Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngaku-ngaku
Windi baru saja tiba di perusahaan dan langsung menuju meja kerjanya. Iya mendapatkan notif di hanphone-nya. Andre mengirimkan nomor Javier. Javier memang selalu memberikan nomornya langsung kepada setiap orang yang akan bekerja sama dengannya Beda hal dengan kebanyakan orang yang akan memberikan nomor asisten pribadinya. Windi pun menyimpan nomor tersebut. Sebelumnya ia tidak pernah menyimpan nomor handphone seorang laki-laki kecuali keluarga dan asisten rumah tangganya.
"Hai, Win. Selamat pagi."
"Hai Mbak Dinda, selamat pagi. "
"Semangat ya untuk hari ini."
"Iya Mbak, semangat juga."
Mereka mulai mengerjakan pekerjaan masing-masing. Windi menelpon Noval untuk menanyakan konsep dari lebel yang diinginkan Javier.
"Mbak, hubungi langsung Tuan Javier. Biar jelas."
"Huf.. baiklah Oak Direktur yang terhormat."
Dengan terpaksa Windi menghubungi Javier terlebih dahulu.
Saat ini Javier sedang berada di luar bersama tunangannya. Ia sedang fitting baju pengantin karena satu bulan lagi ia akan menikah dengan tunangannya itu.
Mengetahui nomor baru yang menghubunginya, Javier pun mengecek profil nomor tersebut.
"Siapa, honey?"
"Rekan kerja. Kamu lanjutkan dulu. Aku mau Terima telpon."
Javier menjauh dari tunangannya, karena ia ingin lebih leluasa.
"Iya hallo."
"Assalamu'alaikum Tuan Javier. "
"Wa'alaikum salam. Maaf ini siapa?"
Javier pura-pura tidak tahu.
"Saya Windi Pak, dari perusahaan GD cooperation.
"Oh iya, anak buah Tuan Noval."
"Betul sekali, Tuan. Maaf mengganggu waktunya. Saya hanya ingin tahu konsep yang anda inginkan untuk lebel produk yang anda inginkan."
"Bisa kita bertemu langsung saja? Saya tidak biasa menjelaskan di telpon. Biasanya saya juga mengajak Pak Doni bertemu untuk membicarakannya. Biar saya yang minta izin kepada Tuan Noval."
"Oh, tidak perlu. Baik kalau begitu, Tuan. Jam berapa dan di mana?"
"Hati ini juga. Di cafe Senandung jam 2 siang."
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya tutup dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Javier kembali masuk ke dalam. Ia mencoba tuxedo yang sudah dirancang oleh desainer tersebut. Kirana, tunangan Javier tak berkedip melihat berapa gagahnya Javier saat menggunakan setelan tuxedo warna hitam metalik.
"Kamu tampan sekali."
"Hem, kamu juga cantik memakai gaun itu."
Setelah selesai fitting baju, Javier mengajak Kirana makan siang. Setelah itu ia mengantarkan Kirana pulang. Javier langsung balik dari rumah Kirana karena ia masih ada urusan lain. Sebenarnya Kirana masih menahannya, namun Javier tetap pergi karena ia harus menemui Windi.
Sementara di kantor, Windi sedang berpamitan kepada Noval.
"Noval, aku harus pergi dengan siapa?"
"Sendiri, Mbak."
"Yang benar saja?"
"Ya ampun, Mbak. Kamu itu cuma mau membicarakan tentang pekerjaan. Lagian itu tempatnya di Cafe. Om Tristan pasti mengerti. Ini sudah menjadi resiko dalam bekerja."
"Ribet! Setelah urusanku selesai, aku langsung pulang ya?"
"Iya, langsung pulang. Udah sana berangkat. Hati-hati bawa motornya."
"Iya."
Windi pergi meninggalkan kantor menuju cafe Senandung. Ia mengambil jalan pintas agar terhindar dari macet.
20 menit kemudian, ia sampai di tujuan.
"Astaga, telat 5 menit ini. Apa Tuan Javier sudah sampai ya?" Lirihnya, seraya turun dari mitor dan membuka helmnya.
Ia buru-buru masuk ke dalam cafe dan tidak sengaja membentur tubuh seseorang di depannya.
"Maaf-maaf saya tidak sengaja soalnya nggak lihat." Ujar Windi seraya menangkupkan kedua tangannya kepada orang tersebut tanpa melihat orangnya.
Laki-laki tersebut membuka kaca mata hitamnya.
"Ehem... Nona Windi."
Windi mendongak. Ia masih memakai maskernya.
