ketika anak yang di harapkan tak kunjung datang,lantas haruskah seseorang menyalahkan orang lain karena dia tidak bisa memiliki anak?
Najwa selalu di hina mandul dan tidak bisa mempunyai anak,hampir sepuluh tahun menikah Najwa tidak kunjung melahirkan seorang anak,segala cara telah ia lakukan tapi tidak membuahkan hasil...
sehingga hinaan itu berujung pemaksaan agar Najwa bisa menerima kenyataan jika Rendi suami dari Najwa di paksa menikah lagi oleh orang tuanya demi ingin mendapatkan sebuah keturunan yang akan mewarisi usaha Rendi.lantas bagaimana Ahir dari cerita ini????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Dianamega.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
...POV Rendi...
Akhirnya aku kembali kerumah Ini sebagai Tamu terhina seperti ini, rencana ibuk semula gagal yang ingin mengelabui Najwa menjual rumah dan seluruh aset pribadi milik Najwa
Aku tidak menyangka dia benar-benar bergerak cepat. Aku lupa aku jatuh cinta kepadanya dulu karna kesigapan dan ketangguhannya, wanita pencinta trevling itu pertama kali yang aku lihat begitu anggun dimataku.
Aku mencintai jiwa pemberaninya. Walau naluri seorang istrinya terpancar saat kami sudah menjalani rumah tangga. Ternyata dia tetaplah seorang Najwa yang tegas.
Sang Penakluk treveling tanguhJujur aku menyesal tapi semua telah terlanjur. Aku mencintai Wulan juga sangat mencintai Najwa .
Aku ingin memiliki keturunan.Keturunan adalah hal yang terpenting sekarang Mengingat aku sulung dan putra ibuk satu-satunya.
"Coba bik lihat bagusan yang mana coba?" tanya Najwa pada bik Surti dengan sesekali menatap layar iPhone nya
"Ini non, bagus!" tunjuknya. Najwa menoleh pada Bik Surti meyakinkan.
"Bibik suka?"
"Bagus, sih warnanya."
"Yo wes kita masukin keranjang." Percakapan mereka sepertinya begitu hangat. Hingga aku datang menyelip.
"Bik, bisa tolong bikinkan teh untuk Wulani" pintaku.najwa tampak melirik tidak suka dengan sedikit alis terangkat.
"Bibik Surti libur kerja dalam jangka yang tidak tentu untuk menemaniku! Lagian kenapa tidak bikin sendiri"
"oh iya aku lupa mas aku baru saja didatangi pekerja baru bukan. Jadi itu Istrimu bisalah mas kalo cuma untuk bersih-bersih dan bikin teh sendiri!" jelasnya.jantungku langsung berdegup mendengarnya
"oke kalau begitu aku rasa tidak keberatan kalau hanya membuat teh tapi kalau mengerjakan yang lain Nanti di fikir dulu?" timpalku
"libur kerja dalam jangka waktu tidak di tentukan baik itu yang berat maupun yang ringan. Kapan lagi tugas bibik di gantikan Wulan ya kan? Atau ibukmu kalo sanggup tak apa lah ya? Itung-itung senam," ujarnya,
membuatku geram mendengarnya.sepuluh tahun aku membina rumah tangga dengan Najwa baru kali ini ia berani merendahkan dan menghina ibuku. Sebelumnya dia begitu santun lagi sopan terhadap ibuku dia selalu berkata lemah lembut.
"Tak usah saja Najwa! Aku tidak menyangka kamu begitu picik juga ternyata!" geramku marah dasar wanita mandul tidak berguna batinku
Istri keduaku dia bukan wanita pengangguran hanya saja ia sekarang tengah vakum dari karirnya karna fokus buat ngerawat putri semata wayangnya karena mantan suaminya tidak pernah mau perduli dengan anak malang itu,
Bahkan keberadaannya saat ini tidak di ketahui benar benar menghilang tanpa jejak tidak ada rasa tangung jawabnya,memang dasar laki laki biadab biarlah aku yang akan menjadi ayah sambung yang baik hati untuknya dan tidak akan membiarkan dia kekurangan kasih sayang
Suatu saat dirinya akan menyesal atas kebodohannya setelah melihat putrinya menjadi wanita sukses,
dan aku juga yakin badai ini akan cepat berlalu apa lagi ibu dan Andin sangat menyayangi meca putri dari wulan,
Aku pasti akan menemukan pekerja'an yang baru dan Wulan akan kembali meniti karir nya.Hanya saja sekarang aku harus bisa mencari tempat secepatnya sebelum terusir oleh Najwa
"Mas! Kamu dari mana sih?" sambut Wulan manja di gerbang, aku terengah engah berjalan menghampirinya.
Setelah seharian aku capek mencari rumah kontrakan yang bayarannya bisa nanti saat aku mendapatkan pekerjaan tapi itu mustahil. Aku akan mencobanya lagi besok dan tetap berusaha .
"Aku cari rumah kontrakan sayang kali aja ketemu. Sayangnya tidak ada," ucapku terengah-engah beranjak masuk. Wulan berdecih menghampiriku.
