Gara, cowok dengan semangat ugal-ugalan, jatuh cinta mati pada Anya. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan segala cara konyol, mulai dari memanjat atap hingga menabrak tiang lampu, Gara berusaha mendapatkan hati pujaannya.
Tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan kegagalan yang kocak. Ketika saingan cintanya semakin kuat, Gara pun semakin nekat, bahkan terlibat dalam taruhan konyol.
Bagaimana kekocakan Gara dalam mengejar cinta dan menyingkirkan saingan cintanya? Akankah Gara mendapatkan pujaan hatinya? Saksikan kisah cinta ugal-ugalan yang penuh tawa, kejutan, dan kekonyolan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Taruhan
Dion duduk di bangku taman kampus bersama Rendy dan beberapa teman lainnya. Angin sore berhembus pelan, tapi suasana di antara mereka terasa tegang. Dari kejauhan, Dion bisa melihat Gara dan Anya duduk bersama, tertawa ringan. Pemandangan itu jelas membuat Dion tak nyaman, namun ia berusaha menutupinya dengan sikap dingin.
Melihat semua itu, Rendy, yang duduk di sebelah Dion, mulai membuka pembicaraan. "Bro, lo liat kan, makin lama Gara makin deket sama Anya. Gue tau lo nggak suka ngeliat ini. Gara itu nggak ada apa-apanya dibanding lo."
Dion menatap kosong ke depan, tapi dari rahangnya yang mengeras, jelas dia mendengar setiap kata yang diucapkan Rendy.
Rendy kembali membuka suara. "Lo nggak bisa gini terus, Dion. Kalau lo biarin, dia bisa beneran ngerebut Anya dari lo. Lo tau kan, Anya udah lumayan nyaman sama lo."
Dion mengangguk pelan, tetapi tetap tidak mengatakan apa-apa.
Rendy melanjutkan, suaranya lebih menggoda, mencoba memancing respons dari Dion. "Gue ada ide. Kenapa lo nggak bikin taruhan sama Gara? Kita lihat, siapa yang lebih pantas buat Anya. Kalau lo menang, semuanya jelas. Kalau dia menang, yaudah, lo bisa move on dengan tenang."
Teman-teman yang lain mulai mengangguk, mendukung usulan Rendy.
Bima, salah satu teman yang juga ada di sana, menimpali. "Iya, Dion. Lo cowok yang kuat, smart, dan jago basket. Gara? Dia cuma badut kampus. Lo pasti menang."
Dion akhirnya bersuara, walaupun suaranya terdengar berat. "Taruhan apa yang lo maksud?"
Rendy tersenyum, merasa berhasil menarik perhatian Dion. "Soal itu, gini aja, ntar elu samperin dia di parkiran. Ntar di sana elu tantang dia dan tanya pada semua orang yang ada di sekitar parkiran, kira-kira taruhan apa yang bisa kalian lakukan, biar terkesan adil, dan bisa nentuin siapa yang lebih baik. Tenang aja, ntar kita-kita bakal ngasih usul main basket, biar elu bisa menang. Anya bakal lihat sendiri siapa yang lebih pantas."
"Basket? Udah jelas, lo pasti menang, Bro," celetuk Fajar.
Namun, Dion masih terdiam, memikirkan usulan tersebut dengan serius.
Rendy lalu menambahkan, semakin memprovokasi. "Kalau lo nggak ngelakuin ini, Gara bakal menang cuma karena lo diem doang. Ini bukan soal Anya jadi hadiah atau apapun. Ini soal lo ngambil sikap, tunjukin kalau lo serius."
Dion, yang tadinya ragu, mulai mengangguk lebih yakin. "Oke. Gue setuju. Gue bakal tantang Gara. Kita lihat siapa yang lebih pantas."
Teman-temannya bersorak, mendukung keputusan itu, dan mulai menyusun rencana untuk mengajukan taruhannya pada Gara. Dion merasa ini adalah langkah terakhirnya untuk memastikan bahwa dia tidak akan kalah tanpa bertarung.
Sore harinya, di tengah suasana riuh di parkiran kampus, Dion menghampiri Gara yang sedang duduk bersama Yoyok dan Darto di atas motor bebeknya. Dengan tatapan menantang, Dion melontarkan kata-kata yang memancing adrenalin. "Gara! Gue ajak lo taruhan. Biar kita lihat, siapa yang paling pantas buat Anya."
Gara yang terkejut langsung tersenyum lebar, matanya berbinar penuh semangat. "Taruhan apaan? Lo kasih tantangan apa aja, gue siap! Demi Anya, gue udah pernah nabrak tiang lampu, jatuh dari atap, apalagi ini. Mau gue lompat dari menara juga gue jabanin!"
Suasana semakin memanas. Para mahasiswa yang ada di sekitar mereka mulai berkumpul, penasaran dengan taruhan yang akan terjadi.
"Eh, gimana kalau mereka adu lompat dari atap gedung kampus?" celetuk mahasiswa berambut keriting.
"Atau balapan motor di jalan raya pas jam sibuk!" cetus mahasiswa berambut jabrik.
