[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏
Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.
Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.
Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.
3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.
Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.
Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?
Simak ceritanya di sini.😉
Happy Reading All! 📚☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FOMC part 31
Cukup lama Kirana dan Laksmi berbincang, hingga Daniel menghampiri istrinya yang berada di ruang tamu.
"Siapa yang datang, Mah?"
"Eh Papa. Ini loh Pah, gadis yang waktu itu Mama pilihkan untuk Azka."
"Wah, orangya lebih cantik ya, Mah?"
"Iya dong Pah."
"Kalau di lihat dari cara Om, dia pasti menyetujui kalau aku menjadi menantunya. Aku harus pandai-pandai mengambil hati agar aku di sukai oleh keluarga Azka," batin Kirana.
"Hallo Om," sapa Kirana.
"Iya, gimana dengan pendidikanmu Kinara?"
"Baik Om. Aku Kirana Om, bukan kinara."
"Haha. Jadi Om salah, ya? Namamu sudah begitu lama Om dengar jadi Om fikir namamu itu Kinara."
"Hehe, tidak apa-apa Om."
"Oh iya, dulu Tante sering menceritakan tentangmu pada Om."
"Benarkah?"
"Iya. Katanya kamu merintis keriermu sebagai seorang model, ya?"
"Iya Om. Beberapa hari yang lalu kontrak kerjaku di negara J sudah selesai, dan pendidikkanku juga telah selesai. Jadi kuputuskan untuk kembali ke negara asalku."
"Bukankah negara asalmu berada di kota M? Kenapa kamu berada di sini?"
"Oh, itu karena aku diundang untuk menghadiri ulang tahun perusahaannya Azka Om."
"Oh Tapi---"
"Sudahlah Pah, jangan menyulitkan Kirana lagi!"
"Baiklah Mah. Kamu sudah makan, Kirana?"
"Belum Om."
"Kebetulan sekali, kami juga belum makan malam. Ayo, sekalian kita makan bersama saja!"
"Tidak usah repot-repot Om."
"Tidak apa-apa. Mari!"
"Sudah ikuti saja," timpal Laksmi.
"Baiklah Tante."
Mereka duduk di kursi makan. "Di mana Riski Mah?" tanya Daniel pada Laksmi.
"Lagi keluar Pah."
"Oh ya sudah, Kirana silahkan makan, Nak!"
"Baiklah Om." Mereka makan dalam diam. Setelah makan Kirana pamit untuk pulang dan kembali ke Hotel tempat ia menginap. Kirana mengistirahatkan tubuhnya, menyiapkan diri untuk bertemu dengan Azka besok pagi.
Keesokkan paginya, Kirana terbangun dan mandi, setelah itu dia berganti pakaian. Kirana memakai dress merah terang tanpa lengan, panjangnya batas lutut ke atas. Baju berdada huruf V itu sedikit memperlihatkan oppai Kirana yang menyembul keluar, membuatnya nampak seksi dan anggun.
Dia kemudian pergi ke perusahaan milik Azka. Sesampainya di lobby, dia di tanya oleh seorang resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?"
"Di mana ruangan Azka?"
"Apakah Ibu sudah buat janji?"
"Belum."
"Maaf Bu, sesuai peraturan yang ada di perusahaan, Ibu harus membuat janji terlebih dahulu untuk menemui pak Direktur."
"Aku tidak perlu membuat janji. Jangan membantahku atau kamu akan di pecat!"
"Hah? Wanita ini berani mengancamku, dia juga menyebut nama Pak direktur dengan sebutan namanya saja," batin penjaga resepsionis.
"Ah iya Bu, silahkan naik ke lantai paling atas Bu, di sana ada tiga ruangan, ibu tinggal masuk saja keruangan yang bertuliskan 'Ruangan CEO'," ucap sang resepsionis tidak mau mencari masalah, apalagi sampai di pecat.
"Jangan panggil aku Ibu, seterusnya kamu harus memanggilku dengan sebutan Nyonya."
"B-Baiklah."
"Apa katanya barusan? Nyonya? Jangan-jangan dia calon istrinya pak Direktur. Lupakanlah, fokus saja pada pekerjaan jangan mengurus urusan orang lain, apalagi urusannya pak Direktur," batin penjaga resepsionis.
Kirana berjalan menghampiri lift dan menekan tombol ruangan paling atas, dari semua ruangan yang ada.
