Jangan Cintai Aku, Tuan Casanova
Semilir angin didaerah puncak memang terasa begitu menggigit tulang, Pelangi merapatkan cardigan rajut yang sejak tadi ia kenakan membalut tubuhnya yang tidak terlalu semampai.
menyisir setiap bagian halaman panti asuhan dengan sebuah sapu lidi ditangannya. Pohon mangga dan jambu yang terdapat disekitar halaman panti seakan tidak tahu malu menjatuhkan dedaunan keringnya kepada gadis malang dengan Gangguan jantung bawaan itu, padahal setelah tahun lalu ia menjalani proses peegantian katup jantung untuk yang kedua kalinya dokter berpesan agar pelangi jangan terlalu melakukan pekerjaan yang menguras tenaga.
"Ah....Bunda aku merindukanmu" teriak Pelangi cukup nyaring, lalu menjatuhkan tubuhnya diatas hamparan rumput hijau yang tumbuh disekitar halaman panti yang nampak sangat sepi.
Ia berbaring sambil menatap langit yang terlihat sangat murung, karena mungkin sebentar lagi akan hujan.
Panti Asuhan itu adalah yayasan pribadi milik seorang wanita tua bernama Siti nur yang dipanggil bunda oleh para anak anak panti.
Setahun lalu siti Nur yang mengelola panti ini seorang diri menghembuskan nafas terakhir disebuah rumah sakit karena usia yang memang mengharuskannya beristirahat. Bunda Siti meninggalkan Pelangi dan 8 orang anak panti lainnya yang masih kecil kecil, bahkan ada yang baru berumur bulanan. 8 anak yang sudah dianggap adik oleh pelangi itu diserahkan ke panti asuhan besar yang terletak di tengah kota.
Tapi tidak dengan Pelangi, paman Satria yang merupakan putra semata wayang Bunda Siti tidak mengijinkan Pelangi untuk ikut pindah ke panti asuhan tersebut, Pria 40 tahun yang sudah memiliki istri dan dua orang anak itu tidak tega jika Pelangi harus beradaptasi dengan lingkungan baru, ia tahu betul kondisi kesehatan pelangi yang sering drop.
ia tak mau gadis 16 tahun yang ikut ia besarkan layaknya seorang anak dan adik itu menerima perlakuan buruk dari orang baru yang tidak paham dengan kondisi Pelangi.
Maka sejak setahun lalu oleh paman Satria, Pelangi dibiarkan tinggal seorang diri menjaga panti Asuhan tua ini, sebenarnya Satria sudah mengajak Pelangi tinggal bersama keluarganya di ibu kota dan menjadi kakak yang baik bagi anak anaknya. Namun gadis itu cukup tau diri dengan tatapan tajam Soraya istri satria yang sama sekali tidak menyetujui ide suaminya yang dianggap konyol itu. Maka dari itu Pelangi menawarkan diri untuk merawat bangunan tua ini, tentu dengan tunjangan yang cukup banyak setiap bulannya yang dikirimkan Satria, pria itu sadar gangguan Jantung yang diderita Pelangi membuatnya membutuhkan uang untuk perawatan rutinnya di rumah sakit kota.
Tanpa sepengetahuan istrinya, Satria menyokong biaya hidup dan biaya pengobatan Pelangi sebanyak 5 juta rupiah perbulannya. Jumlah tersebut tidaklah seberapa bagi Satria yang memiliki puluhan toko textil di Ibu Kota.
Meski setahun lalu tepatnya saat Bunda siti meninggal Dunia, kondisi tubuh Pelangi tiba tiba drop sehingga ia harus kembali melakukan operasi pergantian katup jantung mekanik yang kedua kalinya di Ibu Kota dan Satria menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk operasi tersebut, sejak saat itulah Soraya mulai merubah sikapnya kepada Pelangi yang dianggapnya sebagai benalu yang menumpang hidup pada keluarganya.
.
.
.
Cukup lama Pelangi terlelap diatas rumput hingga rungunya menangkap sebuah suara deru mobil yang masuk kehalaman depan, Pelangi bangkit dan membersihkan tubuhnya dari reumputan kering yang melekat pada pakaiannya, Pelangi berlari menuju halaman depan dan seperti dugaannya ia mendapati mobil C-rv milik Satria sudah terparkir disana, namun bukan hanya itu disana juga terdapat mobil mewah lainnya yang menyusul kemudian.
Pelangi tidak langsung menyapa ia hanya berdiam diri disamping bangunan sambil meremat kedua jarinya seraya menunggu orang orang tersebut turun dari mobil.
Pada mobil C-rv Satria terlebih dahulu turun disusul Soraya yang duduk di samping kemudi, Pelangi menunggu dua anak kembar mereka turun namun nihil, sikembar yang sangat ia rindukan sepertinya tidak ikut.