Namun sebelum ide-ide semakin liar, Yoyok yang kini merasa lebih bijak, segera mengangkat tangan, menghentikan keributan. "Bro, Bro, tunggu dulu! Kita nggak perlu sampai ngelakuin hal gila gitu! Gue ada ide yang lebih masuk akal."
Dion memutar matanya, skeptis. "Apa ide lo, Yoyok? Lo, 'kan biasanya juga nggak jauh dari hal-hal aneh."
Yoyok tersenyum penuh keyakinan. "Tenang, kali ini gue insaf ... agak ...." lanjutnya seraya nyengir. Tapi setelah itu Yoyok tiba-tiba menunjukkan ekspresi serius. "Dengerin, gue punya tantangan yang nggak bikin lo berdua cacat fisik atau malu besar."
Semua mahasiswa mulai hening, penasaran dengan ide Yoyok.
Yoyok kembali melanjutkan kata-katanya. "Gini aja. Taruhannya simpel. Kalian harus bikin Anya ketawa pake pantun. Yang paling bisa bikin dia ketawa lepas, maka dia yang menang."
Dion langsung mengerutkan kening, sementara Gara tertawa terbahak-bahak. "Pantun? Serius lo? Wah, ini gampang, Bro! Konyol, tapi gue pasti menang."
Yoyok tersenyum lebar. "Itu dia, Gara. Lo konyol, dan lo jago bikin orang ketawa. Nggak usah hal-hal berbahaya, bikin dia ketawa aja udah cukup. Dan lo, Dion, kita lihat apakah lo bisa menyaingi keluwesan Gara dalam soal ini."
Dion menatap sinis. "Pantun? Itu bukan gaya gue. Tapi kalau itu taruhannya, gue nggak takut."
Darto yang mendengar penjelasan Yoyok tertawa kecil sambil angkat tangan. "Nah, ini baru ide yang bikin kita semua ketawa, nggak bikin lo pada babak belur. Gue setuju! Ini bakal seru."
Mahasiswa lain yang semula mendukung ide-ide ekstrem mulai tertawa dan bertepuk tangan, menyetujui usulan Yoyok.
"Wah, gue dukung nih ide! Pasti seru liat mereka berdua ngeluarin pantun-pantun aneh!" celetuk mahasiswa berkacamata.
"Setuju, setuju! Nggak ada risiko kecelakaan, tapi tetap bisa menghibur kita semua." timpal mahasiswa bertubuh gempal.
Dion masih tampak ragu, namun tidak ingin terlihat gentar. Sesaat ia melirik pada Rendy dan Rendy nampak memberikan sebuah isyarat. "Oke, gue terima tantangannya. Gue bakal bikin Anya ketawa," ucap Dion setelah mendapat isyarat dari Rendy.
Gara menepuk helm gas melonnya dengan percaya diri. "Persiapkan dirimu, Bro. Pantun konyol gue bakal bikin Anya ngakak sampai lupa sama lo."
Taruhan pun resmi dimulai. Semua mahasiswa bersorak dan tidak sabar melihat siapa yang bisa membuat Anya tertawa paling keras dengan pantun-pantun kocak mereka.
Suasana semakin ramai setelah Dion dan Gara sepakat untuk bertaruh dengan tantangan pantun. Namun tiba-tiba, salah satu teman Dion, Rendy, angkat bicara dengan nada tidak puas. "Eh, tunggu dulu. Ini nggak adil, Bro. Hal konyol udah jadi keahlian si Gara. Kalau kayak gini, jelas-jelas dia diuntungkan."
Dion tersenyum tipis, lalu menatap Gara dengan tatapan penuh tantangan. "Benar juga, gue setuju. Kalau mau adil, kita tambahin satu lagi. Kita adu di lapangan basket. Biar siapa yang bisa menang di dua pertandingan yang berbeda bakal jadi pemenang."
Semua mahasiswa yang ada di sekitar mereka langsung bersorak, menyetujui usulan Rendy.
"Iya, setuju! Basket sama pantun, itu baru adil!" sahut Fajar.
"Lagian, basket lebih seru buat diliat. Mana ada pertarungan tanpa keringat!" imbuh Bima.
Gara tampak merenung sejenak, namun dengan santai ia menepuk helm gas melonnya dan tersenyum lebar. "Oke, gue terima tantangannya. Pantun dan basket, lo siap kalah dua kali?"
Sorak-sorai mahasiswa makin riuh, suasana mulai memanas. Namun, sebelum semua diputuskan, seorang mahasiswa tiba-tiba berdiri dan mengangkat tangannya, suaranya lantang menyela kegaduhan.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ditunggu launching novel terbarunya ya smg sehat sll dan sukses sll dan semangat sll terus berkarya.....
Gara sangat kocak dan apa adanya membuat anya bs tertawa lepas,,,
Bagus gara apa adanya dan dgn menunjukan ketulusanmu anya dan orgtuanya menerima apa adanya gara....
Sangat sangat happy akhirnya anya menerima jd kekasihnya.....
lanjut thor semangat sll dan sehat sll....