Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Tak suka melihat sikap Randy yang terkesan cuek pada papa mertuanya sendiri, Nadia menegurnya.
“Kamu boleh tidak cinta denganku, tapi tolong, hargai papaku! Kamu benar-benar tak pernah bisa menghargai aku dan rumah tangga ini. Sudah pulang jam segini, ke mana saja kamu!” gertak Nadia.
Duduk santai sembari melinting lengan kemejanya, Randy menghela nafas pendeknya karena muak dengan drama ini.
“Lalu, apa kamu pernah menghargai pernikahan ini? Bukankah kita menikah karena keterpaksaan? Terutama, karena kepentinganmu dan papamu,” ujar Randy santai.
Mengeluarkan botol kecil berisi obat yang Lia temukan, Randy menatap tajam istrinya. “Jelaskan padaku, apa maksud benda ini!”
Terhenyak, Nadia tak bisa berkata-kata. Matanya melotot bingung harus berkata apa. Ia tak menyangka Randy bisa menemukan obat itu.
“Jawab atau papamu tak akan selamat!” bentak Randy membuat Nadia terkejut.
“Jangan bilang, kamu yang sudah....” Nadia tak melanjutkan ucapannya.
“Iya, memang aku! Aku akan berikan kamu 2 pilihan. Jujur dan akui semuanya, apa rencana Om Tama menikahkanku denganmu dan untuk apa obat ini ada di rumah ini, atau kamu tidak akan bisa melihat papamu lagi,” ancam Randy.
Mendekati Nadia, mata Randy begitu tajam menyorotnya bak ingin menelannya.
“Oke oke, aku akan jelaskan semuanya, tapi katakan di mana papaku,” ucap Nadia berusaha tenang.
Tersenyum sengit, Randy tak akan mau mengatakannya, sebelum Nadia menjelaskan semuanya. Itu pun bila Nadia masih ingin bertemu papanya. Jika tidak, ia terpaksa akan menghabisi papa Nadia itu saat ini juga.
Mengeluarkan ponselnya, Randy menghubungi salah seorang anak buahnya. “Silakan saja lenyapkan dia...” Belum selesai Randy berucap, Nadia memotongnya.
“Oke aku akan jelaskan semuanya, tapi kamu janji akan mengantarkanku bertemu papa setelah ini,” pinta Nadia tak ada pilihan lain.
Mulai menjelaskan awal mula pernikahan mereka, Nadia terpaksa menerima pernikahan ini demi bisnis sang papa. Jika ia tidak menerima permintaan Om Tama untuk menikah dengan Randy, bisnis papanya akan bangkrut di tangan Om Tama. “Om Tama adalah investor terbesar perusahaan papaku, masa depan kita ada di tangannya. Papa memaksaku menikah denganmu, atas permintaan Om Tama. Dan soal obat itu, Om Tama melarangku hamil anakmu. Selama ini kami ditekan dan tak bisa berbuat apa-apa selain mematuhinya.”
Mengernyitkan dahinya, Randy dibuat heran dengan rencana omnya itu. “Apa tujuan Om Tama memintamu menikah denganku?"
Menggeleng, Nadia tak tahu menahu soal itu, karena Om Tama hanya memintanya melakukan itu dan mengancamnya bila tak mau.
“Aku juga tersiksa dengan pernikahan ini. Siapa yang bisa terima jika dinikahkan tapi tak boleh punya anak? Aku pikir, meski kita tidak menikah karena cinta, aku bersyukur Raina bisa memiliki sosok pengganti almarhum ayahnya. Hingga aku berusaha mencintaimu di awal pernikahan kita dan berharap kita bisa saling mencintai. Tapi nyatanya, kamu tak pernah bisa mencintaiku, sampai akhirnya kamu menghamili pembantu itu. Aku terluka dengan sikapmu dan pernikahan ini!” lanjut Nadia kecewa.
Terdiam, Randy merenungi ucapan Nadia. Seketika ia pun berpikir, jika Om Tama sudah sampai mengancam Nadia dan keluarganya hanya agar mau menikah dengannya, tentu pamannya itu mempunyai rencana tertentu. Ia pun menawarkan sebuah kerja sama pada Nadia untuk kebaikan mereka bersama.
“Aku pastikan bisnis papamu akan tetap berjalan, dan kita tetap berpura-pura menjalin pernikahan ini. Setelah semuanya terbongkar, aku yang akan menopang bisnis papamu,” ujar Randy mantap.
Meminta maaf tak bisa mempertemukan Nadia dengan papanya, Randy hanya bisa menjamin papa mertuanya itu akan aman dalam penjagaannya.
“Maksud kamu apa, Randy?” teriak Nadia tak terima karena Randy tidak menepati perjanjian mereka setelah Nadia menjelaskan semuanya.
“Ikuti rencanaku, dan aku akan melepaskan papamu, satu-satunya orang tua yang kamu miliki, dan yang begitu kamu sayangi. Tenang saja, aku juga tidak akan berani macam-macam dengannya, bagaimana pun, dia pernah menjadi papa mertuaku,” jelas Randy.
“Apa maksudmu pernah menjadi? Dia masih menjadi papa mertuamu!” tegur Nadia.
Mengulangi ucapannya, Randy ingin Nadia mengikuti rencananya, agar semua ini segera selesai dan Nadia bisa hidup sesuai keinginannya, tanpa tekanan dari Om Tama. Mendekatkan bibirnya di dekat telinga Nadia, Randy berucap lirih hingga membuat Nadia shock. "Kamu dan aku akan bahagia dengan hidup kita masing-masing setelah ini."
***
Pagi ini di panti, Pak Antonio kembali berdebat dengan istrinya, setelah mendengar penjelasan Randy semalam saat mengantar Alya dengan kondisi yang memprihatinkan.
“Benar ‘kan dugaan Bapak, anak itu tak baik. Yang ada, dia malah membuat Alya semakin trauma. Dari awal Bapak tidak suka melihatnya mendekati Alya, seperti ada tujuan lain.” Pak Antonio meluapkan kekecewaannya pada sikap Bu Puri yang selama ini terkesan memburu-buru Alya menikah dengan Davin.
Menyesalinya, Bu Puri sendiri tak menyangka Davin yang ia anggap baik, bisa dengan tega ingin menodai Alya.
“Bagaimana jika seandainya Randy tak menyuruh anak buahnya memata-matai mereka berdua dan dia tak segera datang menolong Alya? Bapak tidak bisa bayangkan keadaan Alya saat pulang ke panti. Atau bahkan, bajing*n itu akan membuang Alya di jalanan begitu saja setelah memuaskan naf*u biad*pnya. Makanya, nurut sama Bapak, Bu!” lanjut Pak Antonio emosional.
Menunduk merasa bersalah, Bu Puri meminta maaf dan berjanji akan bertanggung jawab akan hal ini. Ia lalu pamit menemui Alya di kamar, yang sedari semalam masih berdiam diri meringkuk di atas kasur tak mau diajak bicara. Makan pun tak mau, bahkan Gio pun juga tak digubris olehnya. Wajahnya pucat bak orang depresi, pandangannya kosong dan datar.
“Oma, mama kenapa, Oma? Apa mama marah pada Gio?” Gio tampak ingin menangis melihat mamanya.
Memeluk bocah tampan itu, Bu Puri tak tega melihat mereka berdua. Ingatannya pun kembali pada kejadian 5 tahun lalu saat Alya mengetuk pintu panti dengan keadaan yang sama. Tak sanggup menahan tangisnya, ia membawa Gio keluar kamar dan meminta Nana mengalihkan perhatiannya agar tak melihat mamanya yang masih terus diam.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu