CEO Cantik Si Penggoda Hatiku

"APA KAU TULI! JAWAB PERTANYAANKU!"

Teriakan Pak Prabu menggema sampai terdengar diluar ruangan dan terdengar oleh semua pekerjanya.

"Se.. sebelum aku menikah dengan Risty kami sudah berhubungan Dad hingga sampai sekarang!" ucap Bima dengan bergetar.

"DASAR LAKI-LAKI NGGAK BERTANGGUNGJAWAB! LAKI-LAKI BR***SEK!"

"Plaakkkk!!!"

Pak Prabu menampar Bima dengan kencang dan berteriak mengumpatinya. Dia benar-benar sangat kecewa dengan putra yang selama ini dia banggakan.

"Sayang! Kendalikan emosimu!" Bu Helena memegangi suaminya agar tidak berbuat lebih jauh pada putranya.

Sedangkan Vania dan Risty begitu terkejut dan semakin takut.

Badan Bima sedikit mundur kebelakang saat menerima tamparan dari papanya. Dia masih tertunduk dan pipinya pun memerah. Sungguh dia sangat merasa bersalah dan menyesal sudah mengecewakan kedua orangtuanya.

"Papa tahu kamu terpaksa menikahi Risty karena kami, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya menyakitinya dan mencoreng nama baik keluarga dengan kelakuan b*jatmu! Jika kamu memang tidak menginginkannya, katakan pada daddy dan daddy akan mengembalikan Risty baik-baik kepada keluarganya! Mau taruh dimana muka daddy jika Pak Haris mengetahui putri kesayangannya telah kamu sakiti! Daddy benar-benar kecewa padamu BIMA!" Pak Prabu menatap tajam putranya sembari mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Aku minta maaf Dad! Maafkan kesalahan fatalku, aku sangat menyesal telah mengecewakan daddy dan mommy! Aku minta maaf!" Bima berlutut dihadapan papanya dengan mata berkaca-kaca menyesali segala hal yang terjadi.

Melihat Bima yang berlutut, Vania pun ikut berlutut dan menangis di hadapan orangtua Bima.

"Maafkan perbuatan kami Om.. Tante.. kami hanya dua orang yang saling mencintai, apa kami salah jika kami ingin bersama?" ucap Vania sembari menangis tersedu-sedu.

"SIAPA YANG MENYURUHMU UNTUK BICARA! HAH?! Sudah salah masih saja berdalih soal cinta!" Pak Prabu meneriaki Vania.

"Tidak ada pembenaran apapun untuk seorang wanita yang sudah merebut suami orang! Disebut wanita macam apa kamu sampai hamil dengan suami orang, Dasar wanita tidak tahu malu!" hina Pak Prabu terang-terangan.

Mendengar hinaan sang mertua Vania begitu shock, tubuhnya tiba-tiba melemah, pandangannya menjadi menggelap dan akhirnya dia pingsan terjatuh dilantai.

Risty yang melihat Vania yang pingsan dengan sigap menangkap tubuh wanita itu. Ada rasa kasihan terbesit didadanya, seperti apapun sikap buruk Vania, Vania dan Risty sama-sama wanita apalagi Vania dalam kondisi hamil.

"Van!" teriak Risty dan semua menoleh kearah Vania yang terjatuh pingsan.

Melihat Vania yang tak sadarkan diri Bima segera mengambil Vania dari tangan Risty dan menggendongnya.

"Daddy tolong jangan hina Vania, walau bagaimanapun Vania sekarang adalah istriku. Dia sedang mengandung putraku dan kondisinya akan sangat lemah jika dia stress,"

"Wanita nggak tau diri itu emang pantas dihina! Sekarang pergilah! Jangan tampakkan wajah kalian di hadapanku lagi! Kau bukan lagi anakku!" usir Pak Prabu tanpa memandang wajah Bima.

"Dad! Jangan..!

Bu Helena begitu kaget mendengar suaminya sudah tidak menganggap putranya lagi, dia tidak menyangka suaminya setega itu pada putranya.

"Jangan bela anakmu yang kurang ajar itu!" Pak Prabu memotong ucapan istrinya.

"Baik Dad, maafkan atas segala semua salahku dan terimakasih banyak atas semua kebaikan daddy dan mommy selama ini. Aku pamit pergi dan semua urusan perusahaan aku serahkan kepada wakil CEO sampai kakak mengambil alih semuanya,"

"Bim, jangan pergi sayang! Daddy hanya emosi aja, jangan dengarkan daddymu nak!" Bu Helena yang menghentikan langkah putranya dengan bercucuran airmata.

"JANGAN BELA PUTRAMU HELENA!"

Mendengar teriakkan suaminya Bu Helena melepaskan tangannya dari lengan Bima. Dia tidak mampu meredam kemarahan suaminya untuk saat ini.

"Maaf Bima harus pergi Mom!" ucap Bima dan berjalan pergi sembari menggendong Vania.

Akhirnya Bima pergi dari mansionnya dan membawa Vania ke rumah sakit terdekat sebelum dia kembali ke Ibukota.

Risty masih berada di dalam ruang kerja Pak Prabu. Dia menghampiri Bu Helena yang menangis dan memeluk mantan mertuanya itu penuh sayang tanpa berkata-kata.