Pandangan mereka bertemu.
"Wanita ini menarik juga. Astaga.....ingat Javier, sebentar lagi kamu akan menikah. Jangan menjadi laki-laki serakah." Batinnya.
Windi langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
Ada yang bergetar namun mereka tidak sadar.
"Eh, Tuan Javier. Maafkan saya. Saya takut terlambat tadi."
"Lain kali berhati-hatilah."
"Baik, Tuan."
Mereka masuk ke dalam cafe tersebut. Javier memilih tempat yang yang tidak jauh dari jendela. Mereka duduk berhadapan.
"Mau pesan apa?"
"Samakan saja, Tuan."
"Oke."
Javier memanggil pelayan dan memesan cofee latte dan dessert coklat.
"Sambil nunggu pesanan datang, silahkan dimulai."
"Iya, Tuan."
Windi menanyakan konsep yang diinginkan Javier. Baik dari segi warna, tulisan dan juga gambar iconnya. Javier pun menjelaskan konsep yang diinginkannya.
"Tuan, itu kan ada tiga varian? Berarti nanti akan ada tiga label yang dibuat?"
"Iya, betul."
"Hem, baiklah."
"Saya harap ini selesai dengan cepat, karena saya akan menikah dalam waktu sebulan lagi. Jadi setelah acara resepsi, saya ingin produk itu dilaunching kan."
"Oh, iya-iya. Akan saya usahakan, Tuan."
Pesanan pun datang. Windi tidak hanya meminum sedikit cofee late nya. Karena sebenarnya dia tidak suka minuman yang berbau kopi.
"Nyesel tadi bilang disamakan. Kalau gini kan, jadi nggak minum aku." Batinnya.
"Windi... " Seseorang memanggil.
Windi menoleh ke arah sumber suara.
"Kak Reno... "
Javier pun menoleh.
Reno dapat melihat laki-laki yang duduk bersama Windi saat ini. Rena sangat tahu Windi tudak pernah jalanan dengan laki-laki mana pun kecuali keluarganya.
"Apa dia lelaki yang dijodohkan dengan Windi?Dari segi penampilan, dia lebih dari aku. Mana mungkin keluarga Windi mencari orang yang biasa saja." Batinnya.
"Ehem.. " Javier memecah keheningan.
"Sama siapa, Kak?"
"Eh itu, sama temanku."
"Oh, iya."
"Saya, ke sana dulu."
"Iya, silahkan."
Javier menangkap ada sesuatu di antara mereka. Namun ia tidak punya wewenang untuk bertanya.
"Nona Windi, saya mau ke toilet dulu."
"Iya, silahkan."
Javier beranjak pergi ke toilet. Di dalam toilet, ia bertemu dengan Reno. Reno menganggukkan kepala bermaksud menyapa Javier. Javier pun membalasnya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Reno pun bertanya kepada Javier.
"Maaf, saya lancang. Apa Anda ini orang yang dijodohkan dengan Windi?"
Sejenak Javier berpikir. Entah kenapa ia justru mengiyakan pertanyaan Reno.
"Iya, betul."
"Oh... iya. Selamat kalau begitu. Anda cocok sekali dengan Windi."
Ia menjabat tangan Javier. Javier pun membalas jabatan tangannya.
"Terima kasih." Ujar Javier
"Kenapa aku iseng sekali? Ah masa bodoh. Lagian aku tidak mungkin akan bertemu dengan orang ini lagi." Batinnya.
Reno keluar terlebih dahulu. Ia berjalan melewati tempat duduk Windi namun ia sengaja tidak menoleh. Windi pun begitu, ia menunduk sambil pura-pura mengaduk es jus jeruk yang baru ia pesan.
Javier pun kembali dari toilet.
"Maaf, Tuan Javier. Saya memesan minuman lagi karena saya tidak bisa minum kopi. Tapi nanti saya bayar sendiri. Anda tidak perlu khawatir."
"Tidak masalah, biar saya yang bayar."
Mereka melanjutkan pembahasan. Windi menunjukkan beberapa warna dari i-pad nya kepada Javier.
"Iya, cukup bagus. Yang ini lebih dicerahkan lagi."
Reno memperhatikan mereka dari kejauhan. Karena mejanya berada di paling pojok.
Setelah dirasa cukup, Windi dan Javier pun keluar dari cafe.
Bersambung...
...****************...
semangat menulis dan sukses selalu dengan novel terbaru nya.
apa lagi ini yang udah 4tahun menduda. 😉😉😉😉😉😉