Ku Jadikan Sepupuku Sebagai Maduku

Hari bahagia Manda dan Digo, yang mereka tunggu-tunggu. Sekaranglah hari itu, hari pernikahan Manda dan Digo, pernikahan secara resmi yang disaksikan banyak orang. Tidak lagi tertutup seperti dahulu.

Manda sangat degkan sekali, ia dituntun kedua Mommynya menuju tempat akad nikah mereka.

"Saya terima nikah dan kawinnya Amanda Stevani Ferlando binti Rezka Steven Ferlando dengan mas kawin seperangkat solat, emas batangan seberat 100 gram dan uang sebesar 305 juta USD dibayar tunai." Dengan satu tarikan nafas, Digo berhasil mengucapkan ijab qabul dengan lancar.

305 juta USD itu bukan angka biasa, melainkan punya arti khusus 305.000.000 USD ditulisnya 3 itu adalah tanggal lahir Manda, 05 adalah bulan lahir Manda Yaitu bulan Mei. Sedangkan 000.000 itu sengaja Digo kalikan satu juta USD. 305.000 USD jika dirupiahkan adalah kira-kira 4 triliun lebih.

Awalnya Manda tidak mau, diberikan mahar yang terlalu banyak. Namun, Digo memaksanya. Digo mengatakan Manda memang pantas mendapatkan mahar yang banyak, karena Manda adalah wanita yang sangat spesial bagi Digo.

"SAH!" Mereka mengucapkan alhamdulilah, karena Manda dan Digo sudah sah menjadi suami istri baik secara agama maupun secara negara.

Manda mencium tangan suaminya, Digo mencium kening istrinya. Mereka berdua bergantian menandatangi surat-surat, lalu penghulu memberikan buku nikah kepada pengantin baru itu. Selanjutnya, Digo memasangkan cincin nikah mereka, bergantian dengan Manda yang juga memasangkan cincinnya pada Digo.

Sejak acara dimulai, Digo dan Manda selalu tersenyum. Mereka sangat bahagia akad nikah mereka bisa berjalan dengan lancar, mereka berdo'a semoga acara selanjutnya juga bisa berjalan lancar.

"Gila keren banget maharnya," ujar Shena takjub.

"Manda memang pantas mendapatkan semua itu," balas Zatta.

"Kira-kira nanti kita dapat kayak gitu juga enggak ya?" tanya Sheira iseng.

"Berdo'a aja, semoga kita nanti bisa kayak Manda. Diperlakukan seperti ratu oleh pria yang tepat, karena pria itu pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita," kata Shena yang diaamiinkan  oleh kedua sahabatnya.

"Asal jangan dipoligami juga aja kayak Manda, enggak bakalan sanggup aku," celetuk Zatta pelan yang hanya terdengar oleh dirinya dan kedua sahabatnya.

"Hust! Nanti kedengeran orang enggak enak," ujar Shena mengingatkan sahabatnya.

"Mending kita samperin pengantinnya yuk," ajak Sheira.  Mereka bertiga menghampiri pengantin, untuk mengucapkan selamat lagi. Mereka tidak lagi lupa membawa kado.

"Makasih ya kadonya," kata Digo dan Manda kompak.

"Sama-sama."

"Foto yuk," ajak Manda. Digo memanggil Darrel untuk ikut berfoto, biar teamnya yang lain saja yang memfoto mereka. Darrel yang berdiri di samping Zatta, membuat Zatta sangat deg-degkan. Jika ditanya perasaannya pada Digo, ya jelas masih ada. Namun, Darrel hanya menganggap Zatta adik sejak dulu. Tidak lebih, itu yang membuat Zatta sedih.

Fallah sendiri tidak terlihat batang hidungnya, Digo tidak ambil pusing dengan ketidak hadiran Fallah. Mungkin memang Fallah sedang sangat sibuk sekali.

"Jadi fotografer terus Rel, kapan nih jadi pengantin yang difotoin," gurau Digo pada sahabatnya. Darrel hanya tersenyum, tidak berminat membalas gurauan sahabatnya.

