Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Maya dan Mahesa
Setelah beberapa hari dirawat menjalani pengobatan dan kontrol yang rutin, akhirnya kabar gembira itu nyata adanya. Salwa kini sembuh total dari penyakit yang selama ini menyerangnya sejak kecil.
"Kamu sudah siap pulang dek?? Tanya Sasya kepada sang adik yang tengah berganti pakaian untuk pulang kerumah dibantu oleh sang bunda.
"Tentu kak, aku sudah tidak sabar menjalani kehidupan normal seperti anak lainnya". Ucapnya meneteskan air matanya.
Dia teringat pada dirinya yang tak bisa kesana kemari dan beraktivitas berat seperti anak-anak seusianya karena penyakitnya sejak kecil.
"Iya dek, tapi kamu harus ingat kamu tak boleh capek banget, kamu baru sembuh dan harus jaga diri, kamu mengerti?? Tanya Sasya mengelus kepala sang adik.
"Iya kak". Ucapnya sambil tersenyum
Maya tersenyum melihat interaksi manis itu, Rara sedang berada di kantor Untuk mempersiapkan segala, peresmian yang akan dia pimpin nantinya. sedangkan Sonya sedang berangkat untuk mempersiapkan diri untuk masuk universitas di Inggris.
Mereka keluar dari rumah sakit, saat mereka berada di koridor rumah sakit, Maya berbalik karena mendengar ada yang memanggilnya.
"Maya". Teriak seorang laki-laki sambil berlari.
Mereka bertiga berbalik, alangkah terkejutnya Maya melihat sepupu satu-satunya itu menghampiri mereka. Sudah hampir 11 tahun mereka tidak pernah bertemu dan berkomunikasi.
"Abang". Ucap Maya dengan suara serak.
Keduanya saling berpelukan melepaskan rindu yang tertahan, kedua saudara sepupu ini meneteskan air matanya.
"Bagaimana kabarmu dek, kakak rindu sekali padamu". Ucap Mahesa
"Aku baik kak, bagaimana dengan kakak, kakak semakin tampan saja". Ucap Maya menggoda Mahesa.
"Kamu tidak berubah dasar anak nakal". Ucapnya menoyor kepala sang adik.
Maya terkekeh pelan, dan menabok tangan sang kakak yang menoyor kepalanya. Sedangkan kedua anak Maya itu melongo menyaksikan keakraban sang bunda dengan seorang laki-laki yang tidak mereka kenal.
"Bunda, siapa om ini, kok kalian akrab banget". Sasya menatap bundanya dengan tatapan selidik.
Maya tersenyum bahagia, " Dia kakak bunda satu-satunya nak, Dia om kalian namanya Om Mahesa, kalian sapa deh". Ucap Maya memperkenalkan Mahesa.
Keduanya langsung mencium tangan saudara bunda mereka itu dan tersenyum secara bergantian.
"Saya Sasya om dan ini adik saya namanya Salwa".
"Salam kenal anak-anak cantik, tunggu sebentar, om panggilin anak dan istri om dulu". Ucap Mahesa berjalan kembali mencari sang istri dan kedua anaknya.
Setelah menemukan mereka, Mahesa mengajak mereka bertemu dengan Maya dan anaknya.
"Nah sayang, anak-anak, ini tante Maya saudara Ayah dan ini anak-anak nya". Ucap Mahesa kepada keluarganya memperkenalkan Maya.
"Loh kak Sasya bukan sih?? Tanya Nisya melihat orang yang dikenalkan pada nya.
"Loh Nisya yah kan?? Tanya Sasya memperhatikan secara intens gadis dihadapan ini.
"Kalian saling kenal?? Tanya Mahesa kepada keduanya.
"Tentu lah ayah, kak Sasya ini teman sekelasku waktu SMA kelas 3 tapi usianya dibawah ku 3 tahun". Ucap Nisya.
"lah kok bisa kelas kalian sekelas tapi kalian selisih 3 tahun". tanya Mahesa dan istrinya dengan bingung.
"Anakku ini anak Akselerasi Abang, makanya dia berusia 14 tahun saat dia SMA kelas 3".
"Ehh.. itu serius Maya?? Tanya Mahesa tidak percaya.
"Ya memang seperti itu kak dan sekarang anakku ini sedang menempuh spesialis dokter dengan program beasiswa".
"Ya Ampun hebat banget". Ucap Mahesa dengan kagum.
" Oh iya kalian sibuk tidak, kita kerumah aku aja ngobrol soalnya anakku baru keluar dari rumah sakit". Ucap Maya begitu melihat Salwa yang sejak tadi diam, saking bahagianya dia lupa bahwa anaknya baru keluar dari rumah sakit.
"Boleh deh, kamu tidak keberatan kan sayang?? Tanyanya kepada istrinya untuk meminta pendapat.