Pelangi memicingkan matanya tatkala melihat dua orang pria berjas hitam yang turun dari mobil mewah yang satunya. Jika saja tidak ada Soraya mungkin pelangi akan menghambur kedalam pelukan Paman Satria, tapi gadis kecil itu tidak berani melakukannya jika Soraya ada. Padahal Hubungan Pelangi sangat baik dengan Satria sebelum ia menikah, usia Satria 24 tahun saat Pelangi pertama kali datang kepanti Asuhan, ia orang yang paling sering mengganti popok pelangi dan memandikannya karena Bunda Siti cukup sibuk mengurusi anak anak yang lainnya.
Akhirnya Pelangi menyambut mereka dengan sebuah senyuman, ia mencium punggung tangan Soraya terlebih dahulu meski wanita 37 tahun itu seperti terlihat jijik, ia langsung mengelap tangannya dengan sebuah tissue begitu Pelangi berpindah untuk menyalim tangan Satria, Setelah selesai pria yang sudah mulai nampak guratan penuaan diwajahnya itu segera menarik Pelangi kedalam dekapannya dan mencium pucuk kepala Pelangi.
"Kau baik baik saja nak?" tanya Satria lembut, ia sudah melepas pelukannya.
"Iya paman, pelangi baik baik saja, Paman tidak mengajak si kembar?"
"Tidak nak, si kembar sedang sekolah, kamu bagaimana sekolahmu?"
"Minggu lalu pelangi pingsan jadi guruku bilang pelangi boleh datang selang seling kesekolah biar tidak terlalu capek katanya" jelas pelangi, ia sebenarnya merasa tidak enak karena perlakukan khusus dari sekolah yang mengetahui kondisinya. Tapi tak ada cara lain jika ingin hidup lebih lama Ia memang tak boleh beraktivitas berlebihan, meski pada akhirnya pelangi harus puas dengan nilai raport yang lebih banyak angka merahnya. Tapi Asalkan naik kelas aja pelangi sudah bersyukur.
"Wah enak dong, sehari sekolah sehari libur, jadi hari ini jadwal liburnya?"
"Iya paman"
"MAS!!!" sentak Soraya tiba tiba, ia terlihat tidak terima Satria langsung menghabiskan waktu bersama Pelangi begitu tiba, ia memberi kode dengan lirikan matanya agar Satria segera mengurus dua orang pria yang akan membeli bangunan dan tanah panti asuhan ini.
"Pelangi bikin teh panas ya, paman kesana dulu" ujar Satria sambil mengusap lengan Pelangi, pria itu lalu mengajak dua orang dengan setelan jas hitam untuk berkeliling melihat kondisi panti Asuhan.
Cukup lama ke empat orang itu berdiskusi mengenai harga dan Soraya yang terlihat paling antusias diantara semuanya, dan setelah mereka menikmati teh panas serta pisang goreng yang dibuat Pelangi dua orang pria berjas itu akhirnya pulang diantara oleh Soraya yang terus mengembangkan senyumannya hingga gerbang.
Sementara Satria membawa Pelangi kedalam kamar, ia ingin menjelaskan semuanya pada gadis 16 tahun itu.
Pelangi dan Satria duduk ditepin ranjang besi yang dulu digunakan Bunda Siti semasa hidupnya, dan sejak meninggal Pelangilah yang tidur disini.
"Pelangi, Usaha paman lagi ada masalah nak, jadi paman butuh tambahan dana"
"Oooh,, Paman mau menjual Panti ini?" tebak Pelangi seraya tersenyum, gadis itu bisa menebak dengan mudah maksud Satria dengan orang orang berjas tadi, meski ia tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Benar Nak, Kamu mau ya ikut sama paman tinggal di Jakarta" Satria mengusap pucuk kepala Pelangi berusaha membujuk gadis kecil itu.
"Iya kamu tinggal sama kita dijakarta nanti kamu bisa jagain sikembar" Ucap Soraya Ketus yang tiba tiba saja sudah muncul dan bersandar pada Kusen pintu.
Ide Pelangi ikut tinggal di Jakarta adalah jalan terbaik yang diusulkan Satria meski istrinya itu menolak, namun Satria mengancam jika Soraya tidak bisa menerima Pelangi maka Panti dan tanahnya tidak akan pernah ia jual, meski sangat membutuhkan uang sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Erni Fitriana
thorrr senja-aby done...garina byan done..start pelangiiiiiiiii
2024-08-24
1
Anonymous
keren
2024-08-20
0
Erni Fitriana
setelah senja-aby...cuz ke pelangiii
2024-08-19
0