"haduh mas ngapain repot repot mau pergi! Kita sudah disini saja.ini saatnya kita rebut semuanya dari wanita itu mas! Apa yang kamu berpikirkan mau keluar begitu saja dari rumah ini?"ucap Wulan membuat aku berdecih kesal mendengar celotehnya itu
"cukup Wulan aku gak mau buat masalah lagi! Kamu dengar tidak kalau semua ini milik Najwa semua, aku bukan siapa-siapa sebelumnya begitupun keluargaku tidak memiliki apa apa sebelumnya"
"Maksudmu aku menikah denganmu hanya untuk mendengar ungkapan konyolmu ini saja begitu mas,apakah kamu menikah denganku hanya menginginkan anak semata"
"Lalu bagaimana dengan anakku, apa kamu bakal kasih makan dia dengan rasa penyesalanmu?!" bentaknya,
aku mengusap wajah gusar. Luna juga benar, aku membawanya masuk dalam kehidupanku dan malah mengabaikannya begini. Luna akan melahirkan anakku.
Bahkan sekarang aku tidak punya uang sepersenpun untuk masa depannya. Lama aku menatapnya nanar.
"Mas! Apa kamu menikahiku hanya untuk jadi babunya Arum?" Aku mendekat lalu merangkulnya erat.
" Maaf Luna, Aku bingung. Kita tidak akan menang dari Arum," desisku mengelus pundaknya
. "Arum...dia begitu sombong mas! Kamu lihat bagaimana perlakuannya pada ibuk?"ucapnya.
Sejenak aku diam. Luna ada benarnya juga. Tapi bagaimana untuk menjinakkan Arum, aku sungguh belum paham maksud Luna membalas Arum seperti apa.
Pagi ini Arum sudah siap dengan baju kantornya, sengaja dia tolak semua tawaran Risa bekerja di perusaha'anya karna dia ingin fokus memajukan perusaha'an kecil yang sudah aku kelola enam tahun yang lalu.
" Arum kita harus bicara?"ujarku, membuyarkan fokusnya saat berberes di depan cermin.
"Apa? Katakan saja mas! Aku gak punya banyak waktu. Ini hari terakhir..." sungutnya.
Dia terlihat sangat sibuk. Arum menghentikan tangannya yang sedang memasangkan anting dan melirik padaku
. "Kamu mau izin pergi? Silahkan. Oh ya, dapet kontrakan dimana? Nyaman gak? Ibukmu kan gak biasa susah semenjak jadi mertuaku," ujarnya sedikit meledek. Aku geram ini entah keberapa kali ia singgung-singgung tentang ibuku
. "Aku tau, kamu sangat sakit hati padaku. Tapi bukan berarti seenaknya kamu merendahkan ibuku begini!" bentakku sedikit meninggi, Arum melirikku sembari menaikan sedikit alisnya
. "Gak ada yang salah kok mas dengan ucapanku! Sekarang aku tanya, kamu ngapain kesini? Kalo mau pergi, pergi aja," singkatnya dengan santai. Sedikit aku coba mengatur nafas dan meredam amarahku. Tadinya aku mau minta pekerja'an padanya. Gak seharusnya aku terpancing emosi tadi.
"Arum, aku datang mau minta kerja'an kali aja, aku punya tempat di kantor kita. Aku tak mungkin terlantarkan Resty, Luna, Geby dan ibukku!" ucapku berat lagi tertekan. Wanita itu seakan tak peduli dengan ungkapanku yang begitu lirih.
"Lucu ya? Saat kalian bersatu membuat masalah ini aku tak di ikut sertakan, lah kenapa saat kalian menderita aku keciprat sialnya? Aku mau kamu pergi jauh dari hidupku mas! Aku tak peduli mau kalian kelaparan kedinginan ataupun mati sekalipun! Aku tak peduli!" Arum berdiri melirikku gemetar.
"Arum... bayangkan jika kita tetap bersama. Hidup kita akan sangat membosankan seumur hidup. Andai kamu bisa menerima Luna dan Geby. Kebahagia'an kita akan lengkap," jelasku. Arum gemetar menatapku tajam.
"Oh.. Begitu, Kamu begitu sangat menunggu anakmu mas.., okeh aku beri waktumu 3 bulan. Jika w************n itu mengandung. Aku akan berikan lagi perusaha'an ini padamu. Aku harap kamu jangan terkejut dengan hasilnya," ujarnya sambil berlalu pergi.
"Itu persyaratan yang gampang kali!" desisku, segera bergegas menemui Luna di kamar. *****************
"Sayang kamu tau? Apa kejutan hari ini dari Arum? Katanya kamu harus hamil dalam tiga bulan ini, jika tidak dia mengusir kita. Kalaupun benar kamu mengandung dia akan berikan lagi perusaha'anku," jelasku pada Luna. Sontak saja Luna girang.
"Ah yang benar mas?" Aku mengangguk, lalu mendekap tubuh istriku itu dengan erat.
"Dasar wanita bodoh! Hanya dia wanita yang tidak berguna di dunia ini!" desis Luna dalam dekapanku.