Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 33
Rahasia Menantu Culun Bab 33
"Ada apa? apa kamu bertengkar lagi dengan Rifki?" tanya Siska kemudian dia melihat wajah sang menantu yang tampak kusut bak kain yang tidak di setrika selama satu bulan.
Syasi mengangguk membenarkan, lalu dia menceritakan pada ibu mertuanya kalau dia kembali disalahkan oleh Rifki atas kepergian Citra dari rumah.
Siska menarik nafas dalam, memang akhir-akhir ini emosi Rifki sering tidak stabil. Bahkan hampir setiap bertemu dengan Syasi, Rifki selalu marah-marah tidak jelas. Padahal dulu mereka saling mencintai.
"Daripada kamu pusing memikirkan hal itu semua, bagaimana kalau kamu ikut sama mama jalan-jalan ke Mall." ajak Siska.
Syasi berpikir sejenak, lalu dia mengiyakan ajakan ibu mertuanya.
Mungkin dirinya perlu refreshing sebentar, untuk melupakan semua kejadian yang barusan Ia alami.
"Baiklah mah, aku bersiap-siap dulu," kemudian Syasi melenggang keluar dari dalam kamar ibu mertuanya.
"Jangan lama-lama ya sayang, Mom akan menunggumu di mobil."
Syasi membalikkan badan, lalu dia mengangguk sambil tersenyum.
Sesampainya di dalam kamar.
Rifki yang merasa bersalah atas perbuatannya tadi pada Syasi, kemudian dia langsung memeluk tubuh ramping Syasi, lalu membisikkan kata maaf tepat di telinga Syasi.
Sontak hal itu membuat Syasi merasakan sensasi yang luar biasa. Sebab, sudah beberapa bulan Rifki tidak menyentuhnya seperti sekarang. Dan dalam hati kecil, sebenarnya Syasi sangat menginginkan sentuhan Rifki.
Namun, karena tadi Rifki menyalahkan dirinya atas kepergian Citra dari rumah, ia pun berniat memberikan pelajaran terhadap Rifki, dengan menolak keinginan suaminya saat ini.
"Mas, lepas, aku sudah ditunggu oleh ibu di dalam mobil, dan kami berdua ingin pergi jalan-jalan," tolak Syasi sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Rifki.
Bukannya melepas, Rifki malah semakin liar, dikecupnya bibir Syasi dengan penuh gairah, dan tangannya pun sudah mulai bergerilya di bukit kembar milik Syasi.
Untuk sesaat, Syasi pun mulai menikmati permainan Rifki, hingga menit berikutnya ia baru sadar, bahwa ibu mertuanya sedang menunggunya di mobil.
"Mas lepas," untuk kesekian kalinya Syasi meminta agar Rifki untuk melepaskan dirinya.
Disertai senyuman manis, kemudian Rifki melepas pelukannya terhadap Syasi, lalu dia menatap wajah Syasi yang tampak cemberut.
"Baiklah, bagaimana kalau aku yang menemanimu, dan anggap saja ini adalah sebagai permintaan maaf ku, dan apapun yang kamu inginkan semuanya akan aku turuti."
Dengan rasa kesal yang masih menjalar di lubuk hati, kemudian Syasi mengabaikan ucap Rifki, lalu dia melangkah untuk meninggalkan Rifki.
"Tidak perlu," ucapnya kemudian.
Namun baru saja Syasi berjalan satu langkah, tiba-tiba Rifki meraih tangannya dengan lembut, lalu dia mendaratkan kecupan mesra di punggung tangan Syasi.
"Ayolah sayang, maafkan aku, aku merasa sedih jika kau terus menerus mengacuhkan diriku, dan aku berjanji tidak akan menyalahkanmu lagi," tutur Rifki lembut.
Syasi menarik nafas dalam, lalu dia menatap manik mata suaminya dan memang tergambar jelas bahwa Rifki memang tulus mengatakannya.
"Baiklah, tapi jangan ulangi lagi," ujar Syasi.
Rifki mengangguk.
Kemudian mereka berdua bergandengan tangan, dan berjalan beriringan keluar dari dalam kamar menuju mobil.
Dalam perjalanan menuju mobil, Syasi menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat pada ibu mertuanya, dan memberitahukan pada Siska, bahwa dirinya tidak jadi ikut.
"Baiklah sayang, kalau begitu Mom duluan ya," Siska membalas pesan singkat yang dikirimkan oleh Syasi.
