Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Menginginkanmu
BAB 33
Ditengah rintik hujan dua wanita pada tempat berbeda menatap setiap bulir air yang terjatuh. Megan keluar dari apartemen Dylan tanpa membawa uang sepeser pun mungkin hanya ada beberapa lembar Euro dalam sling bag-nya, semua kartu debit dan kredit tak ia pegang satu pun. Berlian yang selalu dibanggakan pun hanya sisa kenangan saja bahwa model ini pernah memilikinya, semua tas dan barang branded yang dibeli dengan uang Dylan harus Megan lepas.
“Awas kau Dylan, lihat saja sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Muda Torres, yang kekayaan dan kekuasaannya melebihi dirimu, hah”, geram Megan dalam suara hujan.
Perempuan seksi ini, hanya menangis sendirian di halte bus, bukan karena sedih tapi tangis dendam yang keluar dari tajamnya tatapan kebencian Megan pada Dylan. Ia menghubungi Leon beberapa kali, namun sayang hanya operator yang menjawab. “Ah sial , dimana Leon sekarang? Huh, sikapnya berubah tidak seperti dulu”, keluh Megan. Saat ini menjalin kasih dengan Leon terasa hambar ah tapi tidak juga karena sekarang ini Leon adalah sosok Aleandro yang disegani seluruh orang.
Akhirnya Megan putuskan untuk pergi ke Torres Inc, menunggu kekasihnya sampai esok hari, tak mengapa walau hanya di pelataran kantor, tujuannya hanya kantor dan Megan tidak mengetahui dimana letak apartemen kekasihnya itu. Tapi Dewi Fortuna sepertinya masih memihak Megan, tepat ia akan naik bus, mobil Leon melintas dan berhenti di depan kekasihnya.
“LEON”, pekik Megan begitu berbinar kedua matanya. Ia pun mendekati mobil yang masih tertutup pintunya itu.
Tidak lama Alonso turun membawa satu payung besar yang menaungi kekasih bosnya, “Silahkan Nona Megan”, ucap Alonso membuka pintu mempersilahkan wanita cantik namun luar biasa angkuh ini duduk di sisi Leon.
“Sayang”, panggil Megan menghambur memeluk Leon yang hanya diam menatapnya.
Megan cerita apa yang dilakukan Dylan padanya, melebih-lebihkan cerita tepatnya. Menangis dalam dada sang kekasih dan mencari kehangatan serta kesempatan.
“Aku antar sampai apartemen mu”, datar Leon, tatapannya hanya pada jalan raya yang berubah gelap tapi indah diterangi cahaya lampu.
“Ah tidak, jangan. Aku takut Dylan datang dan......dan dia menyiksaku lagi”, Megan terisak, benar-benar air mata buaya betina di dikeluarkannya.
“Bagaimana kalau aku tinggal bersamamu saja, bukankah semakin mudah dan hubungan kita juga semakin dekat”, Megan ingin tinggal di apartemen Leon, tapi kekasihnya malah membeli apartemen mewah untuk Megan tinggali.
“Alonso, cari dan bayar apartemen untuk Megan malam ini juga. Kurang dari satu jam aku ingin semuanya siap”.
“Siap tuan”, sahut Alonso, menyayangkan sikap Leon yang melunak pada mantan kekasih yang tega meninggalkannya.
Leon tak akan pernah membawa Megan masuk ke penthouse, karena tempat itu merupakan privasi baginya, orang-orang tertentu saja yang bisa menapakkan kaki di dalamnya dan hanya Pamela wanita satu-satunya di dalam penthouse itu.
Megan menurut pada perintah Leon, tapi wanita ini dengan lancang menginginkan Leon tinggal bersamanya. Setelah mendapat unit apartemen yang cukup mewah lengkap dengan furniture mewah di dalamnya, Megan mendorong tubuh kekar sang kekasih hingga terjatuh pada sofa, menyesap bibir Leon sangat liar, sebagai seorang wanita Megan sangat agresif.
Jemari lancangnya merambat pada sabuk, melepas ikatan dan beberapa kancing kemeja Leon entah kapan telah terlepas semua. Napas memburu dan gairah Leon seketika naik pada ubun-ubun, dan ya sayangnya godaan, rayuan maut Megan tidak berlaku.
“Megan aku tidak bisa melakukannya”, Leon merapikan kemeja dan memasang sabuknya kembali. Bayangan Pamela yang selalu menyambutnya begitu lekat dalam benak Leon. Pria ini melangkah mantap keluar apartemen dan tetap pulang ke penthouse menuntaskan untuk hasrat yang tertunda akibat godaan Megan.
