Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke Bandung
Keesokan harinya.
Sekertaris Bara yang merupakan temannya dari Bandung sudah berada di mansion, di pagi buta mansion itu sudah terdengar keributan. Renata berkutat di dapur sebelum kedua anaknya berangkat, Bara dan Gala turun secara bersamaan. Hamzah melihat kedatangan majikannya, ia yang sedari tadi duduk di sofa pun bangkit menundukkan kepalanya.
"Selamat pagi, tuan." Ucap Hamzah.
"Ini di luar kantor, jadi jangan pake bahasa formal." Ucap Bara.
Gala tak menyapa maupun berbasa-basi dengan Hamzah, sikap dinginnya kembali terpancar dari wajahnya.
"Loe udah kasih tahu keluarga loe belum?" Tanya Bara.
"Udah, gue cuman kasih kabar ke adek. Gue gak punya anggota keluarga selain adek, kan bokap dah kawin lagi." Jawab Hamzah.
"Loh? Mereka cerai?" Tanya Bara seraya mendudukkan tubuhnya di samping Gala.
"Nyokap dah meninggal pas gue masuk kuliah, sedangkan bokap nikah sama mantannya dulu yang saat itu janda anak satu." Jawab Hamzah. Terlihat dari sorot mata Hamzah menampilkan kekecewaan, kesedihan yang bercampur menjadi satu.
"O-oh, maaf Zah. Gue gak bermaksud-" Ucap Bara menggantungkan ucapannya.
"Santai aja Bar, malahan gue mau berterimakasih sama loe udah mau nerima gue kerja di perusahaan punya loe." Ucap Hamzah menampilkan senyumnya.
"Kinerja loe bagus, makanya gue terima." Ucap Bara.
Terdengar Renata memanggil Bara dan Gala untuk sarapan terlebih dahulu, Bara mengajak Hamzah untuk ikut sarapan bersama. Violetta dan Azrio ikut turun bergabung dengan yang lainnya, tetapi saat melihat capcai membuat perut Violetta bergejolak, dia langsung berlari menuju wastafel memuntahkan isi perutnya. Azrio dan kedua orangtuanya langsung menyusul Violetta, melihat wajah Violetta yang sudah memucat membuat Azrio khawatir, ia langsung menggendong tubuh Violetta dan membawanya kembali ke dalam kamar. Gala dan Bara hendak menyusul, tetapi mereka mengurungkan niatnya kala melihat Azrio menggendong tubuh Violetta.
"Kakak kenapa?" Tanya Gala dingin.
"Biasa lah, Gal. Namanya juga hamil muda, pasti ngalamin yang namanya morning sickness." Jawab Renata.
"Apa?! Hamil?" Tanya Gala terkejut.
"Gak usah kaget gitu, makanya jangan sok dingin jadi orang. Jadinya, kak Vio hamil aja loe gak tahu." Cibir Bara.
"Napa loe gak kasih tahu, Njir." Kesal Gala.
"Salah siapa? Salah loe sendiri lah pe'ak." Sahut Bara santai.
Sebelum pergi ke Bandung, si kembar memastikan keadaan kakaknya. Meskipun Gala bersikap dingin, jika sudah menyangkut dengan anggota keluarganya ia akan tetap menomor satukan.
Violetta sudah terlelap dalam dekapan Azrio, si kembar pun berpamitan untuk melanjutkan rencana keberangkatannya. Renata meyakinkan si kembar bahwasannya Violetta akan baik-baik saja, Hamzah mengekor di belakang Bara dan Gala seraya menyeret koper majikannya itu.
"Bye, bun. Bara pergi dulu." Ucap Bara.
"Hati-hati nak, jangan lupa kabarin bunda." Ucap Renata.
Bara pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, sedangkan Gala tak bersuara sama sekali. Bara, Gala dan juga Hamzah masuk ke dalam mobil. Hamzah menyalakan mesin mobilnya, kemudian ia memarkirkan melajukan mobilnya meninggalkan mansion Bramasta.
Hening.
Di dalam mobil tidak ada yang bersuara, mereka sibuk drngan dunianya masing-masing. Gala menutup wajahnya menggunakan hoodie miliknya, ia juga memasang earphone untuk meredam suara di dalam kepalanya yang selalu berisik.
"Zah, loe ninggalin adek loe sendirian di Bandung? Kan dia cewek, apa loe gak khawatir?" Tanya Bara.
"Tadinya sih khawatir, cuman gue percaya sama adek gue yang pastinya bakal jaga dirinya. Loe gak tahu aja kek gimana beringasnya adek gue, kalo gue gak kerja. nanti siapa yang bakal biayain dia sekolah." Jawab Hamzah.
"Kan ada bokap loe?" Heran Bara.
"Cih, bokap? Gue udah anggap dia gak ada." Hamzah berdecih. Baginya, kedua orangtuanya sudah tiada, meskipun hanya ibunya yang benar-benar telah meninggal.
