mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukti Bukti
Di tengah malam, Alen dan Kai sampai di kediaman sementara para member SM dan juga Yuan. Beberapa member yang tidak tahu akan rencana kedatangan Alen dan Kai kaget dengan kehadiran mereka.
“tumben kalian datang kemari tanpa memberi kabar terlebih dahulu, tengah malam pula.” tanya Giyo.
“aku sengaja tidak memberi kabar kalian perihal kedatanganku kemari, tapi Jimi dan Ian sudah tahu kalau kami akan datang.” jawan Alen.
“kenapa kalian tidak memberi tahu kami.?” tanya Jonath kepada Jimi.
“jangan menyalahkan mereka, karna itu permintaanku. Kedatanganku kemari menyangkut tentang kondisi Yuan.” ucap Alen.
Mendengar apa yang di katakan Alen, serentak mereka semua memandang ke arah Alen.
“apakah kalian mempunyai kabar terbaru dari insiden ini.?” tanya Soni.
“sebelum melanjutkan pembicaraan, bisakah kita berbicara di ruangan yang lain.?” pinta Kai.
Memahami apa yang akan di sampikan kedua lelaki yang datang dari jauh adalah hal yang sangat rahasia, Jonath segera membawa mereka ke ruangan yang ada di lantai dua.
Tempat yang biasanya mereka gunakan untuk meeting dengan para petinggi dari SM dan juga para sponsor.
Setelah memastikan tidak ada orang lain yang mengikuti, Ian segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
Alen mengeluarkan berkas dari dalam tasnya dan menyerahkan kepada Jeano, lelaki itu menerima dan segera mengeluarkan isi kertas laporan yang ada di dalamnya.
Setelah membacanya, Jeano terbelalak dengan hasil laporaan yang tertulis dikertas itu.
“kak,, ada apa.?” tanya Ian yang ada di sampingnya.
Jeano menyerahkan kertas itu kepada Ian, agar dia membacanya sendiri. Giyo dan yang lainnya, ikut membaca di samping Ian.
“apakah kau sudah tahu siapa pelakunya.?” tanya Jeano kepada Alen.
“bahkan Yuan sudah mengetahuinya.” jawab Alen.
“kenapa selama ini dia tidak pernah menyampaikan kepada kami, bahkan kepadaku.” ucap Jeano.
“saat itu dia memiliki pertimbangan sendiri, dan juga dia juga belum yakin sepenuhnya. Itu sebabnya dia tidak mau memberikan pernyataan yang absurd, yang mungkin akan membuat kalian saling mencurigai satu sama lain.” jelas Alen.
“di dalam aplop itu juga ada hasil cctv dari hotel yang pernah di pergunakan oleh Kai menginap sewaktu di Vena tempo hari, itu adalah salah satu bukti kecurigaan Yuan. Kai meminta rekaman itu kepada pihak keamanan hotel beberapa hari yang lalu.” jelas Alen.
“katakan kepada kami, siapa orang yang melakukan ini.?” tanya Jonath setelah membaca hasil laporan.
“sebelum itu, Jeano, bagaimana dengan hasil penyelidikanmu.? adakah yang kau curigai.?” tanya Alen sebelum menjawab pertanyaan Jonath.
Jeano memandang Alen tajam, dia bingung jika harus mengatakan kecurigaannya di depan semua saudara saudaranya.
“katakanlah, mungkin kau sepemikiran dengan kami dan juga Yuan.” ucap Kai.
“Hyungga, apakah kau akan percaya jika orang yang dekat denganmu adalah pelaku dari semua kejadian yang menimpamu dan Yuan.?” tanya Jeano kepada Hyungga.
“maksud kakak.?” tanya Hyungga bingung dengan pertanyaan Jeano.
“bagaimana kalau ternyata dalang di balik kecelakaan yang menimpa Yuan adalah orang yang dekat denganmu. Itu maksud kak Jeano.?” Ian mengulang kalimat Jeano.
“apa maksudmu.? kalian mencurigai siapa.?” tanya Hyungga masih tidak percaya dengan tuduhan saudara saudaranya.
“siapa yang kalian maksud, kalau memang apa yang kalian tuduhkan adalah benar apakah kalian bisa menunjukan buktinya kepadaku.?” tanya Hyungga.
“lalu kalau terbukti benar, apa yang akan kau lakukan kepadanya.?” tanya Jeano lagi.
“jika semua yang kalian tuduhkan adalah benar, aku sendiri yang akan mengeluarkannya dari management.” jawab Hyungga dengan emosi.
“hanya seperti itu.? bagaimana dengan segala kejadian yang menimpa Yuan.?” tanya Kai.
“jangan menuduh jika tidak ada bukti.” ucap Hyungga memandang Kai dengan tatapan menantang.
Jeano berjalan kearah televisi dan memasang diska lepas yang di dapatkannya dari kakaknya, dan memutar video yang tersimpan di dalamnya. Semua orang terkejut melihat rekaman ccvt dari rumah sakit yang memperlihatkan semua aktifitas mencurigakan Dio, tentu saja hal itu membuat semua orang yang ada di sana menjadi geram.
Hyungga melihat pemutaran video itu dengan tatapan tidak percaya, bingung harus berkata apa sedangkan semua sudah terpampang jelas di video dan di saksikan semua orang yang ada di sana.
“tidak mungkin.” ucap Hyungga lirih.
“dari mana kau mendapat rekaman ini.?” tanya Alen kepada Jeano.
“saat datang menjenguk Yuan, kakakku merasa ada yang aneh dengan keadaan Yuan. Kemudian dia meminta rekaman cctv dari awal Yuan masuk, hingga saat kalian datang. Dan hasilnya adalah yang sedang kita lihat saat ini.” jelas Jeano.
