NovelToon NovelToon
Pilihan Hati Di Sekolah

Pilihan Hati Di Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Sistem / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan / Harem
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: AYANOKOUJI

Di sebuah SMA ternama di kota kecil, siswa-siswi kelas 12 tengah bersiap menghadapi ujian akhir. Namun, rencana mereka terganggu ketika sekolah mengumumkan program perjodohan untuk menciptakan ikatan antar siswa. Setiap siswa akan dipasangkan dengan teman sekelasnya berdasarkan kesamaan minat dan nilai akademis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYANOKOUJI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Aku menarik nafas dalam-dalam, "Putri, aku... aku menyukaimu. Bukan hanya sebagai teman, tapi lebih dari itu. Aku ingin kita bisa bersama, sebagai pasangan."

Putri terdiam sejenak, matanya melebar karena terkejut. Jantungku berdegup kencang menunggu jawabannya.

"Andi..." Putri akhirnya bersuara, "Aku... aku juga menyukaimu. Tapi..."

Hatiku mencelos mendengar kata 'tapi' itu.

"Tapi aku tidak yakin ini saat yang tepat untuk kita memulai hubungan," lanjut Putri dengan suara lembut. "Kita masih punya banyak hal yang harus kita fokuskan, seperti sekolah dan cita-cita kita."

Aku menunduk, mencoba menyembunyikan kekecewaanku. "Aku mengerti, Putri. Maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman."

Putri menggeleng cepat, "Tidak, Andi. Kamu tidak membuatku tidak nyaman. Aku sangat menghargai perasaanmu dan keberanianmu untuk mengungkapkannya. Hanya saja... bisakah kita tetap berteman seperti ini dulu? Aku sangat menyayangimu sebagai sahabat."

Meskipun ada rasa kecewa, aku bisa memahami alasan Putri. Aku mengangguk dan tersenyum, "Tentu, Putri. Persahabatan kita yang terpenting."

Kami berpelukan sebentar, lalu kembali ke keramaian festival. Meskipun tidak berjalan sesuai harapanku, setidaknya aku lega telah mengungkapkan perasaanku.

Hari-hari berikutnya, aku dan Putri tetap dekat sebagai sahabat. Kadang memang ada rasa canggung, tapi kami berusaha untuk tetap natural. Teman-teman sekelas mulai menyadari perubahan ini.

"Eh, Andi. Kok kayaknya kamu sama Putri agak beda ya?" tanya Doni, teman sebangkuku.

Aku hanya tersenyum tipis, "Nggak ada apa-apa kok. Kami tetap berteman seperti biasa."

Doni mengangguk, tapi aku tahu dia tidak sepenuhnya percaya.

Sementara itu, ujian akhir semester semakin dekat. Aku dan Putri sering belajar bersama di perpustakaan. Meskipun kadang ada rasa canggung, kami tetap bisa fokus pada pelajaran.

"Andi, kamu sudah mengerti soal ini?" tanya Putri sambil menunjuk sebuah soal matematika.

Aku menggeleng, "Belum. Ini agak rumit."

"Ayo kita pecahkan sama-sama," ajak Putri.

Kami pun larut dalam diskusi, melupakan sejenak perasaan canggung di antara kami. Saat-saat seperti inilah yang membuatku bersyukur masih bisa dekat dengan Putri.

Hari ujian pun tiba. Aku merasa cukup percaya diri berkat persiapan yang telah kulakukan bersama Putri. Selesai ujian, kami berkumpul di kantin untuk membahas soal-soal yang keluar.

"Bagaimana menurutmu, Andi?" tanya Putri.

"Lumayan. Ada beberapa soal yang sulit, tapi overall aku bisa mengerjakannya," jawabku.

Putri tersenyum lega, "Syukurlah. Aku juga merasa begitu. Sepertinya belajar bersama kita membuahkan hasil."

Kami berbincang santai sambil menikmati es teh dan gorengan. Meski masih ada sedikit kecanggungan, aku bersyukur persahabatan kami tetap bertahan.

Beberapa minggu kemudian, hasil ujian diumumkan. Aku dan Putri sama-sama mendapat nilai yang memuaskan. Kami berpelukan singkat untuk merayakan keberhasilan kami.

"Selamat ya, Andi! Kamu berhasil!" seru Putri dengan mata berbinar.

"Kamu juga, Putri. Kita berhasil bersama," balasku.

Saat itu, Reza menghampiri kami. "Wah, selamat ya kalian berdua. Nilainya bagus-bagus."

Aku tersenyum canggung, teringat konfrontasi kami beberapa waktu lalu. Namun Reza tampak lebih ramah sekarang.

"Makasih, Rez," jawab Putri. "Kamu juga pasti dapat nilai bagus kan?"

Reza mengangguk, "Alhamdulillah. Oh ya, aku mau minta maaf sama kalian, terutama sama Andi. Aku salah paham waktu itu."

Aku terkejut mendengar permintaan maaf Reza. "Nggak apa-apa, Rez. Aku juga minta maaf kalau ada salah."

Kami berjabat tangan, dan rasanya beban di hatiku sedikit terangkat. Putri tersenyum melihat kami berdamai.

Liburan semester pun tiba. Aku dan Putri tetap sering berkomunikasi melalui chat. Kadang kami juga jalan bareng bersama teman-teman yang lain. Meski perasaanku pada Putri belum sepenuhnya hilang, aku belajar untuk menikmati persahabatan kami apa adanya.

Suatu hari, Putri mengajakku ke taman kota. Dia bilang ada yang ingin dibicarakan.

"Ada apa, Put?" tanyaku penasaran.

Putri terlihat gugup, "Andi, aku... aku mau bilang sesuatu."

Jantungku berdebar. Apakah ini tentang perasaanku waktu itu?

"Aku dapat tawaran beasiswa ke luar negeri," ujar Putri akhirnya.

Aku terkejut, "Wah, selamat Putri! Itu kan impianmu dari dulu."

Putri mengangguk, "Iya, tapi... aku bingung harus menerimanya atau tidak."

"Kenapa bingung? Ini kesempatan bagus untukmu," tanyaku heran.

"Aku... aku takut meninggalkan semua di sini. Keluargaku, teman-teman, dan... kamu, Andi," jawab Putri lirih.

Hatiku berdesir mendengar kata-katanya. Namun aku tahu, aku harus mendukungnya.

"Putri, dengar," aku meraih tangannya, "Ini kesempatan yang sangat berharga. Kamu harus mengejar mimpimu. Soal kita semua di sini, kamu nggak perlu khawatir. Kita akan selalu mendukungmu."

Mata Putri berkaca-kaca, "Tapi, Andi... bagaimana dengan kita?"

Aku menarik nafas dalam, "Kita akan baik-baik saja

1
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!