Pelangi adalah gadis kecil yang sangat cantik, wajahnya sempurna dengan gurat timur tengah bercampur India, setidaknya itu yang biasa dikatakan para warga didesanya meski sebenarnya iapun tak tahu pasti mengenai asal usul hingga dirinya memiliki wajah seperti itu, Saat bayi ia ditinggalkan begitu saja didepan pintu sebuah panti asuhan, hujan yang reda seakan menyambut kedatangannya, itulah kenapa ia diberi nama Pelangi.
Ia adalah penghuni panti yang paling lama, ia tinggal selama 16 tahun, meski banyak yang ingin mengadopsinya saat kecil namun semua mengurungkan niatnya tatkala mengetahui jika gadis itu mengalami gangguan Jantung serius sejak lahir.
Dan karena sebuah kesalahpahaman, seorang pemuda kaya dengan julukan casanova berusia 24 tahun, memgambil secara paksa mahkota lambang kesucian gadis malang 16 tahun tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Saat hendak mendekati Pelangi, ponsel di saku celana bahan Daffin berdering, itu panggilan dari lucy salah satu sekertarisnya yang memyampaikan kabar jika Melvin merubah pasangan pestanya nanti malam yaitu Cleopatra.
Daffin terlihat geram dan memutar kembali tubuhnya, niatnya untuk menemui Pelangi urung ia lakukan padahal ia merasa ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk sekedar melihat atau hanya mendengar suara gadis itu.
"Apa yang kau lakukan di ruanganku Cleo?"
Melvin dan Cleo yang sudah berdandan paripurna menoleh bersamaan, seperti biasa sebelum menghadiri pesta melvin mem brefing Cleo terlebih dahulu jika ia harus melepaskan rangkulan tangannya dari Daffin setelah lima detik dan hanya datang pada saat Daffin sedang membutuhkan kehadirannya saja.
"Dia yang akan menjadi pasanganmu malam ini Daff!" ucap Melvin.
"Beraninya kau!" rahang Daffin terlihat mengeras.
"Kau lupa siapa yang mengadakan pesta? Naila paris! dia pernah membencimu karena seorang Casanova tapi kau membuktikan dengan selalu membawa Cleo selama beberapa tahun ini, ingat Daffin karaktermu menentukan nasib hotel kedepannya, apa jadinya jika kau mengganti Cleo dengan Pelangi" Alasan melvin terdengar masuk akal, meski tujuan utamanya ia memang tak ingin melihat Daffin membawa Pelangi kepesta seperti itu, ia yakin Pelangi akan sangat canggung berada dalam lingkaran para kalangan elite.
Cleo menelan saliva dengan sangat kasar, bahkan sempat tertahan ditenggorokan seakan membatu disana. Pelangi? Ia tentu tahu itu adalah nama seorang gadis.
Menggantikan dirinya? Cleo tersenyum miring sambil memgepalkan tangan kuat, Tidak! Daffin hanya miliknya seorang, hanya ia yang pantas mendanpingi seorang Daffin Jaxton, apalagi restu Paula sudah ia kantongi.
"Sial" Daffin berbalik dan menendang udara, ia bukan marah kepada Melvin karena ia sudah melakukan tugasnya dengan baik. Ia kesal dengan dirinya sendiri yang bahkan tak bisa menunjukka istri yang bisa ia genggam tangannya sesuka hati dihadapan semua orang.
"Aku akan mencari gadis itu lagi, kau akan segera sembuh aku yakin itu" Kali ini Melvin yakin akan berhasil, ia berbisik didekat telinga Daffin agar Cleo tidak mendengarnya.
"Dan ketika aku berhasil menemukannya aku harap kau melepas Pelangi, Gadis malang itu tidak akan sanggup berdiri lama disampingmu" Ujar Melvin dengan nada penuh pengharapan.
"Apa maksudmu vin?" Daffin memgernyitkan dahinya, ia menangkap ada sesuatu yang diketahui Melvin mengenai Pelangi namun tidak ia ketahui.
Melvin tak menjawab, ia berlalu seraya menepuk pundak sepupunya itu. Meninggalkan Daffin berdua saja dengan Cleo.
.
.
.
Pesta berjalan dengan lancar, lagi lagi Naila Paris sangat puas dengan pesta yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Jaxton itu, ia hanya sekejap menyapa Daffin karena harus menyapa tamu lainnya.
Daffin duduk disebuah sofa dipojok ruangan sambil meneguk winenya perlahan yang ia tak tahu jika Cleo sudah menaruh sesuatu didalamnya.
terlalu banyak wanita di ruangan luas itu sehingga membuatnya tidak nyaman untuk bergerak bebas,
.
.
Melvin melajukan mobilnya menuju ke provinsi lain tepatnya di kelurahan x, ia berkendara dengan kecepatan sedang sehingga bisa sambil mengecek layar ponselnya yang ia abaikan seharian ini.