"Tentu, kalian baru bertemu lagi setelah sekian lama, pasti kamu ingin tahu dimana mereka tinggal". Ucap Nara dengan penuh pengertian.
"Terima kasih yah sayang, kalian berdua tidak keberatan?? Tanya nya kepada kedua anaknya.
"Tidak kok yah, kami senang akhirnya bisa bertemu dengan keluarga ayah". Ucap Nabila si anak bungsu Mahesa.
"Ya Udah, Ayo kita pergi, kalian ikuti saja mobil kami nanti". Ucap Maya tersenyum.
Mereka semua berjalan ke mobil masing-masing dan berangkat kerumah Maya untuk mengobrol banyak.
Sesampainya disana Maya mempersilahkan kakaknya dan ipar itu beserta keponakannya untuk beristirahat.
"Kalian istirahat dulu, bagaimana kalau kalian dikamar tamu, mau ga?? Tanya Maya dengan senyuman manis.
"Kami di ruang santai saja Maya". Tolak Nara dengan halus.
"Baiklah, aku antar kalian keruang santai di lantai 2, Yuk". Ajaknya lagi.
Mereka semua mengikuti Maya karena kamar Salwa dan Sasya juga berada di lantai 2.
"Nah ini ruang santainya, kalian disini dulu, aku urus anakku dulu, anggap saja rumah sendiri jangan sungkan-sungkan, kita kan saudara". Ucap Maya dengan tersenyum
"Iya dek, makasih yah". Mahesa mengelus kepala sang adik dengan sayang.
"Saya tinggal ke kamar sebentar yah om, tante, Nisya nanti setelah bersih-bersih saya kesini lagi". Ucap Sasya dengan sopan.
"Iya nak, silahkan". Ucap keduanya dengan kompak sedangkan Nisya menganggukkan kepalanya mempersilakan.
Maya berjalan kearah kamar sang anak, dia sudah meminta bibi untuk menyiapkan makan siang dan keperluan untuk menjatuhkan saudaranya.
"Kamu istirahat dulu yah sayang, bunda keluar dulu untuk menemani om dan tante serta sepupu kalian". Ucap Maya mengelus kepala Salwa saat melihat anaknya berbaring di ranjangnya.
"Iya bunda, aku akan panggil bunda jika ada apa-apa, lagian aku sudah merasa enakan, hanya kata kakak belum bisa banyak beraktivitas".
"Iya nak nanti minggu depan kamu sudah ujian untuk masuk SMP akselerasi jadi kamu perbanyak istirahat dulu, bunda keluar yah".
"Iya bunda". Ucap Salwa mengecup pipi sang bunda.
Maya keluar dari kamar sang anak kemudian ke kamarnya untuk bersih-bersih kemudian keluar dari kamarnya bertemu dengan keluarganya bersamaan dengan Sasya yang keluar dari kamarnya.
"Maaf abang, mba jika kami lama".
"Tidak apa Maya, kami mengerti kalian baru pulang dari rumah sakit jadi pasti akan bersih-bersih dulu". Ucap Nara dengan penuh pengertian.
"Terima kasih mbak, sering-sering main kesini yah, nanti gantian aku yang main kerumah mbak , kalau perlu kami menginap deh". Ucap Maya dengan manja.
"Yah keluar deh sifat manjanya". Ledek Mahesa kepada adiknya itu.
"Bodoh amat, kan abang tahu sejak dulu aku pengen banget punya kakak perempuan karena aku sudah punya abang".
"Aku juga anak tunggal May, aku juga pengen sekali punya adik perempuan, eh malah dapat yang langsung besar dan jadi ibu pula". Jawab Nara dengan tertawa senang.
"Yayaya kalian memang sangat cocok". Cemberut Mahesa
"Jelek itu muka abang, tidak usah kasih tampang begitu".
"Oh iya dek, kakak boleh tanya, benar kamu istri Rasya Putra Erlangga??
Mendengar pertanyaan sang kakak, wajah Maya dan Sasya langsung berubah tidak suka, senyum yang tadinya merekah kini berubah suram. Mahesa dan Nara saling melirik satu sama lain.
Apa sebenarnya terjadi?? pikir mereka berdua
tapi kita perlu tau sebelum membuat masalah untuk orang lain maka jangan lah membuat luka kepadanya ... karena menyembuhkan luka sangat sulit , kita bsa bilang iya kita maafkan tapi dihati kita juga terselip kalimat " kenapa ini harus terjadi ? teramat sulit untk memaafkan karena luka lama dipendam bertahun sulit untk dilupakan.
wajar sich sonya marah besar. umur dia masih kecil banget tp disiksa cinta pertamanya and keluarganya puncaknya diusir dr rumah secara kasar. jadi traumanya pasti dalem banget n dia jauh lebih hancur drpd sasya yg lebih besar