemudian ia segera mengendarai motornya dan melaju pulang ke rumah.
Sampai di rumah, Windi langsung mencari keberadaan kembarannya. Ia masuk ke kamar Winda dan menceritakan kejadian di kantor kepada Winda. Winda hanya bisa tertawa mendengar cerita Windi.
...----------------...
Dua hari berlalu.
Namun Javier belum juga sadarkan diri dari komanya. Padahal semuanya sudah normal. Kemungkinan efek operasi pada tulang tengkoraknya yang membuatnya belum sadarkan diri. Tentu saja keluarganya sangan mencemaskan keadaannya. Adik Javier yang berada di Mesir selalu menelpon menanyakan kabar Kakaknya.
"Dokter, kalau besok anakku belum siuman, kami ingin membawanya ke rumah sakit di Singapura. " Ujar Babah.
"Baik, Pak. Apa pun keputusan keluarga pasien, akan kami penuhi. Yang penting kami sudah melakukan yang terbaik."
"Iya, dok."
Khanza meminta Babah dan Ummah untuk pulang ke rumah agar mereka beristirahat. Karena sudah dia hari mereka tidak pulang.
"Biar aku yang menjaganya. Kalian istirahat dulu."
"Bagaimana dengan anakmu?"
"Rani tidak real, Ummah. Dia ikut Omanya."
"Ya sudah, kami pulang dulu. Sambil ajak adikmu bicara untuk merangsang kesadarannya. Siapa tahu dia segera bangun."
"Iya, Ummah."
Khanza duduk di kursi samping brangkar Javier. Ia menatap sedih adik lelakinya.Pria yang selalu menunjukkan perhatiannya kepada Kakak dan keponakannya itu, kini terbaring lemah. Khanza menyentuh tangan adiknya. Ia mencoba mengajak Javier berbicara dengan bercerita tentang masa kecil mereka. Ia juga mengingatkan Javier saat dulu Waktu mereka masih duduk di bangku SMP, Javier pernah memukul anak laki-laki yang mengganggu Kakaknya itu. Dan ternyata laki-laki yang ia pukul sekarang menjadi Kakak iparnya. Kanzha dan Javier hanya selisih usia dua tahun. Hubungan mereka sangat akrab.
"Javier ayo bangun! Apa kamu tidak ingin menggendong Rani? Dia sangat merindukanmu. Anak itu sekarang sudah bisa bicara dengan lancar."
Tidak lama kemudian, Kirana datang lagi ke rumah sakit. Ia membawa makanan untuk yang menjaga Javier.
Tok tok tok
"Masuk.. "
"Kiran, sama siapa?"
"Iya Kak, sendirian. Bagaimana keadaannya?"
"Tetap saja begini. Kamu bawa apa itu?"
"Makanan, Kak."
Mereka makan bersama di dalam ruangan itu.
Kirana menemani Kanzha sampai malam hari. Setelah isyak, ia pamit pulang. Beruntung setelah kepergian Kirana, suaminya datang untuk menemaninya menjaga Javier.
"Sayang, kamu sudah makan?"
"Sudah tadi sore."
"Ayo makan lagi."
"Tidak-tidak, nanti aku gemuk."
"Ya ampun... makan sedikit tidak akan membuatmu gemuk. Jadi gemuk pun aku tetap akan mencintaimu."
"Ish, gombal! Javier kamu dengar Kakak iparmu ini sedang menggombal."
Kanzha sengaja memancing Javier. Namun tetap tidak ada reaksi. Kanzha menemani suaminya makan malam. Sesekali Kanda melirik ke arah brangkar. Ia berharap tangan atau kaki Javier bergerak. Namun hal tersebut tidak terjadi.
Sudah larut malam. Kanzha dan suaminya pun tidur di sofa.
Ruh Javier sedang di awang-awang. Ia berada di alam bawah sadar.
Sementara di kamar Windi. Lagi-lagi malam ini ia tidak dapat tidur. Windi mengecek handphone-nya. Ia tidak sengaja membuka chat dari Javier beberapa hati yang lalu. Ia mencari story Javier. Biasanya Javier akan memasang story paling tidak status setiap harinya. Windi heran selama tiga hari ini Javier tidak memasang story.
"Mungkin dia sibuk sampai tidak sempat bikin story. Atau bisa jadi nomerku diprivat. Atau jangan-jangan.... Eh ngapain juga aku mikirin dia. Ya Allah... Windi. Pikirannya jadi ke mana-mana deh."
Ia segera meletakkan kembali handphone-nya di atas nakas. Karena tak kunjung tidur juga, Windi memutuskan untuk berwudhu' dan shalat hajat.
Bersambung....
...****************...
Maaf telat up, super sibuk hari ini kak. Karena tidak ada kata libur bagi author 🙏