Novel Pertama
Hidup mandiri dalam kesendirian dan diacuhkan oleh keluarga karena berstatus anak haram, membuat Bella memilih menjalani takdirnya sendiri. Mengabaikan cibiran orang-orang, Bella berhasil mencapai puncak tertinggi.
Menghilang selama enam tahun lalu kembali menjadi sosok paling disegani dan dihormati. Lidah tajam dan mulut beracunnya membuat orang-orang hanya berani mencibir dari belakang.
"Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu. Berjuanglah keras dalam kesunyian dan biarkan kesuksesan kita menggema ke seluruh dunia."
~ Qiara Arabelle ~
__________
Pria tampan nan arogan serta kekayaan dan kekuasaan berada ditangannya, tidak sengaja dipertemukan oleh gadis berpenampilan sederhana namun berhasil membuat sosoknya yang tak tersentuh mengharapkan cinta dari gadis acuh namun tak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 | Salah Paham
Hari-hari berlalu, Bella merasa lega karena sudah mengatakan semua kebenaran pada Keluarga Ramona. Bella pikir Mommy dan Daddynya akan marah, tapi siapa sangka jika Clarissa akan menjadi sangat heboh dan melupakan reputasinya sebagai Nyonya Terhormat.
Hari ini Bella cukup kesepian karena Alex pergi ke Jerman selama beberapa hari kedepan untuk perjalanan bisnis. Sofia juga sudah magang di perusahaannya, jadi tidak bisa menemani Bella. Clarissa juga pergi berlibur dengan Alfred. Alhasil dia hanya merenung di depan meja kerjanya di kamar. Membuka malas setiap lembar dokumen.
‘I’m bored!’ Bella mengirim pesan ke grub chat dan langsung dibalas oleh penghuni grub.
‘Sejak kapan kau merasa bosan? Selama ini kau tidak pernah kehabisan tingkah.’ Kris.
‘Dimana kekasihmu itu?’ Jung.
‘Apa kau sibuk?’ Bella.
‘ ... ’ Jung.
‘Aku atau Jung?’ Kris.
‘KALIAN BERDUA. MEMANGNYA SIAPA LAGI!’ Bella mulai kesal dengan tingkah mereka.
Jung dan Kris meringis diujung sana. Padahal hanya pesan chat, tapi suara kesal Bella seakan menggema di telinga mereka.
‘Hei! Kami bukan Ken yang mengerti setiap bahasa mu itu! Lagipula gunakan kata KALIAN bukan KAU!' Kris.
‘🔪’ Bella.
‘I'm give up' Jung.
‘Ayo makan daging hari ini. Aku yang traktir, bagaimana?' Jung.
‘ ... ’ Bella. Pria ini tidak gila, kan?
‘KAU PIKIR KAU DIMANA, JERK!’ Kris tidak tahan untuk mengumpat.
‘Kau pikir Korea dengan New York itu DEKAT!’ Bella.
‘Aku disini. NEW YORK!! Kalian pikir aku bodoh mengajak kalian makan dengan jarak seperti itu.' Jung mengetik penuh tenaga. Memang dua orang ini terkadang sangat suka makan hati.
‘Sungguh! Kenapa tidak bilang?’ Bella.
‘Aku kan baru saja bilang ...' Jung.
'Whatever.' Kris.
Bella segera bersiap. Mereka bertiga akan pergi satu mobil menggunakan mobil Jung. Bella hanya memakai setelan biasa. Jins dan T-shirt yang dipadukan dengan mantel agar melindunginya dari udara dingin. Lagipula ini sudah sore menjelang malam.
“Paman Smith, jika Sofia pulang. Beritahu aku sedang keluar.”
“Baik, Nona.” Dia menunduk.
Bella meminta supir agar mengantarnya hingga ke depan gerbang. Tdak mungkin dia berjalan kaki dengan halaman yang bahkan lebih besar dari lapangan bola.
Jung sudah sampai sejak tadi setelah menjemput Kris di Apartmentnya. Mereka berangkat setelah Bella masuk dan duduk di jok belakang.
Jung memilih Hyuna Restaurant sebagai tempatnya dengan alasan agar mendapat diskon. Tapi bukan Bella namanya jika berbaik hati. Justru ini kesempatannya menaikkan harga. Mereka memesan banyak daging, bir serta soju. Namun, saat Bella hendak meminumnya. Tangannya langsung ditahan oleh Jung dan Kris bersamaan.
“Jangan coba-coba Bells! Pesan soda saja sana.” Kris memperingati. Belle cemberut, sejak dulu mereka selalu melarang Bella minum dengan alasan masih di bawah umur.
“Aku dua puluh satu tahun! Aku sudah dewasa!”