Sesampainya di lantai atas. "Apa yang membuat anda datang ke sini, Nona?" Tanya Arya yang sudah menunggu Kirana. Arya sudah mengetahui kedatangan Kirana dari orang suruhannya.
"Jangan mencoba menghalangiku Arya!"
"Cih, dasar tidak tahu malu!" batin Arya geram.
"Baiklah Nona, silahkan lewat sini!" Arya menuntun Kirana untuk masuk ke ruangan Azka.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!"
"Silahkan masuk Nona!" Tanpa menjawab, Kirana pun memasuki ruangan Azka, sedangkan Arya kembali ke ruangannya.
Di dalam ruangan Azka. "Lama tak berjumpa, kamu makin tampan saja Az," ujar Kirana pada Azka, yang sedang berkutat dengan laptop pribadi miliknya.
Menoleh, berhenti dari pekerjaannya. "Kamu juga sudah banyak berubah."
"Apa dia sedang memujiku? Tentang apa ya? Pendidikan? Karier? Atau bentuk tubuh. Jika difikirkan membuatku malu saja," batin Kirana kasmaran.
"Hehe, kamu jangan memujiku seperti itu. Aku sama sekali tidak berubah kok." Kirana berucap selembut sutra.
"Cih, siapa yang memujimu?" batin Azka mendecih.
"Apa yang membuat seorang model sepertimu datang ke sini?"
"Kau tahu Az, aku kangen banget sama kamu."
"Setelah apa yang kau lakukan padaku di masa lalu?" batin Azka mencemooh.
"Tapi sayangnya aku tidak mengingatmu," ucap Azka datar.
"Jika kamu tidak mengingatku, kenapa kamu malah mengundangku ke acara ulang tahun perusahaanmu?"
"Itu karena agar aku dapat membalas semua perbuatanmu padaku," batin Azka.
"Kamu jangan salah paham Kirana. Banyak artis dan model juga, yang aku undang secara resmi dan bukan hanya kamu saja."
"Hehe, jadi aku salah mengerti, ya? Aku ke sini hanya untuk menemuimu, kemarin malam aku pergi ke rumahmu dan ternyata kamu tidak tinggal di sana."
"Dasar tukang cari muka!" batin Azka.
"Kenapa kamu ke sana?"
"Kau tahu Az, ayah dan juga ibumu sangat menyukaiku mereka ingin sekali kamu menikahiku."
"Ibuku hanya satu dan wanita itu bukanlah ibuku. Menikah? Denganmu? Mimpi!" batin Azka mencemooh.
"Terus?" tanya Azka acuh tak acuh.
"Kupastikan kita akan segera bertunangan."
"Maaf, aku selamanya tidak akan pernah mencintaimu," ucap Azka tegas pada Kirana.
"Karena dihatiku hanya ada Amel," batin Azka.
"Tidak mungkin! Aku yakin setelah semua perubahan yang terjadi padaku, kamu pasti sudah terpesona walau hanya sedikit."
"Tidak sedikit pun aku terpesona dengan perubahan yang ada pada dirimu."
"Kamu!"
"Kenapa marah? Semua yang kukatakan itu kenyataannya."
"Sabar Kirana sabar, kamu hanya perlu sedikit mengodanya," batin Kirana.
"Baiklah Az," ucap Kirana menghampiri Azka yang berada di kursi kerjanya. Kirana mengoda Azka, duduk dipangkuan Azka dan membisikkan kata-kata penuh godaan.
"Kamu yakin, tidak sedikit pun tertarik padaku?" bisik Kirana manja.
Azka mengikuti permainan Kirana dan balik mengodanya. "Kalau seperti ini mungkin aku akan hilang kendali," bisik Azka pada Kirana.
"Cih, pura-pura tidak tertarik padaku, nyatanya malah tertarik," batin Kirana.
Kirana memainkan jari telunjuknya di dada bidang milik Azka, menatap Azka dalam, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Azka.
"Turunlah Kirana!"
"Kenapa sayang?"
"Turunlah dari pangkuanku!"
"Baiklah kali ini aku mengalah, lain kali akan kupastikan kamu bertekuk lutut padaku," batin Kirana. Kirana bergegas turun dari pangkuan Azka.
"Pekerjaanku masih banyak. Sekarang pergilah dari sini! Dan datanglah sesuai hari yang tertera di undangan!"