Hyungga memucat, tersandar lemas disofa antara percaya tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dia dengar. Semua orang yang berada di sana memandang ke arah Hyungga, memahami apa yang sedang di pikirannya.
Jeano mendekat dan duduk di samping Hyungga, menepuk pundak adiknya yang tampak galau itu.
“bagaimanapun juga, kau harus bisa mengambil keputusan. Kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan kedepannya.” ucap Jeano.
“apakah kau merasa akhir akhir ini mempunyai musuh atau orang yang berselisih paham denganmu.?” tanya Alen sambil duduk di depan Hyungga.
Hyungga memandang Alen, mencoba mengingat ingat apakah dia pernah menyinggung orang lain. Kemudian Hyungga menggelengkan kepalanya.
“seingatku, selama ini aku tidak pernah ada masalah dengan siapapun. Bahkan saat bertemu dengannya, ketika pertama kali dia bergabung di agensi ini pun dia tidak menunjukan sikap yang aneh, seperti tidak pernah ada masalah denganku.” ucap Hyungga menjelaskan.
“bagaimana dengan orang lain yang dekat dengannya.?” tanya Alen sekali lagi.
“maksudmu Mitha.?”
“kalau aku pribadi tidak pernah ada masalah dengannya, kalau dengan Yuan mungkin. Kalian tahu sendiri bagaimana dengan mereka dari awal pertemuan.” jelas Hyungga.
Alen terdiam mendengar penjelasan Hyungga, dalam pikirannya apakah semua ini berhubungan.? tapi sasaran awal mereka adalah Hyungga bukan pada Yuan.
“Ian,bisakah aku minta tolong kau putarkan video yang ada di diska lepaa yang itu.?” ucap Alen sembari menunjuk sebuah benda pipih diatas meja.
Ian kemudian beranjak dan melakukan hal yang di sampaikan Alen.
SaatbVideo diputar, semua orang semakin terperanjat dengan apa yang mereka lihat.
Waajah Hyungga memerah karna menahan emosi, tidak tau apa yang harus dia lakukan.
“bagaimana menurutmu.?” tanya Alen kepada Hyungga.
Hyungga tidak menjawab, dia hanya menundukan kepala. Dalam hati nya sangat kecewa dengan kedua orang yang sudah di percayanya itu.
“lalu apa yang akan kau lakukan kepaadanya sekarang.?” tanya Alen kemudian.
Hyungga hanya menggelengkan kepalanya.
“Bagaimanapun juga, jika kita melihat dari tindakan Dio selama ini, sepertinya dia masih menargetkan Yuan.” ucap Jeano.
“kau benar, menurut kalian apakah ada jaminan meskipun Yuan sudah berada di antara kalian dia akan baik baik saja.?” tanya Alen, tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
Melihat kondisi Hyungga yang semaakin kacau, Jonath menyarankan untuk melanjutkan pembicaraan ini esok hari.
“sudahlah, lebih baik kita beristirahat saja dulu. Kita bicarakan lagi semua esok, yang terpenting sekarang Yuan sudah berada di antara kita semua.” ucap Jonath berusaha menenangkan mereka.
Keesokan harinya, Yuan terbangun saat mendengar telepon Meri berdering sangat kencang. Yuan melempar bantalnya ke arah Meri yang tidur di sampingnya.
“kau tidak mendengar, ponselmu berdering keras seperti itu.?” ucap Yuan.
Meri hanya meraba raba mencari ponselnya, dengan tetap memejamkan matanya.
“hallo,,,” ucapnya menjawab panggilan dari seberang ponsel tanpa membuka matanya.
“aku tidak ada plann hari ini, tapi aku tidak tahu bisa datang atau tidak karna saudaraku baru saja keluar rumah sakit dan aku harus menjaganya beberapa waktu ini.” ucapnya, menjawab entah pertanyaan apa dari seberang.
“heeem,, baiklah. Nanti aku kabari lagi,bye.” ucapnya sambil meletakan kembali ponselnya sembarangan
Matanya masih tertutup, dan Meri kembali menarik selimutnya. Yuan terduduk bersandar di punggung tempat tidurnya, melihat tingkah sahabatnya itu memukulkan kembali bantal ke arahnya.
“kau mau bangun jam berapa, ini sudah jam tujuh pagi.” ucap Yuan.
“eeemmm, aku masih ngantuk, biarkan aku tidur sebentar lagi.” ucap Meri dengan malas.
“baiklah, tidurlah lagi aku akan kekamar mandi sendiri.” ucap Yuan.
Mendengar kata ‘sendiri’ yang di ucapkan Yuan, Meri segera membuka matanya dan memandang sahabanya itu.
“kau sungguh ingin aku mati di tangan tuan mudamu.?” ucapnya sambil membuka selimutnya, tapi tidak beranjak dari tempatnya.
“kau tahu aku membutuhkan waktu yang lama di kamar mandi, kalau aku tidak siap siap sekarang aku akan ketinggalan waktu sarapanku bersama mereka.” jawab Yuan.
“baiklah, aku akan menemanimu.” kata Meri sambil beranjak dari tempat tidur.
“tidak perlu, cukup bantu aku turun dari tempat tidur.” kemudian Meribmembantu Yuan turun dari tempat tidur dan duduk di kursi roda.
“kau yakin tidak mau aku bantu.?” tanya Meri.
“tidak, aku bisa sendiri. Terima kasih.” jawab Yuan.
“jangan kunci pintu kamar mandi.” teriak Meri.
“baik nona Meri.” Yuan masuk kamar mandi dan menutup pintu tanpa menguncinya.