Ervan Abraham merupakan seorang pemuda tampan dan kaya raya. sekaligus pemimpin tertinggi The Jokers Warrior, sebuah geng yang ia dirikan sejak lama. beranggotakan puluhan pemuda yang selalu setia mengikutinya.
Bukan hanya itu saja, sedangkan kedudukan kedua orang tuanya menempati posisi pertama sebagai orang terkaya no 1 di tempat tinggalnya.
Pada suatu hari tanpa disengaja.. Ervan dipertemukan dengan seorang gadis cantik penjual kue keliling. namun siapa sangka? sejak pertemuan tanpa disengaja itu lah Ervan memliki rasa suka terhadap gadis itu, dari rasa turun ke hati, puing-puing cinta seolah tumbuh secara perlahan tertanam di hatinya. bertemu tanpa disengaja mencintai secara tiba-tiba.
Akan tetapi siapa sangka? gadis itu justru memiliki perasaan yang sama, ia juga menyukai Ervan dalam diam. akan kah cinta mereka dapat bersatu?? bagaimana kah kisah selanjutnya? cuss langsung simak sampai akhir 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artandapermana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Kenyataan Kelam
"Riko! Bawa mereka balik ke markas."
Sebelum pergi mengantarkan gadis itu pulang, Ervan menyuruh Riko untuk kembali ke markasnya bersama para anggota The Jokers Warrior.
"Wokey." Riko mengacungkan jempolnya cepat.
"Cabut geng!" kata Riko sambil menaiki motornya.
Disusul dengan anggota yang lain yang juga menaiki motornya masing-masing. Ervan dan anggotanya berpisah di tempat itu pada saat itu juga dengan arah yang berbeda.
Saat ini Ervan berada di tengah perjalanan, di sepanjang perjalanan keduanya nampak hanya diam tanpa terlibat pengobrolan apapun, karna sama-sama canggung enggan berbicara.
"Ini kemana nih? masih jauh gak dari rumahmu," pada akhinya Ervan mulai membuka pembicaraan mencairkan suasana.
"Lurus aja terus, ini masih agak jauh dari rumahku, nanti kalau disana ada pertigaan belok kek kiri." kata gadis itu menanggapinya.
"Oke deh." Ervan mengangguk cepat.
Beebrapa saat kemudian, sampai lah mereka di pertigaan jalan, Evan menuruti arahan yang di tentukan oleh gadis itu tadi.
"Ini beneran nih, emang gini ya jalannya?" Ervan kembali bertanya setelah melewati cukup jauh di lihatnya jalanan itu terasa asing baginya. disekitar mereka dikelilingi persawahan yang menghijau hingga terasa nyaman mata memandang.
"Iya kenapa emangnya?" ucap gadis itu membalikkan pertanyaan.
"Gapapa sih, enak disini suasananya terkesan tentram dan nyaman," ungkap Ervan terkagum. karna baru pertama kali ini dia melihat keindahan suasana di desa.
"Iya memang, kalau di desa suasananya nyaman banget, lebih lagi kalau di pegunungan, jauh lebih nyaman." ucap gadis itu lagi.
"Emang sebelumnya kamu gak pernah ngeliat suasana di perdesaan ya?" tanyanya mulai tertarik tuk mengobrol lebih lama dengan Ervan.
"Gapernah. baru pertama ini gua, jalangkan sawah, hutan aja gak ada di daerah rumah gua, gua tinggal di kota, jadi sulit kalau ingin mencari pemandangan alam." ungkap Ervan.
"Oh, pantesan aja." gadis itu mengangut faham sekarang.
"Oh iya, nanti di depan sana belok kiri lagi ya, rumahku disitu," ucap gadis itu memberitau Ervan sebelum mereka kelewatan jauh karna terlalu asyik mengobrol.
"Wokey!" sahut Ervan cepat.
"Ngomong-ngomong kamu gak takut nih kalau malam-malam keluar sendiri?" tanya Ervan, di dlihat sekelilingnya rumah rumah penduduk disana berjarak cukup jauh dari rumah yang lain, tak seperti permukiman pada biasanya yang padat perumahan.
"Ya nggak lah ngapain takut orang udah tempatnya." ucap gadis itu.
Tak seperti sebelumnya yang sempat canggung karna sama-sama malu, namun sekarang mereka sering terlibat pembicaraan.
"Nggak gitunya. lu gak takut ketemu sama hantu gitu? biasanya tempat sepi seperti ini sering ada hantunya, kalau begal atau maling kayaknya agak aman lah disini, disini lumayan banyak rumah warga meskipun gak terlalu padat," ucap Ervan.
"Aman kok disini, apa lagi hantu, aku sering keluar kalau malam gak ada tuh, gak pernah ketemu sama hantu, cuman sih gak terlalu malam banget." ucap gadis itu.