Beberapa panggilan dari Pelangi membuatnya menautkan kedua alis hingga memutuskan untuk menepikan mobil dan melakukan panggilan balasan.
Tut....
Tut....
"Halo kak" Sapa Pelangi diseberang sana, suaranya terdengar parau seperti baru bangun tidur, Melvin melirik pergelangan tangan kirinya dimana terpatri jam yang baru menunjukkan pukul 9 malam.
"Maaf mengganggumu Pelangi, kau menelpon ku tadi? "
"Iya kak, apa Tuan Daffin Jaxton akan tinggal disini?" tanya Pelangi to the point, ia tak ingin berbasa basi.
"Huh" Melvin menghela nafas panjang seraya menyugar rambutnya yang malam ini terlihat sangat berantakan, ia menangkap nada khawatir dari nada bicara gadis kecil yang selalu mengusik relung hatinya itu.
"Jangan khawatir Pelangi, jika Pria itu tinggal disana maka kau akan tinggal di Apartemenku, aku akan memastikan kau aman bersamaku"
"Tapi...." Pelangi yang kini setengah berbaring sambil menyenderkan punggungnya dikepala ranjang hanya bisa memijit pelipisnya kuat. Apakah ia sebaiknya pergi saja? Toh uang 250 juta itu sudah lebih dari cukup untuk menemukam sebuah kontrakan layak, ia tak pernah mau tinggal seatap dengan pria manapun.
"Tunggu aku pulang, aku akan menyelesaikan segalanya, malam ini aku dalam perjalanan ke kelurahan x "
Deg....
Jantung Pelangi seakan berhenti berdetak mendengar nama kelurahan itu disebut, itu adalah kelurahan yang berbatasan langsung dengan desanya, sebuah tempat yang pernah menjadi saksi bisu bagaimana Daffin mengoyak tubuhnya layaknya binatang buas.
"Me..nga..pa kau kesa...na kak?" Tanya Pelangi dengan suara terbata dan bergetar.
" Aku ingin mencari seseorang yang sudah lama ingin kutemui"
"si..apa?" entah mengapa firasat Pelangi mengatakan kepergian Melvin berhubungan dengannya.
"Seorang gadis malang"
Air mata Pelangi jatuh, meski belum jelas siapa yang dimaksud Melvin namun Pelangi merasa kata gadis malang itu seakan disematkan padanya.
Sudah lama ingin ia temui?
Mungkinkah selama ini Daffin dan Melvin mencari dirinya?
Untuk apa?
Kompensasi?
Pelangi tersenyum getir sambil meremat kuat dada sebelah kirinya, rasanya seakan di tekan dengan sebuah batu besar dari dalam, sakit dan sesak.
"Pelangi kau baik baik saja?" sayup sayup Melvin menajamkan rungunya, ia bisa mendengar isakan tangis lirih di seberang sana.
"Maaf kak aku ingin tidur"
Tut....
Panggilan diakhiri sepihak oleh pelangi, meninggalkan Melvin yang masih menatap layar ponselnya yang menyala.
Ia pun kembali melajukan kendaraan meski dengan pikiran yang berkecamuk, ia merasa kondisi Pelangi tidak sedang baik baik saja, namun putar balik rasanya tidak mungkin. Ia sudah berkendara lebih dari 2 jam yang artinya satu jam lagi ia sudah tiba di tempat tujuan.
Mobil Melvin akhirnya tiba di depan sebuah pintu gerbang yang menjulang tinggi, ia hanya menekan klakson sebanyak dua kali untuk membuat mbok yum keluar dan membuka gerbang.
Wanita diatas paruh baya itu tersenyum lebar saat melihat sosok pria yang tersenyum dingin di dalam mobil, Melvin sengaja menyalakan penerangan didalam mobil agar Mbok Yum bisa mengenali wajahnya.
"Sudah lama tuan muda tidak kesini" Ujar Mbok Yum sambil menghitung jemarinya, "Dua tahun, iya sudah dua tahun mbok Yum tidak melihat Tuan muda Daffin dan Melvin, Mbok juga turut berduka atas meninggalnya tuan besar Alexander" lanjutnya lagi dengan wajah sendu. dulu hampir setiap minggu Daffin dan Melvin pergi ke villa ini untuk mencari tahu keberadaan pelangi.
"Siapkan kamarku mbok" Titah Melvin tanpa menghiraukan ucapan Mbok Yum, ia memang typikal pria dingin yang jarang bicara, namun jika berhadapan dengan pelangi rasanya ia menanggalkan julukannya itu.
"Baik Tuan Muda" jawab Mbok Yum yang segera berjalan menuju lantai dua mendahului langkah Melvin.
smoga sehat slaku dn terus success thor
wlau melvin smbunyikan
lari sja rainbow jauh2