"Ketiga sahabatku masih single loh Bang Darrel, kali aja mau pilih salah satu." Kini Manda malah ikutan, yang ia ledek bukan hanya Darrel. Namun, ketiga sahabatnya  sontak langsung membuat ketiga sahabatnya itu melotot pada Manda.

"Enggaklah, kamu sama mereka bertiga udah kayak Adik aku sendiri, tau Man. Jadi ya enggak mungkinlah," balas Darrel akhirnya. Mendengar hal itu, dalam hati Zatta merasa sangat sedih. Namun, ia berusaha terlihat kuat di hadapan sahabatnya. Ia juga tidak mungkin menangis di hari bahagia sahabatnya, apalagi tangisan kesedihan.

"Iya, percaya kok. Tapi kalau jodoh Abang emang salah satu sahabatku, masa Abang mau nolak takdir enggak kan?" balas Manda tidak mau kalah.

"Udah, sayang. Kasihan Darrel kalau kita ledekin terus."

***

Manda terlihat cantik dengan saree marron, untuk resepsi malam hari temanya memang India. Setelah pagi akad Manda memakai sigersunda, dilanjutkan baju adat jawa. Terakhir ini memakai baju India.

Tak ketinggalan musik India, dan tarian Indianya. Jika tidak ada banyak tamu, mungkin Manda akan ikut menari India. Tamu yang dinundang kebanyakkan adalah klien, baik klien keluarga mereka atau klien mereka sendiri. Untuk teman SMA, hanya para sahabat mereka saja yang diundang, keluarga jauh dekat semua diundang. Teman SMA Digo, kan banyak juga yang menjadi temannya Kiara, dari pada teman mereka memberikan info pada Kiara. Lebih baik tidak perlu mengundang, untuk keluarga besar Rezka juga sudah diberitahu, tidak boleh ada yang membocorkan pernikahan Manda dan Digo pada Kiara. Bukan hanya itu pencegahannya, Digo meminta para tamu tidak menguplop tentang pesta pernikahan ini.

Mereka benar-benar berusaha menutupi pernikahan Manda dan Digo dengan rapih, untuk sekarang ya jangan sampai Kiara tahu.

Tempatnya pun sangat mewah dan mewah, untuk hotel yang digunakan adalah Hotel keluarga Revano. Jadi mereka bisa menggunakannya sepuasnya, 3 hari sebelum hari pernikahannya, hotel tidak menerima tamu orang lain. Selain keluarga besar Manda dan Digo.

"Kamu tuh cantik banget sayang," puji Digo tulus. Mereka sedang duduk di pelaminan, temanya India bukan hanya pengantin yang memakai baju India. Para tamu juga banyak yang memakai baju India.

Semua terlihat cantik dan tampan tanpa terkecuali.

"Mas juga tampan, banget."

"Sesuai dengan pernikahan impian kamu enggak sayang?" tanya Digo berbisik.

"Sesuai banget, makasih udah mau wujudin pernikahan impian Manda. Manda bahagia banget hari ini, secara resmi Manda menjadi istri Mas Digo," balas Manda dengan senyum manisnya.

"Sama-sama, sayang. Sudah kewajiban Mas, membahagiakan kamu, sayang. Untungnya kita segera nikah resmi, enggak tau deh kalau ditunda lagi. Bisa-bisa makin banyak yang melamar kamu tau, sayang."

"Apaan deh, Mas," kesal Manda, karena bisa-bisa Digo malah membahas hal itu di hari pernikahan mereka.

"Yang Mas ucapin bener loh, si Fadhil tuh enggak ada angin enggak ada ujan langsung aja ngelamar kamu. Bawa orang tua segala, enggak dipikir dulu yang di lamar tuh bakal mau apa enggak. Kalau gini kan malu jadinya. Heran, Mas tuh sama dia, sayang." Digo jadi teringat beberapa hari tepatnya.