"Huh, baiklah. Aku pergi dulu!" Kirana berjalan keluar ruangan dengan kekesalan yang membara, dia sudah mencoba menahannya tetapi tetap saja tidak bisa.
Di tambah lagi saat dia keluar dari ruangan Azka, dia melihat seorang wanita sedang menatapnya dan membuatnya semakin kesal.
"Apa loe lihat-lihat! Kenapa menatap gue seperti itu?" bentak Kirana pada wanita itu.
"Eh, M-Maaf Bu." Wanita itu sedikit gugup ditanya kasar oleh Kirana.
"Cih! Ibu? Aku tidak setua itu! Awas saja kamu, jangan sampai membuatku tambah kesal!" batin Kirana.
"Apa yang loe katakan, hah? Ibu? Apa mata loe buta, ya?"
"Kenapa dia malah terus menatapku seperti orang bodoh?" batin Kirana, menatap sinis ke arah wanita itu.
"Woi, apa loe tuli? Gue sedang bicara, kalau gue nanya itu di jawab!"
"Eh, K-Kenapa?"
"Loe siapa di sini?"
"Saya sekretarisnya pak Azka, Bu."
"Sekretaris? Seorang wanita? Kok aku nggak tahu, ya? Tante juga tidak memberitahuku tentang wanita ini," batin Kirana.
"Sudah di bilangin jangan panggil gue dengan sebutan Ibu, gue adalah calon Nyonya di sini, jadi loe harus memanggil gue dengan sebutan Nyonya, apa loe mengerti?" bentak Kirana.
"Gue harus ngomong gitu, agar dia tahu di mana tempatnya berada," batin Kirana.
"Memangnya kenapa kalau aku memanggilmu dengan sebutan Ibu?" Nada bicara wanita itu seakan menantang Kirana.
"Rupanya dia tidak takut dengan ancamanku," batin Kirana.
"Loe nantangin gue?"
"Aku tidak nantangin kamu, kamu saja yang terlalu nyolot."
"Nih cewek berani juga, sama aku. Dia tidak tahu apa, kalau aku lagi kesal," batin Kirana.
"Loe berani sama gue, hah?!"
"Emangnya kenapa? Kamu manusia aku juga manusia, tidak ada kata manusia takut dengan manusia."
"Berani sekali dia padaku!" batin Kirana.
"Dasar perempuan murahan! Lihat saja nanti, gue akan membuat loe membayar perbuatan loe ini!"
"It's okay, aku tunggu kabar baiknya."
"Kurang ajar, dia tidak peduli dengan ancamanku," batin Kirana penuh emosi.
"Dan satu lagi, jika Ibu lelah maka sebaiknya ibu istirahat yang baik saja di rumah. Jangan sampai penyakit gula darah Ibu naik dan mengakibatkan opname!"
"Apa dia mengejekku. Padahal aku sudah berdandan sedikit tebal, tapi tetap saja tidak dapat menutupi wajahku, dari wanita sok-sok'an ini."
"Loe---"
"Ibu harus ingat, aku bukan wanita murahan yang seperti ibu bayangkan, dan jika ibu mau tahu siapa yang murahan di sini? Maka bercerminlah dan lihatlah diri Ibu sendiri."
"Kalau bukan di perusahaan, sudah kucakar wajah wanita ini!"
"Berani sekali loe mengataiku murahan!"
"Aku tidak pernah menyebut ibu sebagai wanita murahan, tetapi jika ibu sadar diri itu juga lebih baik."
"Jadi dia mengataiku murahan! Bangs*t!"
Arya yang mendengar suara ribut-ribut di luar pun keluar menghampiri orang yang membuat keributan. "Apa yang sedang kalian ributkan di sini?" tanya Arya datar.
"P-Pak Arya!"
"Kenapa dia menjadi gugup, ini kesempatanku untuk memberi dia masalah. Haha." Kirana menjadi girang.
"Arya, segera panggil Azka kemari dan melihat apa yang wanita ini lakukan padaku!"
Tanpa bicara, Arya langsung berjalan menuju ruangan Azka, setelah mendengar seruan masuk, Arya langsung menghilang dibalik pintu. Tidak begitu lama Azka dan Arya keluar dari ruangan, menghampiri mereka.
Bersambung ... 🍃
Mampir juga di sini : My Husband's Sincere Love kak😁.
jdi rd MLS klmaan