Anin akhirnya menemukan alasan yang mungkin menjadi penyebab suaminya bersikap cuek terhadapnya. Tidak lain adalah adanya perempuan idaman lain yang dimiliki suaminya, Kenan.
Setelah berbicara dengan sang suami, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Anin meminta suaminya untuk menikahi wanita itu.
" Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai," Anindita Pratiwi
" Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku," Kenan Sanjaya.
Pernikahan Anin dan Kenan terjadi karena amanah terakhir Ibu Yuni, ibunda Kenan sekaligus ibu panti tempat Anin tinggal. Bertahannya pernikahan selama satu tahun tanpa cinta pun atas dasar menjaga amanat terakhir Ibu Yuni.
Bagaimana kehidupan Anin setelah di madu? Akankah ia bisa menjaga amanah terakhir itu sampai akhir hayatnya? Atau menyerah pada akhirnya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT 33 Kedatangan Sahabat (1)
Menjaga Amanah Terakhir (33)
Anin menegakkan tubuhnya. Duduk menghadap Syafa.
" Alhamdulillah, Fa. Hubunganku dan Mas Kenan baik," jawab Anin di sertai senyum.
" Benar-benar baik kan?," selidik Syafa.
Anin hanya terkekeh saat Syafa memastikan sampai menatap matanya.
" Serius, Fa. Ya Allah segitunya,"
Syafa menghembuskan nafas dengan lega.
" ya, salah sendiri. Kemarin-kemarin yang bilang hubungan sama suami baik-baik saja siapa? Nyatanya malah tiba-tiba curhat sudah punya adik madu," kesal Syafa.
Anin itu tipikal orang yang tertutup. Tidak mudah menceritakan apapun apalagi masalah keluarga.
Namun, sepertinya kejadian dimana Kenan menikah lagi membuatnya agak goyah. Butuh kekuatan dari para sahabatnya sehingga mengalir lah semua cerita pernikahannya dari awal.
Semua sahabat Anin sampai tercengang. Mereka iba tapi tak ingin terlihat mengasihani.
" serius kalau sekarang. Alhamdulillah mas Kenan mulai berubah. Katanya ingin memperbaiki semuanya, menjalani pernikahan ini dengan sebagaimana mestinya,"
Syafa hanya mengangguk. " Syukurlah." Syafa manggut-manggut.
" Tapi, kesel juga ya. Berubahnya malah pas udah punya dua istri,"
Anin terkekeh. Ia juga awalnya terus bertanya-tanya, kenapa harus menunggu punya istri lain baru bilang ingin memperbaiki pernikahan mereka.
Namun, Anin seketika beristighfar. Ini takdirnya. Ia tidak boleh larut dalam berbagai pengandaian.
" Kalau mengingat itu, awalnya iya. Tapi, mungkin sudah jalannya. Yang bisa aku syukuri adalah ada hikmah di balik ini semua.
Padahal aku pikir awalnya malah akan semakin terabaikan. Atau malah aku hanya akan menjadi istri di atas kertas saja. Tapi, Alhamdulillah lah."
Syafa mengangguk. Ya, perbandingannya kam tidak seimbang. Satu istri yang dinikahi karena terpaksa. Satu lagi di nikahi karena cinta.
Kalau mengandalkan logika, sudah jelas siapa pemenangnya. Tapi, inilah kuasa Allah.
" Berarti sudah itu dong ..." goda Syafa
Anin malah menutup wajahnya.
" Malu tahu,"
Syafa malah terkikik karena bisa menggoda sahabatnya. Dalam hati bersyukur kehidupan Anin menjadi lebih baik.
ceklek
" Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam,"
Akhirnya, dua orang yang di tunggu datang juga. Gita dan Fahira datang bersamaan.
Gita dengan membawa putra tunggalnya yang berusia lima tahun sementara Fahira tidak membawa anaknya.
" Si kembar mana? Tidak ikut?," Tanya Anin saat Fahira memeluknya.
" Ikut Om nya. Katanya mending jalan-jalan sama Om daripada ikut bunda. Bosan katanya,"
Semua hanya terkekeh mendengar ucapan Fahira.
" Padahal kangen tahu,"
" Mau bagaimana lagi? Mereka sok dewasa. Katanya biar bunda me time sama sahabat-sahabat bunda dan mereka bisa bersenang-senang tanpa merepotkan bunda," Fahira sampai geleng-geleng kepala. Banyak kata baru yang anak-anaknya dapat.
" Iya ih. Masih lima tahun, Adam dan Hawa itu lebih dewasa dari usianya," seru Gita
" Mungkin karena waktu kecil kebanyakan bergaul dengan orang dewasa. Tahulah,kan mereka hanya main dengan ayah bunda nya saja,"
Mereka pun sepakat karakter si kembar terbentuk karena hal itu. Karena dulu, saat Fahira dan sang suami merantau, Fahira lebih banyak menghabiskan waktu di apartemen saja. Keluar saat ada suaminya.