"Lah, kok gitu? Gak boleh loh ngomong kek gitu. Kata bunda, seburuk apapun orangtua dia adalah orangtua yang sudah menghadirkan kita ke dunia." Ucap Bara.
"Ck, lain halnya dengan bokap gue yang satu ini. Asal loe tahu Bar, awalnya gue juga gak benci sama dia apalagi sampai anggap dia udah gak ada. Sejak tahu kebenarannya, gue gak sudi liat mukanya meskipun dia bersujud di kaki gue." Hamzah berdecak. Tersirat wajahnya yang menahan amarah, Bara pun tidak tahu apa yang menyebabkan sahabatnya itu marah.
Baik Bara, maupun Hamzah tidak ada yang melanjutkan kembali obrolannya. Bara tidak mau mengorek lebih dalam lagi mengenai keluarga Hamzah, dia takut kalau akan menyinggung apalagi sampai Hamzah tersulut emosi, karena dilihat dari matanya saja dia terlihat sangat begitu berbeda dari biasanya.
Beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di kota Bandung. Hamzah menepikan mobilnya untuk menghubungi adiknya, tampak Gala tertidur di jok belakang dan Bara terbangun karena merasakan mobilnya berhenti.
"Kok berhenti?" Tanya Bara dengan suara seraknya.
"Mau nelpon adek gue dulu, takutnya dia malah keluyuran sama temennya." Jawab Hamzah.
Hamzah menelpon adiknya, sambungan telepon pun langsung tersambung. Suara cempreng sang adik membuat Hamzah menjauhkan hp nya dari telinganya, dia mengabari adiknya bahwa ia akan segera sampai, setelah itu dia menutup telponnya.
Bara sengaja tidak memesan kamar hotel, dia ingin mengajak Gala untuk menenangkan pikirannya dengan membawanya ke tempat yang asri. Rumah Hamzah dekat dengan tempat-tempat yang bagus untuk Gala, Bara sangat tahu apa yang bisa membuat adiknya itu menjadi lebih baik, tetapi karena pekerjaannya dia baru bisa mengajak Gala ke Bandung.
15 Menit berlalu.
Mobil yang di tumpangi Bara sudah sampai di pekarangan rumah Hamzah, terlihat gadis cantik tengah berdiri di depan pintu menunggu kedatangan tamunya. Saat Hamzah keluar dari dalam mobilnya, adiknya langsung menghamburkan tubuhnya memeluk sang kakak.
"Abang, kangen." Rengek gadis tersebut.
"Iya dek, abang juga kangen adek. Adek gak nakal kan?" Balas Hamzah seraya mengendurkan pelukannya.
"Enggak dong, ehhh. Tamunya mana bang? Kok gak keliatan?" Tanya Alea.
"Bentar lagi keluar kok." Jawab Hamzah tersenyum.
Tak lama kemudian, Bara keluar dari dalam mobilnya disusul Gala dengan wajah bantalnya. Alea takjub melihat ketampanan dua lelaki yang baru saja keluar dari dalam mobil, meskipun wajah keduanya terlihat acak-acakan, namun tak mengurangi ketampanannya.
'Alah Gusti, meni garanteng pisan. Abang, Lea hayang hiji wae mah lah.' (Aduh Gusti, pada ganteng banget. Abang, Lea mau lah satu.) Batin Alea.
"Zah, mau numpang ke kamar mandi." Ucap Gala.
"Masuk aja, kamar mandinya deket dapur yang warna biru." Ucap Hamzah memberi petunjuk pada Gala.
Gala nyelonong begitu saja, ia ingin buang air kecil yang sedari tadi ia tahan. Tubuhnya sedikit menubruk bahu Alea sampai ia hampir kehilangan keseimbangan, beruntung Hamzah segera memegangi tubuh Alea.
"Ihh, eta jelema sangeunahna wae." Kesal Alea.
(Ihh, itu orang seenaknya aja)
"Jangan gitu dek, aslinya dia gak begitu kok." Ucap Hamzah.
"Tetep aja atuh bang, dia teh gak sopan main tubruk gitu aja." Alea tetap kekeh dengan wajahnya yang sudah cemberut, lengkap dengan alisnya yang bertaut.
"Maafkan Gala, dia sedang tidak baik-baik saja." Ucap Bara datar.
"Yaudah, kalian masuk. Alea mau siapin makannya, jangan lupa buka sepatunya." Ketus Alea.
"Iya, jangan di tekuk gitu mukanya dek. Cantiknya gak keliatan loh." Goda Hamzah.
Alea tersenyum tipis menanggapi ucapan Hamzah, dia masuk ke dama rumahnya yang sederhana. Hamzah mengajak Bara masuk, keduanya mendudukkan tubuhnya di atas kursi ruang tamu. Gala keluar dari dalam kamar mandi bertepatan dengan Alea yang masuk kedalam dapur, mereka saling melempar tatapan tidak suka saat pandangan keduanya bertemu.