Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Timbal Balik
Galang berhasil mendapatkan informasi di mana Dara akan melakukan kompetisi. Pemuda itu bolos sekolah dan menyusul kekasihnya menggunakan motor yang ada di basecamp geng motornya.
Selain menjadi tempat perkumpulan, basecamp itu juga menjadi bengkel jadi ada beberapa motor yang di sana.
Galang bisa memakainya sementara, dia menggunakan kecepatan penuh untuk mengejar Dara.
Kali ini Dara tidak sendirian tapi ada beberapa perwakilan dari Bright High School.
"Kita akan sekamar?" tanya Dara pada teman-teman yang bersamanya.
Bukannya Dara tidak mau sekamar dengan mereka tapi di dalam tasnya ada susu dan vitamin hamil yang dia bawa, gadis itu takut ketahuan.
Apalagi Dara masih mengalami keram di perutnya.
Sebenarnya, pagi ini muncul flek yang membuat Dara takut.
"Aku akan memesan kamar sendiri saja," gumam Dara. Dia akan mengeluarkan uang tabungannya.
Hanya untuk semalam dan Dara memilih kamar dengan kelas rendah padahal dari pihak sekolah sudah memesankan kamar kelas atas.
Tapi, mau bagaimana lagi. Dara tidak mau ketahuan apalagi dengan keadaannya yang tidak baik-baik saja.
"Eugh!" Dara semakin kesakitan dan tidak berkonsentrasi belajar.
Gadis itu ingin membaringkan diri di atas ranjang tapi Dara merasa ada sesuatu yang keluar dan merembes di kedua pahanya.
"Tidak!" Dara panik karena melihat darah yang mengalir di kedua pahanya itu. Kini darah sudah turun ke kaki dan lantai kamar hotel yang dia tempati.
Bersamaan dengan itu, ponsel Dara berdering karena mendapat panggilan dari Galang.
Biasanya Dara tidak akan menerima panggilan dari pemuda itu tapi malam ini dengan badan bergetar, Dara berusaha mengambil ponselnya dan menggeser tombol hijau.
"Dara?" panggil Galang.
Akhirnya kekasihnya itu mau menerima panggilan darinya.
"Gal, tolong..." Dara meminta bantuan.
"Apa yang terjadi? Aku sekarang menyusulmu di depan hotel," balas Galang. Firasatnya ternyata benar, Dara sedang tidak baik-baik saja.
"Aku di kamar lantai bawah no. 301..." Dara menjawab dan berusaha sadar karena kepalanya sudah pusing.
Galang buru-buru masuk hotel dan mencari kamar Dara berada, dia mengetuk pintu kamar itu dan beruntung Dara masih sadar.
"Gal..." Dara membuka pintu lalu jatuh ke pelukan pemuda itu.
Galang merasa terkejut melihat kondisi Dara, dia dengan cepat menutup pintu lalu membawa Dara ke kamar mandi. Dia harus membersihkan darah yang berceceran di lantai.
"Tahan dulu, sayang," ucap Galang gemetaran.
Walaupun takut, Galang berusaha membereskan darah yang berceceran lalu dia mencoba mengganti baju Dara supaya saat keluar kamar nanti tidak ada yang curiga.
"Kau bisa menahan sebentar lagi, bukan?" tanya Gelang ketika selesai.
Dara menganggukkan kepala menahan sakit, dia pasrah dan akan mengikuti rencana Galang.
Pelan-pelan Galang membantu Dara untuk keluar dari kamar, mereka menuju lobi kemudian Galang memesan taksi.
"Tolong ke alamat ini," ucap Galang seraya menunjukkan alamat di ponselnya pada supir.
Tidak mungkin Dara dibawa ke rumah sakit jadi Galang akan membawa ke dokter praktek kandungan yang kebetulan dokter itu adalah mantan pacar papanya.
Semoga saja dokter Lala masih buka praktek dan beruntungnya memang dokter kandungan itu baru saja selesai memeriksa pasien terakhir malam itu.
"Dok, ada yang mencari katanya Galang ingin bertemu," ucap asisten dokter Lala.
Dokter Lala merasa terkejut, dia sangat tahu siapa Galang karena mereka sempat bertemu beberapa kali.
Ya, Galang pernah memergoki papanya masih bertemu dengan mantan pacarnya.
Jadi, anggap ini sebagai timbal balik karena Galang selama ini menjaga rahasia.