Maklum, Fahira takut di tempat baru. Kadang terlalu over thinking. Takut inilah itulah dan lain-lain.
" Sudah-sudah. Jangan bahas si kembar terus. Aku kepo nih. Kalian kenapa heboh sendiri tadi. Suara kalian sampai terdengar keluar." Gita mengalihkan topik pembicaraan.
Anak-anak sudah anteng di atas karpet tebal dengan mainan yang mereka bawa.
" ini, ada kemajuan .." Syafa menggantung ucapannya sambil melirik Anin yang wajahnya sudah memerah.
" Fa, malu tahu,"
" Malu kenapa sih?," timpa Gita tambah penasaran.
" Katanya hubungan dia dan suaminya sudah membaik,'
" Alhamdulillah. Serius? Katanya nikah lagi?," heran Fahira.
" itu mungkin hikmah di balik pernikahan kedua suaminya,"
" Tapi, beneran kan?," timpal Gita di angguki Fahira yang juga sedikit tidak percaya.
Ok Lihatlah bagaimana respon para sahabat Anin.
" Alhamdulillah,"
" Bahkan mungkin Anin junior sedang dalam proses pembentukan," Syafa terus menggoda Anin.
" Masa Allah. Alhamdulillah kalau sudah sampai tahap sana,"
Anin semakin malu sekalipun tidak membahas secara detail urusan ranjang, tapi ya Anin malu lah. Ia tidak terbiasa membahas ini.
" Jangan malu lah, An. Kita juga tidak akan membahas lebih masalah itu," Gita terkekeh.
" Tapi, bagaimana hubungan kamu sama adik madumu itu. Akur kah?," Gita penasaran
" Aku malah belum pernah bertemu."
"Serius?!," jawaban Anin malah membuat sahabat-sahabatnya tidak percaya.
" Serius."
" Kenapa?,"
" Ya, mending begini sih. Jalani masing-masing saja. Aku sendiri malah tidak tahu apakah dia tahu istri pertama Mas Kenan itu siapa atau tidak. Karena Mas Kenan juga tidak pernah membahas dia kalau sedang berdua,"
" Iya, sih Dari pada malah cemburu mending tidak usah tahu sekalian," timpal Fahira.
" Begitulah. Apalagi kalian tahu sendiri dia wanita yang di cintai mas Kenan kan. Makin insecure lah aku."
Mereka mengangguk.
" Oh ya, kamu bilang ada orang yang mau kamu jadiin asisten di panti. Siapa?," tanya Syafa penasaran
" Itu, Sesil. Kamu ingat Sesil kan?," tanya Anin.
Syafa adalah sahabatnya yang sering datang ke panti dulunya. Jadi, ia jauh lebih tahu dan kenal orang-orang panti.
" Sesil? Serius kamu mau nampung dia?,"
" Kok responnya begitu?," heran Anin.
" Kamu sudah tahu kan kalau dia sedang dalam proses cerai dengan suaminya?,"
" Tahu, dia cerita."
" Memang kenapa sih, Fa sama si Sesil itu?," Gita kepo.
" Kau tahu alasan kenapa sia dan suaminya mau cerai?,"
" Tidak lah. Aku tidak seberani itu sampai bertanya masalah pribadi yang pastinya sensitif.
" Maaf sebelumnya, bukan bermaksud membongkar aib. Hanya aku khawatir kalau dia kamu tampung di panti. Akan tidak baik untuk pernikahan kamu yang baru membaik,"
" Fa, jangan membuat kami tambah penasaran," timpal Fahira.
" Dia selingkuh,"
" Astaghfirullah." ucap mereka kompak.
" Aku cukup tahu karena suaminya itu sahabat suami aku. Hanya saja, aku takut dia akan menjadi penghancur rumah tanggamu jika di biarkan di sekitarmu,'
" Kenapa kamu berpikiran seperti itu?,"
" Aku sudah bisa melihat dari dulu kalau dia itu terobsesi untuk lebih dari kamu. Dia juga tampak menyukai suamimu saat aku tidak sengaja melihatnya memandangi Kenan yang saat itu menemani almarhumah Bu Yuni ke panti. Siapapun bisa melihat jelas itu,"
...******...
" Katanya kemarin mau datangnya. Kenapa baru datang sekarang?," Kenan memeluk Daffa yang tidak bisa memenuhi janjinya untuk datang kemarin.
Akhirnya, disinilah mereka berada. Di sebuah kafe yang cukup ramai karena hari Minggu. Untung mereka sudah reservasi tempat yang lebih privat.
" Maaf, kemarin ada urusan mendadak,"
"Yang penting kamu datang, Daf," timpal Samudera.
" Rio dan Aksa mana? Mereka datang juga kan?," tanya Daffa.
" Datang kok. Tadi bilang sudah di jalan kalau Aksa. Tapi, Kalau Mario sedikit telat karena ada pasien," jelas Samudera.
" Ayo pesan makanan dulu sebelum obrolan kita tambah serius,"ucap Samudera yang di angguki Kenan dan Daffa.
TBC