Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Ikatan Diatas Kertas.
"Aku tidak akan pergi dari sini sampai kamu mau kembali padaku Bara Alvarendra!"
Ancaman itu sama sekali tidak membuat Bara goyah, dia yang sudah memantapkan hatinya untuk satu hati tetap memfokuskan tatapannya pada Arumi yang tengah berdiri memunggunginya.
Arumi, gadis itu masih diam membeku mendengar kata cinta yang terungkap dari bibir suaminya. Jika biasanya dia akan menganggap ucapan suaminya itu sebagai candaan, tapi tidak dengan kali ini. Dia yang sepenuhnya menyadari dengan keseriusan ucapan suaminya itu bahkan sampai tidak berani menjawab atau bahkan sekedar berbalik untuk menatap wajah suaminya itu.
"Lihat Mas Rum, tatap mata Mas. Mas tidak sedang berakting, Mas sungguh mencintai kamu,"
Untuk kedua kalinya Arumi merasakan aliran darahnya berdesir hebat tatkala mendengar kata cinta itu terucap untuk yang kedua kalinya. Matanya sempat terpejam sebentar, dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan.
Disampingnya, asisten Roy diam-diam mengukir sebuah senyuman tipis diwajahnya kala melihat tuannya akhirnya telah berani mengungkapkan perasaannya pada Arumi. Tanpa disuruh, asisten Roy langsung berjalan ke arah Monica, menarik paksa tangan wanita itu dan membawanya keluar dari halaman gedung Alva Group.
"Lepaskan aku asisten bod0h!!" Monica mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Roy, namun tidak bisa karena asisten Roy memeganginya dengan sangat kuat.
"Maaf Nona, tapi sebaiknya Nona jangan membuat keributan yang bisa memancing kedatangan media. Sayangilah karir Nona yang sedang melambung," ancam asisten Roy.
Arumi yang mendengar teriakkan Monica pun menoleh ke samping dan melihat ke arah kepergian wanita itu dengan asisten Roy. Hingga sebuah taksi lewat dan asisten Roy langsung menyetopnya, memaksa Monica untuk masuk ke dalam taksi.
Bara meraih lengan Arumi dan membalikkan tubuh gadis itu, mengalihkan fokus Arumi pada Monica dan asisten Roy.
"Mas... Dia..."
Pegangan Bara turun ke tangan Arumi dan menggenggamnya erat. Tanpa menjawab rasa penasaran Arumi tentang siapa Monica, Bara langsung membawa gadis itu melangkah masuk ke dalam gedung. Sampai mereka masuk ke dalam lift, tidak ada obrolan yang terjadi, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sesampainya di lantai paling atas di gedung tersebut, Bara langsung membawa Arumi menuju ke ruangannya dan menutup kembali pintu ruangannya rapat-rapat.
Bara menghela nafas panjang, dia membalikkan tubuhnya tanpa melepaskan tangan Arumi dari genggamannya. Arumi merasakan jantungnya terpompa semakin kencang saat Bara mendorong pelan tubuhnya kebelakang hingga punggungnya kini menyentuh tembok. Dengan satu tangan terangkat ke tembok, Bara mengunci tubuh istrinya itu.
"Mas..."
Kedua mata Arumi mengerjap pelan, dia menelan salivanya kasar saat merasakan hembusan nafas Bara mulai menyapu kulit wajahnya, jarak wajah mereka hanya berkisar beberapa centi saja, hidung mereka bahkan nyaris bersentuhan.
Sejenak, suasana didalam ruangan tersebut nampak begitu hening dan sunyi. Yang terdengar hanya suara hembusan nafas yang saling bersahutan dan suara debaran jantung yang kian terasa semakin kencang seperti sedang lari maraton.
"Apa perlu Mas ulangi lagi, kalau Mas mencintai kamu Rum,"
Diam, untuk kesekian kalinya Arumi masih tetap memilih untuk diam. Dia menurunkan pandangannya dari tatapan mata Bara, sebisa mungkin mencoba mengontrol debaran jantungnya yang tidak bisa diajak berkompromi untuk saat ini.