"Hmm.. gitu ya." seketika itu Ervan terdiam, tanpa bertanya apa-apa lagi.
Tak lama kemudian. kini sampai lah mereka dirumah gadis itu. Ervan berhenti di halaman depan rumah gadis itu.
"Hmm.. jadi ini rumahnya." guman Ervan melihat rumah gadis itu yang terlihat sederhana.
"Masuk dulu yuk kedalam." ucap gadis itu turun dari motor.
"Emm.. nggak deh makasih, gue langsung pulang aja." Ervan menolak.
"Loh kenapa? gak mau mampir dulu?" tanyanya.
"Nggak deh. gue masih ada urusan soalnya." ucap Ervan.
"Oh gitu.. yaudah deh, makasih ya udah mau nganterin aku pulang." ucap gadis itu berterimakasih.
"Iya, sama-sama." ucap Ervan sambil tersenyum.
"Yaudah gue pulang dulu." Ervan kembali menghidupkan motornya.
"Iya, hati-hati dijalan ya," ucap gadis itu.
Kemudian Ervan kembali mengendari motornya tuk menuju ke markasnya.
"Selain ganteng, baik juga teryata tuh cowok." ucap gadis itu pelan sembari memperhatikan Ervan yang semakin lama semakin tak terlihat.
Ia mengagumi sosok Ervan yang bertolak belaka dengan kedudukannya, tak seperti anak geng motor pada umumnya yang terkenal brandalan dan suka membuat onar meresahkan orang lain. tetapi Ervan jauh dari karakter seperti itu. Ervan lebih bercenderung kalem, bersifat dingin dan baik hati suka menolong sesama, hingga tak terlihat statusnya sebagai ketua geng motor, tak banyak sebagian dari orang lain yang menganggapnya anak biasa saja. padahal sebenarnya ia merupakan ketua geng motor.
Gadis itu beranjak masuk kedalam rumahnya yang kebetulan pintu tak tertutup.
"Asalamualaikum bu." ucap gadis itu pada ibunya yang nampak sedang menyapu.
"Waalaikumsalam. tumben pulang cepat nduk, cowok tadi itu kemana? kok gak sekilan diajak masuk juga." ujar bu Lusi ibu dari gadis itu secara tiba tiba.
Tanpa ia sadari teryata sedari tadi sang ibu memperhatikan nya dari balik jendela, dimana putrinya pulang bersama laki-laki. tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan nya.
"Cowok? respon gadis itu terkejut," menurutnya dari mana ibunya tau jika ia bersama Ervan tadinya.
"Iya. ibu tadi ngeliat kamu sama cowok di depan, pasti dia pacar kamu ya? kok gak di ajak masuk sekalian," ucap bu Lusi mengira seorang laki-laki yang bersama putrinya barusan merupakan pacarnya.
"Ih apa'an sih bu, bukan bu, dia bukan pacar aku, orang aku aja gak kenal sama dia." ucap gadis itu membenarkan fakta agar ibunya tak salah paham.
"Loh, kok bisa kalian gak saling kenal, trus dia siapa?" bu Lusi merasa heran kala mendengar penuturan putrinya itu.
"Novi! ini kenapa nak kok kuenya bisa hancur kayak gini? apa yang terjadi." tak sempat mendengar penuturan dari putrinya lagi, ia di kejutkan saat mendekati putrinya melihat kue bawaan putrinya itu hancur berantakan.
Dan ternyata nama dari gadis itu adalah Novi. terdengar bagus dan sempurna tetapi tidak dengan kenyataan hidupnya. dari kecil ia sudah di tinggal oleh ayahnya, bahkan hingga ia mulai tumbuh dewasa ia tidak pernah tau sosok sang ayah. sewaktu Novi menginjak umur 1 tahun kedua orang tuanya bercerai, sejak saat itu juga bu Lusi lebih memilih membawa putrinya tuk tinggal bersamanya. sedangkan saat ini Novi sudah berumur 19 tahun setara seumuran anak SMA jika bersekolah, namun sayangnya Novi putus sekolah pada saat dirinya lulus SMP.
Hal itu bukan tanpa sebab, melainkan ia terpaksa memutuskan tidak melanjutkan sekolah, karna tak ingin membuat sang ibu menderita hanya karna keinginan nya. jelas hal itu membutuhkan biaya yang cukup besar nantinya jika melanjutkan SMA. ditambah lagi ekonomi mereka yang hidup serba pas pasan.
Makadar itu Novi lebih memilih putus sekolah dan membantu ibunya dari pada membuat sang ibu menderita. setiap hari Novi selalu menggantikan peran ibunya sebagai penjual kue keliling.karna hanya itu lah yang bisa ia lakukan tuk membantu ibunya.