“Tetap saja tidak boleh!" Jung ikut bicara. Lalu meminta pelayan membawakan soda. Bella menekuk wajahnya kesal lalu memakan daging dengan kasar. Mereka mulai bersulang, masih dengan wajah dikekuk Bella hanya mengikuti.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam. Namun, mereka bertiga masih santai menikmati suasana. Bella memperhatikan Kris dan Jung yang sudah mabuk. Gadis itu mencibir saat mendengar Jung dan Kris berceloteh tentang siapa yang paling tampan.
Tidak ada yang tampan!
“Benarkan, Baby? Aku yang paling tampan, hehe ...” Jung menjatuhkan kepalanya ke bahu Bella. Bella memutar bola matanya malas lalu menyentakkan bahunya hingga kepala Jung terbentur meja. Jung meringis tapi sedetik kemudian dia kembali bergumam tidak jelas.
“Dasar narsis! Aku jauh lebih tampan daripada dirimu.” Kris membalas dengan tubuh yang hampir jatuh dari kursinya. Bella mulai kesal!
Sejak dulu, ketika dua orang ini mabuk! Pasti dialah orang yang akan mengurusnya. Bella curiga jika dia tidak diizinkan minum agar ada yang mengurus mereka nanti.
Dasar pria licik!
Tanpa Bella sadari, ada seseorang yang tidak jauh sedang memperhatikan mereka. “Lihat saja kau wanita jal*ng. Bersenang-senanglah karena hari ini adalah akhir dari kebahagiaanmu.” Gadis itu tersenyum licik lalu pergi dengan senyum kemenangan.
... --- o0o ---...
“Iya, sebentar!” Suara wanita paruh baya terdengar saat Bell terus berbunyi.
Ceklek
Matanya membola saat melihat siapa yang ada didepan pintu. Seorang gadis cantik tengah kesulitan memapah dua orang pria mabuk yang sudah tidak sadarkan diri.
“Halo, Bibi.” Bella menyapa lebih dulu wanita paruh baya yang sudah dia anggap seperti Ibunya sendiri.
“Bella?” Masih dalam mode terkejut rupanya. Bella hampir terjatuh saat wanita itu memeluk dirinya tiba-tiba.
“Oh Tuhan! Kau tidak pernah datang lagi. Kenapa!”
Jangan sekarang. Please ....
“Bibi Ruth, bisakah to ... tolong aku dulu.” Bella meringis saat kakinya hampir tidak kuat menompang dua pria tak tahu diri ini.
“Ah iya. Bawa mereka berdua ke kamar,” ucap Ruth meminta pelayan laki-laki. Bella akhirnya bernafas lega, lalu merebahkan dirinya di Sofa. Ruth tersenyum.
“Kau pasti lelah melayani dua pria tidak tahu malu itu. Mengaku dewasa tapi sikap seperti itu! Awas saja mereka besok!” Bella tersenyum dengan setengah terpejam, dia jadi mengantuk.
“Menginaplah. Kau pasti lelah, kan?” Mengelus kepala Bella yang hampir terlelap. Dia memang lelah, jadi hanya mengangguk lalu beranjak kekamar tamu dan mengunci pintu. Bella merebahkan tubuhnya.
Saat hampir terlelap....
Drttt ... Bella mengerang lalu meraih ponselnya dengan malas. Ayolah. Aku lelah!
“Kau dimana!” Suara geraman terdengar di seberang telepon.
“Kamar,” jawab Bella asal tanpa menyadari siapa yang berbicara.
“Kau yakin?” Suaranya berubah menjadi dingin. Bella mengerjit namun tidak peduli.
“Hm.” gumamnya setengah sadar. Mendengar tidak ada jawaban, Bella lantas melempar ponselnya asal lalu terlelap.
-
-
Brakk ....
Suara benda hancur menghantam dinding. Asisten Bean hanya menunduk saat melihat Bosnya tampak sangat emosi. Alex sangat marah karena Bella berbohong. Dia tahu Bella tidak ada dirumah. Lalu kenapa gadis itu mengatakan jika dia berada di kamar!
Awalnya dia mencoba berpikir positif saat seseorang mengirim foto Bella dengan seorang pria yang tengah menyandarkan kepalanya pada Bella, terlihat tampak mesra.
Jadi dia menghubungi Kepala pelayan Smith dan mendapati jika Bella belum kembali. Namun saat dia menghubungi Bella, wanita itu berkata jika dia ada di kamar!
“Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud ikut campur. Tapi ada baiknya jika hal ini diselesaikan dengan kepala dingin. Saya bisa melihat jika Nona Qiara bukan wanita seperti, Tuan. Maaf.”
“Aku tahu, tapi kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya! Aku pasti akan mendengarkan,” ucap Alex dengan rahang mengeras.
“Mungkin Nona punya alasanya, Tuan.” Alex menatap Bean tajam. Bean hanya menunduk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Jangan lupa klik tombol LIKE NYA SEBELUM KELUAR DARI CHAPTER ya😊...
...Gamsahabnida❤...