"Surat nikah mu akan aku tukar dengan sumsum tulang belakangku."
Demi menyelamatkan nama keluarganya, Charllote mengajukan syarat pernikahan sebagai penyelamat Sean Smith yang mengidap penyakit kanker darah, karena Charllote memiliki sumsum tulang yang cocok.
Akankah pernikahan itu akan menjadi cerita bahagia selalu dan selamanya atau sebaliknya, menjadi ajang saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SERANJANG
BAB 33
Willy dan Sean menatap serius kepada Charlotte. Pada saat ini Charlotte sungguh terlihat seperti model sungguhan. Sangking senang nya Willy tanpa sadar, berjalan ke arah Charlotte dan langsung memeluk nya sambil berputar-putar.
"Menakjubkan," puji Willy yang tak menyangka jika kursus singkat yang dia berikan membawa hasil yang memuaskan.
"Kau memang super model ku," ujar Wiy lagi sambil tertawa senang.
"Astaga, Willy bisa turunkan aku? Jika kita berdua jatuh maka tidak akan ada pergelaran busana," ujar Charlotte.
Baru saja Willy menurunkan Charlotte, tiba-tiba sebuah pukulan keras mendarat di wajah pria tengil itu, membuat nya sampai tersungkur jatuh.
"Sean! Apa yang kau lakukan?" tanya Charlotte sambil memapah Willy.
Entah apa yang merasuki Sean, hati nya merasa tidak terima ada yang memeluk Charlotte seperti itu, dan membuat nya tersenyum semanis itu. Dengan impulsif nya dia naik ke atas panggung dan memukul Willy begitu saja.
"Tuan Smith, ada masalah apa?" tanya Willy sedikit kesal seraya mengusap darah di sudut bibir nya.
Sean terdiam ketika Willy melemparkan pertanyaan itu. Sean ingin menarik tangan Charlotte. Tapi, Willy menghalangi, "Tuan Smith jika ada masalah maka katakan saja, tidak perlu mengganggu pacar ku," ujar Willy.
Kedua mata Sean terbelalak mendengar pengakuan Willy, "Bagus sekali Charlotte Brown," gumam nya pelan.
Sean mendorong tubuh Willy, seraya berkata kepada Charlotte, "Seperti nya, kau sudah lupa dengan perjanjian kita."
"Perjanjian ... perjanjian apa?" tanya Willy penasaran.
"Perjanjian pra nikah," jawab Sean.
"Apa! Kau sudah menikah?" tanya Willy.
Charlotte sudah merasa kesal dengan dua makhluk hidup yang ada di depan nya itu. Lalu dengan bertelak pinggang dia berkata kepada Willy, "Ya aku sudah menikah."
Lalu Charlotte memandang kepada Sean sambil bersedekap tangan, "Seingat aku, kau meminta ku menyembunyikan pernikahan kita ini. Karena ini di depan umum, demi menjaga perjanjian pra nikah kita. Maka jika di depan umum aku bukanlah istri mu."
Charlotte langsung saja pergi meninggalkan kedua pri itu sambik berkata, "Jika kalian mau melanjutkan baku hantam, maka silakan di lanjutkan."
Merasa sepatu hak tinggi nya menyakiti kaki nya, dia pun melepaskan dan melemparkan ke lantai, hati nya benar-benar di buat kesal oleh kedua pria yang sedang bertengkar itu.
Sean dan Willy menoleh saling berpandangan, "Jadi, kau ini suami nya?"
"Jadi, kau ini pacar nya?" tanya serius Sean dengan nada menyelidik.
Willy terdiam lalu tiba-tiba dia berkata, "Jika kau menyia-nyiakan Charlotte bisa jadi aku atau mungkin pria lain yang akan merebut nya."
Sean pun tertawa, selama hidup nya, ini pertama kali nya ada yang berani menantang nya.
Willy pun berkata lagi, "Jangan rusak acara ini, dia benar-benar telah bekerja keras untuk ini," kata Willy seraya meninggalkan Sean.
Sean bertelak pinggang sembari mengacak-acak rambut nya. Berpikir apakah dirinya telah gila tadi. Mengapa dia bisa melakukan hal sebodoh tadi. Dia pun segera kembali ke kamar suite nya. Dan langsung menyesap alkohol dari gelas nya.
Pada saat ini Charlotte sudah akan bersiap tidur, baru saja selesai mengaplikasikan salep yang Willy berikan. Ponsel nya berdering.
"Papa Beruang," gumam pelan nya.