Sedangkan Pak Prabu juga sangat bersedih dan terpukul. Sebenarnya dia tidak ingin mengusir putranya tapi dia terlalu muak melihat wanita yang telah merusak rumah tangga putranya.

"Ris, duduklah Daddy ingin bicara,"

"Baik Dad,"

Risty memapah Bu Helena agar mereka duduk di sofa di ruang kerja Pak Prabu.

"Ris, apakah papamu sudah mengetahui perceraian kalian?" tanya Pak Prabu memandang Risty yang sedang menunduk sembari mengenggam tangan Bu Helena.

"Be.. belum dad," jawab Risty dengan suara bergetar dan mulai memandang lawan bicaranya dengan ragu-ragu.

"Maaf atas perbuatan Bima nak! Daddy sudah menganggapmu sebagai putri daddy sendiri, membayangkan perlakuan Bima padamu membuat daddy ikut merasakan sakit. Daddy tidak sanggup bertemu papamu, daddy benar-benar kehilangan muka jika bertemu dengannya. Kebaikannya malah daddy balas dengan perlakuan menyakitkan dari keluarga daddy, maafkan daddy tidak bisa mendidiknya dengan benar," ucap Pak Prabu sembari melipat tangannya.

Melihat Pak Prabu yang terus menyalahkan dirinya sendiri membuat Risty begitu terluka, dia juga sangat menyayangi kedua mantan mertuanya layaknya seperti orangtuanya sendiri.

"Dad, jangan terus menyalahkan diri sendiri! Daddy jangan khawatir, aku akan memberi pengertian pada papaku. Aku sangat yakin jika dia bisa mengerti dan menerima semuanya. Semua berjalan karena takdir, saya dan kak Bima memang tidak ditakdirkan berjodoh karena perasaan cinta memang tidak bisa dipaksakan. Jadi semua sudah saya ikhlaskan dan saya sudah memaafkan Kak Bima dad.Tolong daddy jangan terus menyalahkan diri sendiri dan jangan bersedih," ucap Risty sembari memegang tangan Pak Prabu yang sedang dilipatnya.

"Terimakasih banyak nak atas keikhlasan hatimu, aku memang tidak pernah salah dalam memilih. Kamu benar-benar gadis yang berhati baik. Walaupun daddy bukan mertuamu lagi, jangan pernah menjauh dari kami dan berkunjunglah kemari jika ada waktu,"

"Baik Dad, Jangan khawatir aku masih tetap putri daddy dan mommy! Dan aku akan mengunjungi kalian jika aku ada waktu senggang." Risty tersenyum lembut pada Pak Prabu.

"Terimakasih nak!" ucap Pak Prabu sembari mengelus puncak kepala Risty penuh sayang dan Risty pun menggangguk.

"Makanlah siang terlebih dulu nak! Ini sudah pukul satu lebih, daddy ingin bicara dengan mommy sebentar,"

"Baik Dad, terimakasih! Saya pamit makan dulu,"

Pak Prabu pun mengangguk mendengar ucapan Risty.

Setelah Risty keluar dari ruang kerja Pak Prabu, Pak Prabu memeluk istrinya dengan menangis tersedu-sedu. Dia menumpahkan segala kesedihannya dalam pelukan istrinya.

"Maafkan aku telah berkali-kali membentakmu sayang! Aku minta maaf! Aku terlalu kecewa dengan putra kita dan aku tidak ingin kau terus-terusan membelanya. Dia harus mengerti dan menyadari segala kesalahannya, biarkan aja dia hidup dengan wanita itu. Wanita yang dia terus bela dan di anggap penting dari pada kita, tolong mengertilah sayang! Pak Haris orang yang berjasa untukku, bagaimana aku bisa menampakkan wajahku padanya setelah putra kita menyakiti putrinya yang sangat berharga itu, aku nggak tau harus apa?" ucap Pak Prabu penuh frustasi.

Bu Helena semakin mengeratkan pelukannya mendengar semua luapan kesedihan suaminya.

"Aku mengerti sayang! Aku sangat mengerti, sangat berat menjadi dirimu. Aku akan terus mendampingimu apapun yang terjadi, jika kelak putramu sudah berubah lebih baik, tolong maafkan segala kesalahannya. Sebesar apapun kesalahannya, dia tetap putra kita."

Pak Prabu hanya mengangguk dan sesekali mengucapkan terimakasih kepada istrinya, atas pengertian dan segala kasih sayang istrinya.

***

Setelah satu hari menginap di Mansion Pak Prabu dan Bu Helena, keesokan paginya Risty pamit pulang dari kediaman mereka.

Walau dengan berat hati akhirnya mereka melepas kepergian Risty dengan segala doa tulus yang mereka ucapkan kepada mantan menantunya itu. Mereka berharap suatu saat gadis baik itu juga menemukan kebahagiaannya sendiri.

Risty pulang ke apartemennya diantarkan supir pribadi keluarga Pak Prabu. Dia begitu lega segala urusan dengan keluarga mantan suaminya telah selesai, saat ini tinggal dia menjelaskan kepada orangtua angkatnya dan ibunya dikampung.

Dia berharap semua orang bisa menerima semuanya dengan lapang dada sama sepertinya. Agar dia bisa membuka lembaran baru lagi dengan hati yang tenang dan damai.