"Aaaarghhh Leon", kesal Megan untuk kesekian kalinya selalu gagal.
Meskipun pria bermata biru safir ini bersikap layaknya iblis, tapi Leon tak pernah melakukan penyatuan bersama sembarang wanita, termasuk Megan.
“F*** Megan”, umpat Leon memasuki mobilnya.
**
Di Penthouse
Pamela hanya menatap lesu kaca yang basah terkenal hujan, mungkin cocoknya malam ini seperti gambaran apa yang ia rasakan. Sedih, sepi, sendirian, semua yang dimilikinya terenggut oleh Leon. Apalagi kebebasan, bahkan setiap udara yang masuk melalui rongga hidungnya telah diatur oleh Leon. Satu hal yang menguatkan dirinya, untuk apa bertahan disini? Jawabannya satu demi sang nenek lah, lagi dan lagi Pamela menekankan dalam lubuk hati serta pikirannya.
Terlalu larut dalam suasana dingin malam ini, suara getar dari ponsel tidak membuyarkan lamunannya. Pamela menggulung selimut menghangatkan tubuh yang terasa dingin menusuk kulit. Samar-samar telinganya mendengar suara Leon memanggil namanya, tapi ia urungkan untuk memeriksa ke bawah. Lagi pula menurut kabar dari Alonso, Leon tidak akan pulang beberapa hari ini.
Namun, suara Leon semakin lama sangat mengganggunya. Sebegitu berpengaruhnya pria itu dalam hidup Pamela sampai suara baritonnya terekam jelas.
BRAK
Pamela tersentak nyaris terjungkal dari ranjang, bagaimana tidak suasana malam yang sunyi dikejutkan dengan Leon yang membuka pintu sangat kasar.
“Dimana telingamu?”, sangar Leon menatap tajam.
“Maaf tuan”, Pamela berjalan mendekati suaminya, “Kenapa harus datang malam ini”, keluhnya merasa sial dalam hati.
“Aku menginginkanmu sekarang, cepat turun”, perintah Leon datar, suaranya pun pelan tidak seperti sebelumnya.
“Tapi tuan.....”, Pamela merasa sesuatu akan menimpa dirinya, kedua tangannya pun langsung berkeringat.
“DIAM”, bentak Leon, “Kau tahu, aku tidak suka pada penolakan dan alasan”, sergah Leon mengintimidasi wanita di hadapannya. Tak mau membuang waktu lama, Leon menarik paksa dan kasar lengan istrinya keluar dari kamar, menuruni anak tangga tergesa-gesa.
Seketika Leon berhenti tepat di ujung tangga paling bawah, Pamela yang terkejut menubruk punggung kekar suaminya. Jangan bayangkan adegan romantis seperti kebanyakan yang menangkap tubuh wanitanya dan saling bertatap, lupakan itu semua. Leon hanya menoleh tajam pada Pamela yang jatuh sampai tubuh bagian belakangnya membentur railing tangga.
Ringisan sakit pun tak ada artinya bagi Leon, “BANGUN”, perintahnya sangat otoriter.
“Anda tahu tidak tuan, punggungku membentur besi”, sungut Pamela kesal, kalimat itu keluar begitu saja dan Pamela menekuk wajahnya. Rasa marahnya sudah menumpuk terlalu besar untuk dipendam.
Leon berjongkok, menjepit dagu lancip Pamela menggunakan ibu jari dan telunjuknya, menekan pada bagian ibu jari. Sampai wanita cantik yang usianya jauh dibawah Leon kembali kesakitan, “Berani sekali kau menjawab ku? Apa ini hasil pertemuan mu dengan Dylan? Murahan”, bentak Leon menghempas kuat wajah Pamela sampai menoleh ke sisi kiri.
“Jadi anda mengetahui pertemuanku dengan Dylan?”, kalimat yang sukses membuat Leon semakin tersulut amarah. Sontak Pamela mengatup rapat bibir lancangnya bicara hal yang ia tutupi.
“Ck, Dylan? Seakrab itu hubungan kalian? Sekalipun kau memasuki lubang semut, ingat satu hal Pamela kau tidak bisa bersembunyi dariku”, bengis Leon kembali menarik paksa lengan Pamela untuk mengikuti masuk ke kamarnya, membanting kasar tubuh mungil itu pada ranjang.
Kali ini Pamela berusaha bangkit dan melakukan perlawanan tidak seperti biasanya yang hanya diam menerima semua perlakuan Leon.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat