NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa lalu Adira

Adira tumbuh besar di sebuah kota di Indonesia, di sebuah rumah ruko dua lantai dengan rooftop yang kokoh dan selalu sibuk dengan aktivitas keluarganya.

Lantai dasar ruko itu adalah tempat kerja ayahnya, seorang pengusaha konveksi celana jeans yang sukses.

Di sana, ayahnya selalu duduk di meja kerja, memeriksa pembukuan dengan sangat teliti. Ia memiliki tulisan tangan yang sangat rapi, selalu memastikan setiap angka di pembukuan sesuai dan setiap hal tentang keuangan keluarga tetap teratur.

Ia juga sangat peduli dengan kebersihan, terutama di kamar mandi, yang selalu harus bersih dan rapi.

Di lantai dua, ada kamar tidur orang tuanya yang besar, bersebelahan dengan kamar Adira.

Di kamar itu, Adira tidur bersama adik perempuannya, Mia, yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih muda.

Mia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Meskipun masih kecil, Mia sering menjadi teman berbagi cerita bagi Adira, meski jarak usia mereka cukup jauh.

Dua adik laki-laki Adira yang lainnya tidur di ruang TV di lantai itu, menikmati kebebasan di ruang yang lebih luas, penuh dengan mainan dan buku-buku komik mereka.

Namun, yang paling membuat Adira selalu merasa cemas adalah kakak laki-lakinya, anak pertama dari keluarga mereka.

Selisih usia hanya dua tahun, tetapi sikapnya sangat berbeda. Kakaknya jarang pulang ke rumah, hanya datang untuk makan.

Ketika ia pulang, rumah yang biasanya penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas keluarga berubah menjadi tempat penuh ketegangan.

Kakaknya sering melampiaskan amarahnya pada Adira, menjadikannya sasaran pukulan dan hinaan. Tidak ada tempat aman bagi Adira setiap kali kakak laki-laki nya muncul.

Sementara di lantai atas ruko itu, ada balkon yang luas, tempat ayahnya merawat tanaman mangga.

Balkon itu dipenuhi berbagai macam pohon mangga, semuanya ditanam dengan telaten oleh ayahnya. Hobi itu menjadi pelarian ayahnya dari kesibukan pekerjaan.

Ketika ayahnya merawat tanaman-tanaman itu, suasana di rumah terasa lebih damai. Bau harum daun mangga selalu menemani sore-sore panjang Adira yang sering duduk termenung di balkon, berusaha menjauh dari ketakutan dan rasa sakit yang ia terima di rumah.

Rumah itu penuh dengan kenangan, sebagian indah, sebagian penuh dengan rasa sakit.

Adira selalu merasa terperangkap, tak bisa lari dari ketegangan yang ada di rumah, tapi juga terlalu muda untuk benar-benar memahami bagaimana melawan atau menyelamatkan dirinya sendiri.

Masa kecil yang penuh dengan kekerasan dan rasa tertekan inilah yang membentuk tembok besar dalam hatinya, membuatnya sulit untuk membiarkan siapa pun masuk.

Adira seharusnya bisa hidup bahagia.

Ayahnya seorang pengusaha konveksi yang mapan, rumah mereka lengkap dan kondisi ekonomi keluarga mereka stabil.

Namun, hidup memang tidak pernah sempurna. Ada hal-hal yang tidak bisa diukur hanya dari kenyamanan materi.

Ingatan Adira mengenai perubahan besar dalam keluarganya mulai memudar, tapi ada satu malam yang tak pernah bisa dilupakannya.

Kala itu ia terbangun malam dan melihat sesuatu yang tak pernah ia bayangkan terjadi.

Ibunya, yang biasanya hangat dan penuh kasih sayang, tiba-tiba kerasukan.

Malam itu, dibawah remang cahaya lampu, Ibu Adira seperti bukan dirinya sendiri.

Setelah kejadian tersebut, segalanya berubah.

Ibunya tidak lagi sama. Dia menjadi lebih sering marah, kadang tanpa alasan, dan perilakunya semakin tidak stabil.

Ibu Adira yang dulunya lembut dan penuh kasih sayang, berubah jadi seseorang yang temperamental dan sulit diprediksi.

Ada saat-saat ia terlihat normal, tetapi lebih sering amarah tiba-tiba muncul seperti badai yang datang tanpa peringatan.

Sialnya, saat itu biasanya hanya Adira yang ada dirumah, sehingga ia selalu jadi sasaran amukan ibunya.

Berbagai siksaan mulai ia alami, seolah Adira menjadi penyalur bagi emosi dan frustasi yang meluap-luap dari ibunya.

Ibunya akan menjambak rambutnya dengan kasar, menariknya tanpa ampun hingga kulit kepalanya terasa seperti terkoyak.

Atau, kuku panjang ibunya akan mencengkeram kulit Adira, mencubit dengan keras sampai meninggalkan bekas luka merah atau memar yang butuh waktu lama untuk sembuh. Pukulan-pukulan datang tanpa henti, tanpa alasan yang jelas.

Ibu Adira berubah menjadi sosok yang asing, seorang wanita yang dulu menggendongnya dengan kasih sayang kini menjadi sumber rasa sakit dan ketakutan.

Adira tumbuh dengan rasa takut yang terus menerus. Trauma itu menanamkan luka dalam di jiwanya, membuatnya semakin sulit mempercayai orang lain.

Dia merasa sendirian, bahkan dirumahnya sendri, dan tak ada seorang pun yang benar-benar tahu apa yang dia alami.

Ibunya yang seharusnya menjadi tempat berlindung, justru menjadi ancaman terbesar dalam hidupnya.

Dan Adira, meski memiliki segala yang dibutuhkan untuk hidup bahagia, tenggelam dalam penderitaan yang hanya dia yang tahu.

Adira sebenarnya bisa saja menceritakan semua penderitaannya pada ayahnya, seseorang yang dia sangat sayangi dan hormati.

Namun, entah mengapa, dia selalu memilih untuk diam. Mungkin, karena dia merasa bahwa menambah beban di hati ayahnya yang sudah sibuk dengan pekerjaannya, tidak akan membuat keadaan lebih baik.

Atau mungkin, Adira merasa bahwa dengan diam, dia bisa menahan rasa sakit itu sendirian tanpa melibatkan orang lain.

Namun, ada satu momen yang masih membekas kuat dalam ingatan Adira.

Suatu ketika, ayahnya melihat memar di lengannya, bekas cubitan keras dari ibunya yang sedang mengamuk.

Melihat itu, ayahnya, yang biasanya tenang dan pendiam, tiba-tiba meledak. Ia begitu marah, marah dengan cara yang belum pernah Adira lihat sebelumnya.

Ayahnya berteriak pada ibu Adira, suaranya menggema di seluruh rumah. Kata-katanya tajam, penuh dengan kemarahan yang sudah lama terpendam.

"Apa yang kau lakukan pada anakku?!" bentak ayahnya, matanya merah menahan amarah.

"Seujung jari pun aku tak pernah menyakitinya! "

Tangannya terkepal, seolah menahan diri agar tidak menghancurkan apa pun di sekitarnya.

Adira yang berdiri di sudut ruangan, tubuhnya bergetar. Bukan karena ia takut pada ibunya kali ini, tapi karena melihat sisi lain dari ayahnya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ayahnya yang selama ini menjadi sosok pelindung yang penuh ketenangan, kini berubah menjadi sosok yang meledak-ledak.

Suara bentakan ayahnya menghancurkan kedamaian yang biasanya dirasakan Adira ketika dekat dengannya.

Ketakutan itu menghantui Adira, dan saat itu, dia berjanji pada dirinya sendiri. Dia tidak akan pernah lagi menceritakan apapun tentang penderitaan yang ia alami, baik dari ibunya ataupun dari kakak laki-lakinya yang sering memukulnya.

Adira tidak ingin melihat ayahnya marah lagi, tidak ingin menambah beban di pundaknya. Jadi, dia memilih untuk menyimpan semuanya dalam hati, menyimpan rasa sakit itu sendirian.

Sejak saat itu, Adira semakin membangun tembok tinggi di sekeliling hatinya. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi di dalamnya.

Ia tetap tersenyum di depan ayahnya, menjaga sikap di depan keluarganya, sementara luka-luka emosional di dalam dirinya terus bertambah tanpa ada yang menyadarinya.

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!