"Mas, aku..."
"Mas tidak akan memaksa kamu untuk menjawabnya sekarang. Mas tau ini terdengar begitu mendadak dan kamu pasti tidak mempercayainya, tapi Mas akan membuktikan cinta Mas, Rum."
Arumi kembali mendongak, menatap kembali si pemilik mata indah itu.
"Wanita tadi... Dia pacar kamu Mas?" tanya Arumi pelan. Sekilas, Arumi sedikit mengenal tentang Monica yang akhir-akhir ini wajahnya sering wara-wiri nongol di layar televisi.
Bara menurunkan tangannya dari tembok, dia menjauhkan sedikit tubuhnya dari Arumi dan mengangguk pelan.
"Mas sudah tidak ada hubungan apapun dengannya Rum, hubungan kami sudah berakhir," ucap Bara yang membuat Arumi terkejut mendengarnya.
"Apa karena aku Mas? Karena aku hubungan kalian berakhir?" Arumi merasa sangat bersalah, matanya sampai berkaca-kaca.
Bara menggeleng, "Tidak Rum, berakhirnya hubungan kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan kamu."
"Lalu apa Mas? Apa karena terhalang restu dari kakek? Jika iya, maka aku akan membantu Mas untuk meyakinkan kakek,"
Arumi berjalan melewati Bara, namun baru beberapa langkah, Bara menarik lengannya ke belakang, hingga tubuh mereka saling bersentuhan. Lelaki itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Arumi, memeluknya dari arah belakang.
"Tidak perlu meyakinkan tentang apapun Rum, Mas hanya ingin kamu yang ada disamping Mas, itu saja sudah cukup."
Dalam pelukannya, Bara bisa mencium aroma wangi vanila dari tubuh istrinya, aroma yang membuatnya tidak bisa jauh barang sedetik saja. Arumi masih tidak bergeming, meskipun dia merasakan nyaman setiap kali bersama dengan Bara, namun dia tidak ingin gegabah menyimpulkan semua itu sebagai tanda cinta.
"Sejak kapan Mas? Sejak kapan kamu memiliki perasaan seperti ini padaku?" tanya Arumi yang masih berada dalam pelukan Bara.
"Semuanya terjadi dengan begitu saja Rum, tanpa sadar Mas tidak bisa jauh-jauh dari kamu. Mas selalu merindukan kamu, merindukan tawa kamu, merindukan suara kamu, dan merindukan wangi kamu yang seperti sekarang ini,"
Bara mendekatkan wajahnya ke leher Arumi, menghirup dalam-dalam wangi tubuh istrinya yang membuatnya mulai candu. Merasa puas dengan wangi itu, Bara melepaskan kedua tangannya dari pinggang Arumi. Perlahan, dia membalikkan tubuh gadis itu agar kembali menatapnya.
"Apa kamu juga mencintai Mas Rum?"
Arumi sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, dia menundukkan sedikit wajahnya. Dia yang pernah terluka karena pengkhianat tidak bisa semudah itu menerima perasaan Bara padanya. Terlebih lagi Monica juga terlihat masih sangat mencintai Bara.
"Maaf Mas, tapi aku tidak bisa menyimpulkan perasaanku secepat itu, aku masih trauma dengan masa laluku,"
Sedikitpun Bara tidak terluka dengan kejujuran Arumi, dia tersenyum dan meraih dagu gadis itu, hingga tatapan mata mereka kembali bertemu.
"Mas akan menunggu Rum. Mas yang akan mengejar kamu, meyakinkan kamu tentang perasaan Mas ini Rum. Mas akan membuat kamu jatuh cinta pada Mas!"
...🌼🌼🌼...
......
siap nontonnn💃💃💃🏃♀️🏃♀️🏃♀️
sembur aja semburrr☕️