"Hissh, mengapa malam-malam masih mengganggu saja," ujar Charlotte sambil menjulurkan lidah kepada layar ponsel nya.
Tuan Mario mengatakan jika tamu di kamar suite atas nama Sean Smith tiba-tiba pingsan, "Apa kata mu?" tanya Charlotte.
"Sebaik nya kau datang ke kamar nya," jelas Tuan Mario lagi.
"Kau jangan bercanda," ujar Charlotte yang sedikit tidak percaya dengan perkataan Papa Beruang itu.
"Dia seperti nya sakit," ujar Tuan Mario lagi.
Charlotte memijit-mijit pelipis alis nya, lalu menutup sambungan ponsel nya. Dengan masih memakai piyama tidur dia pun keluar dari kamar nya. Menuju ke kamar Sean.
"Apa yang terjadi?" tanya Charlotte.
Staff yang ada di kamar berkata, "aku baru saja selesai mengantarkan pesanan makanan untuk tamu kita. Lalu aku melihat Tuan ini membuka pintu dan pingsan begitu saja." Jawab nya.
Charlotte melihat gelas dan isi di pitcher alkohol yang tinggal setengah, "Dia mabuk," gumam pelan Charlotte.
"Kau boleh pergi, aku yang akan menanangani nya," ujar Charlotte kepada staff hotel nya itu.
Charlotte membenarkan posisi tidur Sean seraya menyelimuti nya, "Sudah tahu tidak tahan denhan alkohol, mengapa masih saja meminum nya," ujar Charlotte seraya merapihkan rambut Sean.
Puas memandangi wajah sean, Charlotte pun ingin berdiri tapi tangan nya malah di tarik oleh Sean. seakaan tidak mengizinkan Charlotte untuk pergi.
"Apa-apaan ini ..." pikir Charlotte.
Keesokan pagi nya, Sean membuka mata dan yang pertama kali di lihat adalah wajah Charlotte. Sean sedikit menahan napas, karena takut membangunkan nya.
Dia menatapi alis Charlotte yang terlihat seperti pohon Willow. Lalu pandangan nya memperhatikan hidung mancung nya, dan turun ke bibir merah Charlotte yang terlihat enak jika di kecup.
Sean memajukan wajah nya, dan sedikit mengecup bibir istrinya itu. Merasakan ada sentuhan hangat di bibir maka Charlotte membuka kedua mata nya.
Sean segera saja bergerak serampangan, sampai terjatuh ke lantai, Charlotte juga sama terkejut nya. Dia langsung bangun terduduk, "Aku ketiduran," gumam Charlotte.
Semalam Sean merengek agar tidak di tinggalkan, berniat menemani sebentar malah ketiduran sampai pagi. Ini adalah kedua kali nya mereka tidur seranjang setelah malam pertama terjadi.
Charlotte langsung saja bangkit berdiri dari ranjang dan berkata, "semalam kau mabuk," jelas nya.
Sean berdiri sambil mengusap-usap tengkuk nya, yang dia ingat semalam dia memang minum banyak. Dia pun mengangguk lalu segera masuk ke kamar mandi.
Sean mencuci wajah sambil menepuk-tepuk nya, memikirkan tadi betapa canggung nya, apalagi ketika tadi teringat jika dia baru saja secara sukerela mengecup bibir Charlotte.
Dia pun sedikit tertawa lalu berkata, "Aku pasti benaran sudah gila."
Setelah selesai berpakaian rapi, Sean pergi lagi menemui Andrew Smith dan Vicky. Sebelum kejadian pemukulan semalam. Sean sudah meminta agar Charlotte mengaturkan pertemuan dengan Lilbeth untuk bisa bertemu dengan salah satu penggemar berat nya. Jadi, pagi ini mereka akan sarapan bersama.
Vicky sudah berias dengan rapi dan sopan, juga sangat bersemangat. Ketika mereka sampai di restoran hotel, Charlotte juga sudah ada di sana dengan mamakai stelan rapi seragam hotel nya.
"Nyonya Grifin," sapa Andrew dan istri nya.
"Senang bertemu dengan kalian," sapa balik Nyonya Grifin.
"Begitu pun dengan kami, perkenalkam ini adalah putri kami. Vicky Smith," ujar Andrew.
"Kau cantik sekali," puji Nyonya Grifin kepada Vicky.
Sean mencari-cari Willy. Tapi tidak ada, "Sepertinya pria itu masih kesal kepada ku," pikir Sean.