"Baik Mom." balas Syasi lagi.
*****
Citra dan Angga yang saat ini sudah sampai di restoran, kemudian mereka berdua mulai memesan makanan.
Bola mata Angga tak berkedip, menatap keindahan ciptaan Tuhan yang berada di hadapannya.
"Citra, kenapa bukan aku orang yang pertama kali bertemu denganmu, dan jika aku dan kamu nanti berjodoh, maka aku adalah laki-laki yang paling beruntung di dunia ini," batin Angga. Ia terus menatap Citra hingga membuat wanita itu salah tingkah.
Bahkan pramusaji pun meletakkan makanan pesanan mereka dihadapannya, Angga masih belum bergeming. Ia terus menatap Citra dengan tatapan sulit diartikan.
Melihat hal itu, Citra akhirnya mau tidak mau mencubit pinggang Angga, hingga membuat laki-laki tampan itu menjerit kecil.
"Aw... sakit!" pekik Angga sambil mengusap pinggangnya yang terasa sedikit berdenyut.
Mungkin Citra terlalu kencang mencubit pinggang Angga, hingga membuat laki-laki itu meringis menahan sakit.
Bukannya merasa bersalah, Citra malah menyunggingkan senyuman.
"Maaf," ucap Citra akhirnya.
"Habis sejak tadi aku perhatikan, kamu terus saja menatap diriku, memangnya ada yang salah dengan penampilanku," ujar Citra lagi, kemudian dia memperhatikan penampilannya sendiri.
Angga menatap Citra dengan dalam, lalu dia meraih tangan Citra dan menggenggamnya.
"Tidak ada yang salah dengan penampilanmu," ucap Angga disertai senyuman manis.
Citra lagi-lagi salah tingkah, lalu dia melepaskan tangannya dari genggaman Angga.
"Maaf, ayo kita nikmati makanan ini, nanti kalau sudah dingin tidak enak."
Tanpa mampu berucap sepatah katapun, kemudian Angga menikmati makanan yang berada di hadapannya. Karena takut membuat Citra tidak nyaman.
Jadi dia lebih memilih diam dan sesekali melirik ke arah Citra, yang menikmati makanannya dengan lahap.
****
Chit….
Mobil yang dikendarai oleh Rifki dan Syasi tiba-tiba berhenti tepat di depan sebuah restoran mewah, hingga membuat Syasi mengerutkan kening.
"Mas, bukankah kita mau pergi ke Mall. Tapi kenapa kita berhenti di sini?"
"Kita makan siang dulu sayang, setelah itu baru kita jalan-jalan ke Mall, soalnya mas lapar." ucap Rifki sambil mengusap perutnya yang mulai keroncongan.
Ya, bagaimana tidak lapar, sejak tadi pagi Rifki memang belum makan.
Kedua pasangan itu pun keluar dari dalam mobil, dan berjalan masuk kedalam restoran.
Di dalam restoran.
Rifki mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru restoran untuk mencari kursi yang kosong.
Namun, bola matanya tiba-tiba membulat sempurna saat melihat Citra sedang berduaan dengan laki-laki lain, dan laki-laki itu adalah Angga.
Emosi Rifki kembali memuncak, saat melihat Citra bersama dengan Angga.
"Angga," ucapnya sambil mengepalkan tangan lalu dia berjalan tergesa menuju meja Angga dan Citra.
Melihat hal itu, Syasi pun berusaha menenangkan Rifki.
"Mas Rifki," panggil Syasi sambil menarik pergelangan tangan Rifki.
Namun Rifki langsung menepis tangan Syasi, dan berjalan tergesa menuju ke arah meja yang ditempati oleh Citra dan Angga.
Angga yang sedang bersenda gurau dengan Citra, tiba-tiba tersentak saat seseorang mendaratkan bogem mentah pada pipinya.
Angga yang tidak mempunyai persiapan sama sekali, tak mampu menghalau pukulan Rifki yang begitu tiba-tiba. Alhasil, Angga pun akhirnya terjungkal ke belakang bersama dengan kursi yang ia tempati.
"Mas, kamu tidak apa-apa?" tanya Citra sambil membantu Angga untuk berdiri. Dan menatap kearah Rifki dengan tubuh gemetar.
Sebab, Citra kembali teringat akan kejadian beberapa bulan lalu, dimana Rifki menculiknya dan melakukan kekerasan ******* terhadap dirinya.
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr